Saturday, November 14, 2009

Patriotisme Yang Dibenturkan

Belum lama ini saya mendengar berita dari NPR (npr.org) yang kebanyakan mengulas peristiwa insiden penembakan di markas tentara AS - Fort Hood, Texas - oleh seorang Major bernama Nidal M Hasan. Huff.. Saya hanya bisa menghela nafas. Warga Muslim AS kontan mengeluarkan sikap kecaman atas tindakan tersebut, agar tidak berbuntut pada hal yang tidak diinginkan. Yaitu munculnya sikap anti-Muslim, disaat AS, dengan presiden barunya, Obama, sedang berupaya memperbaiki hubungan dengan Muslim dunia.

''Insiden ini sangat mengerikan," kata Imam Elsayyed Shaker, imam besar Masjid Dar Al-Hijrah di Falls Church, Virginia. Belasungkawa juga diucapkan Iqbal Khaled, wakil direktur AAMS Islamic Center di Virginia. ''Kami merasa sangat sedih,'' ucapnya, seperti yang dilansir oleh Republika Online.

Bagaimanapun juga, tindakan ini tidak dibenarkan. Peristiwa ini hanya akan berimbas pada munculnya sikap atipati rakyat AS terhadap komunitas warga Muslim disana. Spekulasi pun bermunculan seakan ingin memicu wacana menyudutkan warga Muslim disana, yang notabene satu agama dengan pelaku insiden penembakan Fort Hood tersebut.

Patriotisme yang dibenturkan

Saya sangat sulit membayangkan jika suatu ketika, harus berhadapan langsung dengan saudara-saudara kita sesama Muslim di medan pertempuran, hanya karena tuntutan pekerjaan. "Contradiction of being a Muslim and serving in an army that is fighting against his own people."

Mungkin ketika seseorang memilih jalur karirinya sebagai tentara, awalnya punya motivasi tinggi untuk membela tanah-airnya, membela negerinya, menjadi seorang patriot, pahlawan, atau
someone who became a hero to his country, sah-sah saja. Tapi siapa sangka patriotisme itu suatu saat akan diuji, siapa yang lebih engkau pilih, patriotisme kah? Atau idealisme?

Ah, saya berharap saudara-saudara kita yang berada di posisi itu diberi kekuatan untuk tetap menjunjung tinggi idealisme mereka sebagai seorang Muslim. Ingatlah saya akan cerita teman-teman tentang situasi kerja di tempat mereka bekerja. Kebetulan mereka bekerja di perusahaan asing, perusahaan non-Indonesia. Kadang teman-teman saya harus merelakan idealisme mereka sebagai seorang Muslim hanya karena tuntutan pekerjaan. Bagi mereka itu pilihan yang sulit.

Dan itu
tak hanya berlaku di pekerjaan loh. Di organisasi pun ada kalanya begitu. Kadang kita diuji untuk memilih antara mengikuti peraturan organisasi atau tetap dalam idealisme. Misalnya, kalau dalam organisasi, ketika ada acara malam yang mengharuskan ikhtilat, campur-baur-nya laki-laki dan perempuan tanpa mengindahkan kaidah syar'i, mana yang engkau pilih?

Hidup memang sering berbenturan. Kita harus akui itu. Seperti yang saya bilang di awal, saya sendiri tak bisa membayangkan berada di posisi Major Nidal M Hasan, ketika harus berangkat ke Iraq, berposisi sebagai musuh warga Muslim Iraq disana. Saya hanya bisa bersyukur bahwa Allah menjauhkan diri saya dari benturan-benturan idealisme semacam itu. Saya hanya bisa bersyukur, dan mudah-mudahan terus bersyukur, untuk masih berada di tubuh yang sama, merasakan pahit dan sedih yang sama, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam." (HR. Muslim)

Terakhir saya tuliskan,
Ketika "patriotisme itu dibenturkan",
Mari do'akan semoga Allah memberi kekuatan. (ya2n)


Tempat Kelelahan

Anak kecil ingin jadi besar dan tua,
Sedangkan orang tua ingin muda kembali,

Orang yang tidak punya pekerjaan mencari-cari kerja,
Sedang mereka yang punya kerja merasa jenuh,

Para pemilik harta merasa kepayahan,
Orang miskin juga merasa kesusahan,

Seseorang merasa susah karena kalah,
Tiada pula yang menang merasa bahagia,

Apakah mereka bingung dengan takdir,
Ataukah mereka yang membingungkan takdir?

Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam sya'ir-nya.



Menyikapi Musibah

Musibah atau bencana adalah takdir yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya. Takdir itu adalah hikmah dan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid : 22)

Allah menjelaskan hal itu supaya manusia tidak berputus asa dan terus berharap pada-Nya, dan supaya manusia tidak terlalu bergembira dan berbesar hati atas apa yang diraihnya, "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Al-Hadid : 23)

Manusia berbeda-beda sikap dalam menghadapi musibah ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan ada empat tingkatan sikap seorang menusia ketika menghadapi musibah. Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Allah, tidak selayaknya kita menyikapi musibah dengan sikap ke-empat. Apakah itu? Mari kita simak ulasan berikut.


Bersabar.

Sikap pertama adalah bersabar. Sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair dalam syairnya,

Sabar itu memang seperti namanya
Pahit kalau baru dirasa
Tapi buahnya yang ditunggu-tunggu
Jauh lebih manis daripada madu

Sikap sabar ini berarti masih merasakan sakit dan pahit yang diakibatkan oleh musibah, tetapi berusaha untuk tetap tabah dalam menghadapinya. Masih ada perasaan tidak senang atas ditimpakannya musibah, tetapi menjaganya untuk tidak marah. Tingkatan ini adalah tingatan terandah bagi seorang Muslim. Allah ta'ala berfirman, “Bersabarlah kalian. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Alnfaal : 46).

Ridha.

Sikap kedua adalah ridha. Berbeda dengan sabar, ridha adalah sikap dimana seseorang sudah tidak merasakan pahit, sakit, sedih, ataupun hal-hal lain yang untuk orang lain adalah hal yang tidak mengenakkan. Ridha adalah, ada atau tidaknya musibah itu sama saja, tidak ada beban. Tingkatan ini lebih tinggi dari bersabar.

Bersyukur.

Sikap ketiga adalah bersyukur. Dan ini adalah tingkatan tertinggi seseorang dalam menyikapi musibah. Dengan ditimpakannya musibah, justru dia bersyukur karena menyadari bahwa hakikat musibah adalah bahwa Allah ingin mengingatkan hamba-Nya atas kesalahan-kesalahan dan dosa yang dia lakukan, bahwa musibah adalah salah satu jalan agar dosa-dosanya terhapuskan, bahwa musibah mengingatkan manusia untuk introspeksi diri dan berusaha untuk memperbaiki diri.

Tingkatan tertinggi ini adalah, dengan adanya musibah justru membawanya kepada yang lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada sebuah musibah pun yang menimpa seorang muslim, kecuali pasti Allah hapuskan (dosanya) dengan sebab musibah itu, bahkan sekalipun duri yang menusuknya.” (HR. Bukhari - Muslim).

Marah.

Sikap keempat adalah marah, dan ini adalah sikap yang tidak selayaknya ada pada setiap Muslim. Marah dibagi lagi menjadi tiga. Pertama, marahnya dismpan dalam hati, yaitu dengan nge-grundel, mengeluh, dan semacamnya. Kedua, marahnya diungkapkan, yaitu dengan ucapan-ucapan kecewa, cercaan, dan semacamnya. Ketiga, marahnya dilampiaskan dengan perbuatan, yaitu dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian, dan semacamnya.

Kesemua hal itu adalah tidak boleh dilakukan dan tidak mungkin dilakukan oleh orang beriman. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran. Apabila dia tertimpa kebaikan dia pun merasa tenang. Dan apabila dia tertimpa ujian maka dia pun berbalik ke belakang, hingga rugilah dia dunia dan akhirat.” (QS. Al Hajj: 11).

Ada pertanyaan: Bagaimana kalau terkadang masih muncul perasaan marah? (na'udzubillah) Jawabnya: itu pertanda bahwa imannya belum sempurna. Jadi, yuk, kita perbaiki iman, dan jangan lupa minta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan jalannya. (ya2n)

* sepenggal oleh-oleh dari kajian rutin Sabtu sore di Masjid Al-Muhajirin Sadang Serang



Friday, November 13, 2009

Aku Mengadu Atas Buruknya Hafalanku

Imam Syafi'i bercerita dalam sya'ir:

Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku,
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan,
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya,
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Sunday, November 8, 2009

Jus dan Buah Setelah Makan?

Kita punya kebiasaan makan buah atau minum jus setelah makan besar. Menurut informasi yang saya dapat, kebiasaan makan buah setelah makan ternyata kebiasaan buruk. Hal ini disebabkan karena buah dicerna lebih cepat daripada meal atau makanan besar seperti daging dan sebagainya, sehingga jika dimakan setelah meal, absorbsi buat tidak maksimal. Ada juga yang mengatakan akan mengganggu proses pencernaan. Setelah saya cari, ada dua pendapat mengenai makan buah setelah meal ini: (1) IT'S OK, dan (2) NOT RECOMMENDED.

http://wiki.answers.com/Q/Do_you_eat_fruit_before_or_after_meals
Fruit takes longer to digest so when eating a meal it can slow down your digestion progress making you feel bloated. It really doesn't matter whether you eat fruit before or after a meal. If you eat fruit before a meal, you tend to eat less. If you eat it after a meal it's kind of like a desert.

http://caloriecount.about.com/eat-fruit-ft90993
Fruit digests very quickly compared to other foods, and is very sugary and therefore 'ferments' in your stomach. This is fine normally, but if you eat fruit after eating a lot of other food that digest more slowly, then the fermenting fruit sits in your stomach a lot longer, and can cause bloating, gas and discomfort.

Mana yang benar? DON'T KNOW. Mungkin Anda tahu jawabannya?

picture: http://en.wikipedia.org/wiki/Orange_juice

Anti Kemapanan

Anti kemapanan bisa diartikan di dua sisi: negatif atau positif. Saya pertama kali mengenal kata ini waktu SMA. Dulu, saya menganggap istilah ini sebagai hal negatif karena kebetulan waktu itu ada kontes 'anti kemapanan' di MTV. Tapi belakangan, istilah 'anti kemapanan' di benak saya mulai bergeser dari negatif ke positif.

Anda pasti ingat hukum inersia. Sebuah benda tidak akan bisa bergerak jika tidak ada gaya yang mendorongnya. Gaya inilah yang akan membuat benda tersebut terus dan terus bergerak maju. Nah, ibarat benda, jika tak ada gaya yang mendorong untuk terus maju, orang akan cenderung diam; diam ditempat yang aman. Anti kemapanan adalah ketidak-inginan seseorang untuk terjebak dalam kondisi ‘mapan’, zona aman dimana kita telah merasa ‘cukup'; tak perlu bergerak. Saya tidak mengatakan ketidakinginan 'mapan' disini adalah ketidakinginan 'mapan' secara finansial, pun tidak ada masalah jika diartikan seperti itu, tergantung definisi mapan secara finansial itu apa.


Ada istilah bahwa diam itu cenderung rusak. Dalam kaidah fiqih, air yang diam adalah air yang rusak, tidak bisa dipakai untuk bersuci dengan syarat-syarat tertentu. Sebaliknya, air yang mengalir adalah air yang baik, bisa dipakai untuk bersuci. Jika air saja kalau diam berarti rusak, bagaimana dengan manusia?

Hal itulah yang mendasari butuhnya gaya yang mendorong kita dalam kehidupan sehari-hari agar kita tidak 'diam'. Lebih spesifik lagi agar kita tidak terbuai dengan diamnya kita dalam menikmati rutinitas kerja: berangkat pagi, kerja, pulang, tidur, makan, begitu seterusnya. Diam untuk tidak bergiat diri dalam beribadah, dalam berdakwah, dalam memperbaiki diri dan orang lain.

Dalam bahasa lain, kita butuh adanya tarbiyah dalam kehidupan sehari-hari kita, terutama tarbiyah dzatiyah; pembinaan diri sendiri. Mengapa? Karena sejatinya, tarbiyah diri sendirilah yang akan menjadi sumber bahan bakar yang takkan habis, yang bisa mendorong kita untuk terus bergerak. Kalau bukan diri sendiri siapa yang akan membina kita? Bukankah kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri? Bukan kelak di akhirat kita bertanggung jawab atas diri-diri kita masing-masing? So, teriakkan 'anti kemapanan', lalu dorong diri-diri kita untuk bisa bergerak.

Bergerak.. Bergerak.. Terus bergerak..

picture: http://www.chip.co.id/gallery/data//512/Aliran_sungai.jpg


Keteladanan Ekstrim

Saya baru dapet istilah ini waktu jadi pembicara tamu di Asrama Etos Ahad lalu. Kebetulan ada kang Hafiz EL'98 juga yang juga jadi pembicara disana. Ceritanya saya sebagai wakil profesional, kang Hafiz wakil enterpreneur.

Alhamdulillah, saya senang sekali bisa sharing, berbagi banyak hal kepada peserta tentang pengalaman saya, yang saya sendiri pun baru menyadari saat itu juga, betapa perlunya saya bersyukurinya atas hal ini. Kalau tidak ada undangan mengisi acara seperti itu, mungkin saya belum menghayati dan mensykurinya.

Kata seorang ustadz, "Kita jadi besar ini sebenarnya hanya karunia Allah. Kita sering berbicara jika ingin menjadi besar maka begini begitu, padahal dulu sebelum jadi besar, tidak dengan kesadaran mempraktekan apa yang dibicarakan sekarang ini, bahkan mengetahui ilmunya pun tidak." Semua itu tidak lain hanya jalan yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya.

Dari acara itu, justru banyak ilmu yang bisa saya ambil . Salah satu yang saya dapatkan adalah istilah "keteladanan ekstrim." Walaupun sebenarnya tidak seratus persen baru karena esensinya pernah saya dapatkan dari murabbi sejak dulu, hanya pengistilahan yang berbeda. saja. Pun hakekat itu telah menempel kokoh di hati saya sejak lama. Tapi kali ini ingatan saya itu kembali tergugah.

Keteladanan ekstrim

Maksud saya adalah: negeri ini butuh sosok-sosok teladan yang extreamly baik, tapi juga seorang da'i. Butuh seorang yang extreamly kaya, pengusaha, tapi juga da'i. Butuh seorang yang extreamly profesional, ahli satu-satunya di Indonesia, tapi juga da'i. Butuh seorang yang extreamly sukses dan dipandang di masyarakat, tapi juga da'i.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa masyarakat menilai seseorang berdasar kedudukannya, dan menghormatinya berdasar penilaian kedudukannya itu. Seperti teori Pak Mario Teguh yang menyebutkan bahwa, "Jika Anda sebagai suami ingin didengar istri, maka tempatkanlah sebagai orang besar dihadapan istri. Jadilah suami yang bijaksana, berwibawa, penuh tanggung jawab, sehingga istri melihat Anda sebagai orang besar yang patut didengarkan," begitu pula hubungan kita dengan masyarakat.

Teori ini benar-benar berlaku di masyarakat. Contoh kecil saja. Byangkan ada seorang calon menteri yang extreamly kaya, lalu pada hari diangkatnya dia sebagai menteri, dia berkata, "Saya akan serahkan semua gaji saya untuk negeri! Bahkan separuh harta saya." Seketika itu juga masyarakat akan terperangah, shock, dan tiba-tiba melihat sosok yang begitu mengagumkan. Lalu peran ke-da'i-an-nya di masyarakat akan semakin dimudahkan. Ini sekedar contoh kecil saja. Dan kita butuh contoh-contoh nyata teladan yang ekstrim ini.

Jika ada pertanyaan siapa orang Indonesia yang ahli bikin chip? Jawabannya: orang Muslim. Siapa orang Indonesia yang jadi pengusaha paling sukses? Orang Muslim. Siapa orang Indonesia yang jadi professor dan dapat Nobel? Orang Muslim. Siapa orang Indoneisa yang dapet cap orang paling dermawan? Pasti orang Muslim! Muslim, Muslim, dan Muslim. Muslim berjaya karena Islam. Begitulah semestinya.

So? Mari kita hadirkan semangat itu dalam hati kita. Jadilah orang ekstrim baik, lalu hadirkanlan keteladanan ekstrim itu di masyarakat. Buktikan bahwa Islam itu tinggi, dan tiada yang lebih tinggi darinya, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Saya agak terperangah dengan kalimat kang Hafiz yang katanya mengutip dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu, "Kalau ada 100.000 orang berjuang di jalan Allah, pasti saya ada di salah satunya, kalau ada 1000 orang berjuang, pasti saya salah satunya, kalau ada 10 orang berjuang, pasti saya salah satunya, kalau ada 1 orang berjuang, pasti itu adalah saya!".

Profesionalisme

Tak lengkap rasanya kalau saya tidak menyertakan apa yang saya sampaikan di Asrama Etos. Profesionalisme, dari kamus Merriam-Webster, berarti: "engaged in one of the learned" (see this). Tapi saya lebih suka menyebut profesinal sebagai sikap amanah (walau ada istilah lebih sering dipakai, yaitu, itqan). Amanah adalah sikap untuk menjaga dan memenuhi apa yang dititipkan kepadanya, termasuk dalam hal pekerjaan. Dengan amanah ini, seseorang akan termotivasi untuk selalu menjadi lebih baik dan selalu mencoba untuk bersikap 'professional'.

Lima hal yang saya rangkumkan berdasarkan pengalaman pribadi bergelut di dunia keprofesian adalah: niat, "passion", learn, practise, dan do'a.

_Niat_ adalah satu hal besar yang membedakan kita sebagai seorang Muslim dengan non-Muslim. Setiap hal, setiap waktu, setiap tetes keringat yang kita keluarkan tanpa disertai niat baik untuk beribadah, untuk memberikan sumbangsih pada Islam, maka akan sia-sia. Sungguh sayang jika seperti itu adanya.

_
"Passion"_ adalah rasa ketertarikan akan suatu bidang. Perlu bagi kita untuk menumbuhkan rasa ketertarikan terhadap bidang yang ingin kita profesionalisasi, sebagai bahan bakar yang akan menghembuskan semangat setiap kali menjalaninya.

_Learn
_, jangan berhenti belajar, jangan berhenti bertanya.

_Practise_, ada teori yang dilakukan Malcolm Gladwell tentang orang-orang menonjol di bidangnya, ternyata adalah mereka-mereka yang memberikan waktu lebih untuk mencoba, orang-orang yang sudah melebihi 10.000 jam mencoba.

_Do'a_
, adalah keistimewaan kita sebagai orang Muslim, yaitu senjata orang Muslim. Semua bisa terjadi atas takdir Allah, dan ada takdir yang bisa dirubah dengan berdo'a.

Pada akhirnya, banyak sekali hal yang bisa dilakukan sebagai pintu menuju profesionalisme. Pun tulisan ini akan panjang sekali kalau harus membahas semua point diatas secara detail. Intinya semua bermuara pada diri sendiri. Pada akhirnya, action-lah yang akan menjawab. Dan 'ku tak 'kan lelah untuk membagi ilmu ini kepada orang lain, karena "Hidup akan bermakna kalau sudah bermanfaat bagi orang lain." Semoga tulisan ini memberi inspirasi (ya2n).

Monday, October 19, 2009

Paradoks Kebebasan Ala Amerika

"Saking asingnya dengan shalat, pernah dua orang Muslim yang sedang shalat di samping minimarket di Texas ditangkap polisi karena pemilik toko menganggap itu bagian dari ritual terorisme"

Ustadz Muhammad Awod Joban, Imam masjid Olympia di negara bagian Washington, Amerika Serikat, pada senin 3 Maret 2003 membacakan doa secara Islam pada sidang pembukaan house of representatives (parlemen negara bagian) di State Capitol, Seattle. Alih-alih disambut baik, doa yang disampaikan oleh ustadz kelahiran Purwakarta, Jawa Barat ini malah disikapi dengan walk-out oleh dua perwakilan dari partai Republik (Seattle). Tak ada alasan yang jelas, selain tudingan bahwa doa tersebut menyuguhkan 'Patriotisme Islam.'

Padahal, bukan sekali ini ustadz asli Indonesia menampilkan Islam di muka publik. Amerika. Muhammad Syamsi Ali, pria asli Makassar yang jadi Imam di Masjid Al-Hikmah New York, bahkan pernah membacakan Al-Qur'an di hadapan George Bush dan Bill Clinton pada peringatan WTC 9/11 di Yankee Stadium, New York beberapa hari setelah tragedi tersebut.

Namun itulah Amerika. Kebebasan beragama dan mengekspresikan ajaran agama seringkali disikapi lain. Secara khusus untuk agama Islam, yang sangat mendapat sorotan pasca tragedi 9/11. Padahal, kebebasan beragama dilindungi oleh amandemen pertama konstitusi AS (Bill of Rights 1791).


***

Begitulah potongan buku "The Journal of Muslim Traveler." Paragraf-paragraf berikutnya kemudian menceritakan bagaimana rakyat Amerika yang begitu mengagung-agungkan kebebasan (freedom) dengan semangat "The American Dream" mereka. Dibalik itu mereka justru merong-rong kebebasan warga Mulism disana. Terlihat dari banyaknya film-film Hollywood yang mengambil setting Timur Tengah dan kerap kali menggambarkan sosok umat Islam yang sebagai kelompok yang sadis, radikal, sekaligus bodoh.

Juga sekalipun Amerika adalah negara sekuler, pemisahan antara negara dan agama, pun masalah doa dipermasalahkan. Dan jangan harap bisa menemukan masjid ataupun mushala di tempat-tempat publik. Shalat pun menjadi sesuatu yang asing bagi mereka. "Saking asingnya dengan shalat, pernah dua orang Muslim yang sedang shalat di samping minimarket di Texas ditangkap polisi karena pemilik toko menganggap itu bagian dari ritual terorisme," begitu tuturnya.

Maka bersyukurlah kita yang ada di Indonesia. Bisa beribadah dengan mudah, menemukan masjid dan mushala dimana-mana. Adzan terdengar keras menggema di sepanjang Kepulauan Indonesia. maka jangan sia-siakan kesempatan berharga ini. Dan bagi saudara-saudaraku di seantero jagad, dimanapun berada, negara sekuler, komunis, atheis, atau negara Islam, jagalah diri kalian, manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk ibadah.

Betatapun kita tidak bisa memungkiri bahwa banyak saudara-saudara kita yang sekarang tinggal disana. Dan tak kita pungkiri bahwa geliat Islam di Amerika makin membaik. Tidak ada salahnya pula jika kita tinggal sejenak di negeri orang sekedar menimba ilmu disana. Seperti kata teman saya waktu bercerita perihal sejara Taufik Ismail, sang maestro puisi, "Tahu nggak, Taufik Ismail itu dulunya sekolah di Rusia." Lanjutnya, "Tahu sendiri kan, Rusia itu negara komunis. Waktu itu Taufik Ismail pas dapet beasiswa di Rusia bertanya kepada ayahnya."

Sejurus kemudian dia mengubah intonasinya dan berusaha memerankan Taufik Ismail yang berkata kepada ayahnya, "Bagaimana, Pak? Boleh ndak saya sekolah di Rusia." Ayah Taufik Ismail pun menyahut, "Nak, bagaikan batu bata, semakin dibakar akan semakin keras." Ya, batu bata akan semakin membaik kualitasnya jika telah melewati proses panjang nan melelahkan. Go on, bro! Semangat selalu.

*Untuk saudara-saudaraku dimanapun berada, Allah.. hafidz!! (a quote from a Pakistan brother who are currently living in Swedia for study)

Sunday, October 18, 2009

This Morning Chat

Alert: Percakapan ini dilakukan dalam bahasa Jawa. ^^
D: assalamu'alaikum
D: kapan le ujian?
Y: wa'alaikumussalam wr wb
D: adik2 kelasmu angkatan 2005 do semangat ki lo
Y: ho oh po?
Y: sopo mas?
D: *** karo ***
D: cah komputer ketoke
D: wis do arep test bulan depan
Y: weh
Y: iyo
Y: dheke yo tau crito
D: kok kenal?
Y: lha cah elektro -_-!
D: emange critone kapan?
Y: pas isih nang kene
Y: kuwi kan jebolan VS kabeh
D: oalah

Hyah.. Today's morning chat wake me up. Satu pelajaran yang bisa kuambil. Rata-rata anak-anak VS, baik yang masih bertahan maupun jebolan VS, punya semangat dan idealisme tinggi. Alhamdulillah... Go on, bro! Let we meet there soon...!! Semangat dan terus berkarya.

It's OK.. just Circle-ing Around

Sabtu pagi adalah acara rutin buat temen-temen perusahaan: bulutangkis. Pagi itu saya panasi motor, ambil sepatu, lalu.. yak, siap berangkat. Tapi eh ternyata, sampai di sana masih sepi. Usut punya usut, ternyata temen-temen baru bangun bahkan masih pada tidur. Yah ... Akhirnya kuputuskan untuk Circle-ing Around. Muter-muter sajaa.. Menikmati segarnya udara pagi di sekitar ITB. Yah.. beginilah kalau masih single. Sebenarnya ada niatan untuk lari-lari saja di Sabuga. Tapi nggak enaknya di Sabuga, untuk masuk track lari saja harus bayar. Mending sekalian lari-larinya di dalam ITB saja ya.. gratis.. alami.. ^^

Saya jadi inget waktu mampir ke Jurong East, mampir ke tempat tinggal teman di Singapore. Pagi itu saya sempatkan untuk olahraga. Mumpung di Singapore, kapan lagi ada kesempatan olahraga pagi disini, hehe. Kutanya teman katanya ada Stadium dan track lari di Jurong East. "Jurong East Stadium." namanya. Lokasinya enak, nyaman, bersih, dan 100% lebih baik dari Sabuga. Gratis lagi.. Yang paling berkesan adalah track lari-nya tidak terbuat dari tanah seperti Sabuga, tapi dari karet. Sayang foto-foto stadium di HP ku dulu sudah hilang, kehapus, jadi kuambilkan saja dari internet. Check this out.


Waktu nyampe sana (Jurong East Stadium-red), ada banyak kegiatan yang sedang dilakukan. Ada yang belajar Taichi, lari pagi tentunya, bahkan waktu itu ada acara lomba anak-anak seusia TK. Sepertinya itu adalah kegiatan lomba anak-anak Muslim. Wah, kebetulan sekali, event yang langka, kupikir. Kulihat keluarga-keluarga Muslim berdatangan membawa anak-anaknya yang masih kecil. Sebagai gambaran, orang Muslim Singapore terdiri dari banyak ras, Melayu, Arab, Pakistan, dll.



Hmm.. Di Jurong east juga ada club Sepakbola. Saya ingat betul karena namanya yang unik: Gombak United. Di sana juga ada beberapa Community Club, tempat sosialisasi dan bermasyarkat. Saya sendiri nggak paham dengan peta sosial Singapore. Orang Muslim jelas ada disana, tapi sepertinya masih minoritas. Oiya, disana juga ada pasar tradisional lho. Saya sempet beli pulsa disana, tapi karena lupa bawa paspor, ahirnya nggak jadi. Herannya juga, ada yang jualan voucher pulsa Telkomsel di pasar itu. Yeup, pagi itu kututup dengan berjalan, berputar mengelilingi Taman Sari, Salman, Ganesha, sambil menerawang memory waktu itu, lalu pulang.. Nice day lahh.. (with Singlish ^^)

Macet Makin Macet

Ini adalah foto kemacetan jalan Dago, tepat sebelah timur ITB. Foto ini kumabil sore hari tanggal 18/10 saat mengantar temenku ke Stasiun Badung, untuk naik kereta ke Jakarta, ke tempat tinggalnya saat ini.

Fotonya kurang meggambarkan dengan jelas sih memang, tapi bisa kukatakan, "Jalanan ini sungguh macettt bener!." Bahkan macetnya mulai dari simpang dago sampai perempatan jalan layang. Seingatku, tak pernah jalan dago yang ini sampai semacet ini. Dan seingatku, kemacetan ini mulai menjadi-jadi setelah adanya Tol Jakarta-Bandung yang mengakibatkan mobil Jakarta-Bandung lalu lalang. Huff, semoga pemerintah bisa cepat antisipasi, jangan sampai Bandung jadi Jakarta kedua, macet... polusi...

Thursday, October 15, 2009

My First Training as a Tutor


Hari ini saya merampungkan dua seri training di perusahaan yang bertajuk "Basic Training on Verification." Ya, disebutnya basic training, atau training dasar. Tapi sebenarnya nggak dasar-dasar amat kok, karena topik yang saya bawakan masih termasuk asing dan baru di kalangan engineer. Kali ini saya berperan sebagai a lecturer, pembawa materi, atau a tutor (*krip-krip).

Ini berawal dari kekhawatiran saya atas munculnya resistansi dari para engineer untuk memigrasi metode verifikasi dari metode lama ke metode baru yang saya propose. Ups, maaf, saya banyak memakai kata verifikasi karena memang itu bidang saya saat ini, hardware verification, yang intinya adalah bagaimana caranya memastikan bahwa chip yang sudah didesain itu bisa berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya. Kebayang donk, kalau kita mendesain chip 3G (modem) lalu tidak bisa komunikasi dengan stasiun pemancar (BTS) karena ada kesalahan di desainnya. Tugas verifikasi adalah mencari dimana letak-letak kesalahan itu, membetulkannya, lalu memastikan bahwa chip sudah tidak bermasalah lagi.

Apa yang menarik di training ini? Bagi saya, sangat menarik! Karena ini adalah kali pertama saya memberikan lecture kepada orang lain as a professional, bukan an academia. Sebagai seorang yang kebetulan diamanahi memegang divisi hardware verification di perusahaan, saya banyak meluangkan waktu untuk riset dan mempelajari metodologi dan teknik yang dilakukan oleh kebanyakan perusahaan-perusahaan chip saat ini. Saya mendapati bahwa ada metodologi yang benar-benar baru dan lebih efektif untuk menemukan bug (baca: kesalahan) pada desain chip. Saya menyebutnya sebagai "Assertion-based Verification Methodology."

Pada prakteknya, saya meng-combine berbagai macam methodology dan tools yang ada. Saya juga mem-propose "Standardized Verification Workflow" dimana ada standard alur kerja verifikasi sehingga teknologi dan teknik yang pernah dipakai bisa dengan mudah di-reuse; tidak hanya limbah yang di-resuse, hehe. Nah, kesemua hal itu membentuk satu solusi komplit untuk verifikasi, a complete verification environment.

Saya begitu exciting, dan saya berharap para peserta pun ikut-ikutan exciting. Dan Alhamdulillah sepertinya peserta begitu excited juga. Goal saya adalah, meyakinkan peserta akan kelebihan metode baru dalam verifikasi, dan memberikan kemampuan dasar untuk mengimplementasikannya, mempercepat learning curve. Btw, kebetulan waktu training ada yang iseng ngambil foto, hehehe, thanks to Thoha, walau hasilnya betul-betul noisy karena cuma pakei kamera HP.

Di akhir training saya adakan survey untuk mengevaluasi hasil training ini. One thing that make me relieved is that everyone choose to use a new approach in their design and verification phase: Assertion. Ini adalah hasil surveynya.
(1) Please check bellow language that familiar to you.

Verilog 53 % ***
VHDL 12 %
e 0 %
Vera 0 %
SystemVerilog 6 %
C/C++ 29 %
SystemC 12 %
PSL 0 %

(2) Which is your primary design language?

Verilog 82 % ***
VHDL 9 %
C/C++ 9 %
SystemC 0 %
SystemVerilog 0 %

(3) Which primary verification language do you use?

Verilog 89 % ***
VHDL 0 %
e 0 %
Vera 0 %
SystemVerilog 0 %
C/C++ 0 %
SystemC 11 %

(4) Which are more suitable to describe your job?

Modeling 8 %
RTL Designer 56 % ***
Verification 36 %
System Architect 0 %
Back-End 0 %

(5) How much do you understand the material provided
within this training?

Less than 30 % 0 %
30-60 % 44 % ***
60-90 % 44 % ***
Understand all the material 12 %

(6) What do you think of the material outline?

Suitable 100 % ***
Not suitable 0 %

(7) Was this training helpful for you?

Yes 100 % ***
No 0 %

(8) Do you understand the concept of assertion?

Yes 100 % ***
No 0 %

(9) Which primary verification language do you plan
to use for your design?

Verilog 40 %
VHDL 0 %
e 0 %
Vera 0 %
SystemVerilog 0 %
C/C++ 0 %
SystemC 60 % ***

(10)Do you plan to implement assertion to your next design?

Yes 90 % ***
No 10 %


Monday, October 12, 2009

Kenangan Itu.. Semangat Itu

Saya sungguh beruntung tahun ini, dapat kesempatan untuk mengisi acara reuni akbar SMP, dari ankatan 1980 sampai 2009. Walau yang datang tak sebanyak angkatan yang diundang, tapi acara cukup meriah. Lagian tempatnya juga nggak gede-gede amat kok, itu aja sudah penuh, gimana kalo banyak yang datang?

Yang paling membahagiakanku adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang telah berjasa hingga aku bisa menggapai cita-citaku saat ini; mereka adalah guru-guruku. Ada Bu Lies guru fisika yang saya ingat betul cara mengajarnya, membuat fisika menarik, menantang, begitu pikirku. Ada Bu Tum, guru agama yang kupikir perawakannya masih tetap sama dibanding berpuluh tahun lalu, masih tetap bersahaja dan penuh nasehat. Pak Sur, guru PPKn dengan gaya penuh semangatnya. Tak kalah semangat dengan itu Bu Wanti, guru bahasa, datang bersama suaminya, guru matematika favorit, ternyata sampai sekarang masih favorit. Terbukti dengan disorak soraikannya ia ketika datang dan menyapa mantan anak-anak didiknya, alumni SMP 1 Galur.

Ah, andaikan mereka tahu betapa berjasanya mereka. Dan kini, kududuk disini, di depan mereka semua, dalam acara success story alumni SMP 1 galur. Kebahagiaan apalagi yang bisa kuberikan kepada mereka selain bahwa atas bimbingan meraka semua saya menjadi sukses, walaupun tak pernah kuanggap diri ini sukses, hanya sekedar ingin membagikan semangat dan inspirasi kepada orang lain. "Saya senang sekali bisa diundang panitia di acara ini. Saya kira banyak teman-teman dan saya yang juga sukses. Saya disini hanya mewakili teman-teman saya di kalangan generasi muda. Saya kira alumni SMP 1 Galur banyak yang sukses Bu, Pak." begitu ucap saya dengan mantap.

Saya pun bahagia ketika Pak Sur menyalami dan menyahut, "Selamat", dengan nada tegas dan lugas seperti biasanya, menyiratkan rasa bangga atas almamaternya, SMP 1 Galur. Perkataan itu pula lah yang menyiratkan akan keheranannya atas bekas muridnya yang dulu tak pernah ia duga-duga akan berkata, "Alhamdulillah saya sejak SMP bercita-cita sekolah di ITB." tukas saya ketika pembawa acara talk show menanyai perihal asal mula chip Xirka. "Waktu di ITB, saya masuk lab pada tingkat dua, setelah ertemu dengan dosen yang baru pulang dari Jepang dengan membawa semangat untuk menghidupkan industri elektronik Indonesia. Dari situlah cikal bakal keterlibatan saya pada perusahaan yang didirikan dosen saya ini, Pak Trio, dengan seorang temannya, Pak Eko." Kolaborasi maut, ahli di akademis dan enterpreneur, begitu pikirku berkali-kali.

Pada acara reuni itu, saya pun berkesempatan untuk bersua dengan teman-teman lama, dengan bermacam kenangan yang menyertainya; Akhid, Thoha, Slamet, Rinto, Ahem, Novi. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Kami bercerita, berceloteh, dan menyelami memory 10 tahun lalu, ketika kami bersama-sama belajar dan bermain, disini, di SMP 1 Galur. Anehnya, hampir semua kenangan yang kami gali itu lucu-lucu, menyenangkan, bahkan mengagetkan. Tak satupun kenangan sedih terlintas. Entahlah, mungkin masa-masa SMP memang penuh keceriaan. to be continued..




A New Life

Sekian lama tak menorehkan pena di blog ini. Saatnya kembali, untuk memulai lagi, merajut asa, meraih cita, dan membagi semangatnya disini. Semoga semangat ini urung terpadam, seperti urung padamnya semangat pohon-pohon musim semi.

Dari Abu Dzar berkata, "Sahabatku Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menasehatiku dengan empat perkara yang sangat aku sukai. Beliaupun bersabda, 'Wahai Abu Dzar! Kemudikanlah perahumu, sesungguhnya laut itu sangat dalam. Perbanyaklah perbekalan, sesungguhnya perjalanan itu masih panjang. Ringankanlah beban diatas pundakmu, sesungguhnya jalan di perbukitan sangat memberatkan. Dan ikhlaskanlah engkau dalam bekerja, sesungguhnya orang yang mengkritik senantiasa mengawasi' ". (Sandiwara Langit, Abu Umar Basyier)

*that picture, I painted it during 2nd year of my undergraduate study in Bandung, full of passion, full of spirit.

Bahasa Ibu; Bahasa Kalbu

Tak ada satu patah kata pun terucap dari bibirnya, pun tak terdengar suaranya. Ia hanya memainkan sedikit matanya untuk membuat kami mundur teratur beberapa langkah dan urung masuk kedalam rumah. Rupanya, ibu tengah menerima beberapa orang tamu dan tampak sedang serius. Saya sempat berpikir, bahwa tamu-tamu itu hanya orang biasa, bukan orang penting yang tidak bisa diganggu sekian detik oleh kehadiran anak-anak kecil yang baru pulang dari sekolah. Saya juga tidak berniat mengganggu mereka, hanya sekedar mencium punggung tangan ibu beberapa detik, kemudian meluncur ke kamar.

Tapi maksud ibu berbeda, siapapun tamunya, penting atau tidak penting kedatangannya dan darimana pun datangnya tetap harus dihormati. Saya, abang, adik-adik jadi menunggu cukup lama di depan rumah. Tak berani masuk, apalagi memanggil-manggil ibu. Empat puluh menit sudah, si bungsu bahkan sudah terlelap di pojok teras rumah, keringatnya membasuhi baju seragamnya yang kotor. Akhirnya para tamu pun pamit pulang, "Eeh, baru pulang sekolah ya?" tanya mereka. Belum sempat kami menjawab, "Iya, baru pulang tuh," sergah ibu. Sekali lagi, menjaga hati para tamu agar tak merasa tak enak hati.

Tak selalu begitu memang. Tapi dalam beberapa kesempatan, ibu sering mengajarkan kepada kami tentang sopan santun dan tata krama. Maklum, sebelum-sebelumnya kami sering membuat ibu malu di hadapan tamunya dengan segala polah tak terkontrol. Yang minta minumlah, minta dibukakan sepatu, atau ini yang bikin ibu tambah malu, "Bu, belum masak ya? Lapar nih ...."

Hari ibu tiba. Ini hari yang paling ditunggu oleh kami, karena hari ini adalah jadwal acara memasak bersama, tanpa ibu. Kami akan membiarkan ibu duduk mendampingi kami yang berjibaku dengan kompor dan peralatan masak. Sesekali saya menangkap wajah khawatir ibu saat saya menyalakan kompor minyak. Meski sudah sering dan dibilang mahir saya melakukan pekerjaan itu, tetap saja mata ibu tak lepas dari tangan kecil ini yang menyulutkan api ke sumbu kompor. Begitu api menyala, cerialah wajahnya.

Begitu pula ketika si bungsu memotong-motong wortel dan kentang dengan pisau yang ukurannya lebih besar dari tangannya. Maklum, si kecil itu teramat sering terlukan jarinya oleh benda tajam itu. Setiap irisan wortel, setiap kali itu pula napas ibu tertahan. Urusan barang pecah-belah, ini urusan "orang gede." Mulai dari mengambil dari rak piring, menatanya di meja makan, sampai mencucinya setelah pesta usai. Untuk satu hal ini, ibu harus merelakan beberapa benda kesayangannya benar-benar menjadi benda pecah belah, alias benar-benar pecah.

Hidangan pun tersaji, waktunya makan. Karena Hari Ibu, ibulah yang mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang mencicipi masakan kami. Srrup ... sesendok sup olahan kami pun diseruput ibu, dan ... matanya menyeripit, bibirnya seperti menahan sesuatu, perlahan tenggorokannya terlihat seolah tak rela membiarkan kuah yang ada di lidahnya masuk ke perut. Seketika, lima wajah kami pun setengah mengerut, "kenapa?".

"Sup ini .. sup paling nikmat yang pernah ibu rasakan," wajahnya kembali tenag dan ia pun mempersilakan kami menikmati makan bersama kali ini. Namun sebelumya, ibu megajukan saran, "Sup ini sudah nikmat, tapi menurut ibu, kalau mau lebih nikmat airnya ditambah ya." Tangan terampil ibu pun mengolah kembali sup tersebut dengan menambah bumbu lainnya. Sepuluh menit berikutnya, barulah pesta sebenarnya dimulai. Sungguh, kami tak tahu apa yang terasa di lidah ibu dengan sup hasil olahan kami.

Suatu pagi ibu mengaku kehilangan sejumlah uang belanjanya. Dikumpulkanlah lima anaknya untuk ditanya satu per satu. Meski ada orang lain selain kami, ibu tetap mengangap perlu mengumpulkan anak-anaknya terlebih dahulu. "Ibu menuduh kami?" tanya saya tergagap. "Bukan. Ibu hanya memberi tahu bahwa kita tidak masak hari ini, karena uang belanja ibu tidak ada," ujar ibu lembut.

Kami pun berangkat sekolah dengan perasaan berat dan saling curiga, siapa yang tega mengambil uang ibu. Tidak sampai disitu, kami pun terbayang siang ini akan dilewati dengan perut lapar. Pulang sekolah, jangan harap ada makanan tersaji di meja makan. Saya sempat berfikir, akan saya pukul orang yang mengambil uang itu. Karena dia menyebabkan semuanya kelaparan.

Kembali dari sekolah, aroma semur tahu kesukaan saya sudah tercium dari pagar depan rumah. Saya berlari ke dapur dan mendapati ibu sedang memasak. "Kok ibu memasak? Uangnya sudah ketemu? Siapa yang mengambilnya?" pertanyaan beruntun saya dijawab ibu dengan senyum. "Siapa pun dia, yang jelas dia sudah mengerti kepentingan keluarga lebih utama dari kepentingan sendiri," jelas ibu. Saya tahu, ibu tak akan memberi tahu siapa yang dimaksud , karena ibu tak ingin kamio membencinya. Apalagi memukulya, seperti niat saya sebelumnya.

Ibu, rindu rasanya saya pada masa-masa indah seperti dulu. Semoga masih selalu ada waktu untuk kita mencipta terminal kenangan yang tak kalah indahnya dengan masa lalu. Sungguh, kadang ibu memang cerewet, tapi saya tahu semua itu bahasa kalbu ibu yang selalu menyejukkan hati. ("Belajar dari Kehidupan," Bayu Gawtama.)

Sebait do'a takkan pernah terputus untukmu .. Ibu
Dan 'ku kan berusaha menjadi lebih baik,
menjadi apa yang ibu cita-citakan.
(Bandung, Oct 2009)



Sunday, June 21, 2009

New Blog on Tech

Kemarin pas surfing-surfing nemu link ini: blog.stei.itb.ac.id. Ternyata STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) ITB bikin wordpress machine buat civitas akademianya. Wah, lumayan, bisa buat nulis-nulis tentang teknologi disini . Dulu sih, sempat pengen bikin blog tech juga disini cuma nggak keurus. Habis nemu link in ijadi semnagat bikin blog tech lagi, hehehe. So here we are: http://blog.stei.itb.ac.id/yansyafri.
Thursday, June 18, 2009

Meander

Arungi meander terapung di hutan hujan
Saat taiga menyapa ramah kanopi memayungi
Semilir nada angin berseling efipit warna - warni
Disaat aku menikmati oh cantiknya suatu sudut bumi

Tertahan laju kano kayuku mataku tertumpu
Tarian riang primata yang tak malu - malu
Sementara sang nokturnal menatap dan tersipu

Hingga kapankah aku nikmati suara alam
yang penuh dengan kemegahan
rantai emas kehidupan
Tiada kan terbeli anugrah yang sejati


Wednesday, June 10, 2009

Al-Qur'an Online, Banyak Diminati Dunia Barat

Pagi ini aku nyari-nyari link untuk al-qur'an online, trus dapet link ini: http://www.quranexplorer.com/. Kayaknya udah pernah dikasih dulu sama Lakso dan udah berkali-kali buka, cuma lupa link-nya. Alhamdulillah link yang bagus. Kita bisa pilih berbagai bahasa, bahkan ada audionya juga, bahkan ada petunjuk tajwid-nya juga. Lengkap dech.


Jreng-jreng, apakah gerangan gambar diatas? Ternyata itu adalah gambar sample/statistik pengunjung web tersebut. Wah, Alhamdulillah, ternyata peminat Al-Qur'an online banyak datang dari US dan Eropa juga. Yah, tentu selain karena infrastruktur internet disana lebih maju, juga karena Islam mulai ramai diperhatikan.

Kebetulan temen baru pulang dari Ohio Univ untuk ikut program belajar bahasa Inggris dua bulan. Program ini diadakan rutin tiap tahun, setiap bulan April-Mei kalau nggak salah. Kata dia, di Univ tersebut ada Islamic Centernya. Tiap Jum'at ada pekan makanan halal-nya. Dia biasa makan-makan gratis disana. Banyak juga siswa yang memakai jilbab, bahkan temennya yang dari Arab malah memakai cadar. No problem bagi mereka.

Bahkan lagi, ada temannya yang akhwat, berjilbab, di Ohio selama dua bulan juga. Ceritanya, room-mate nya heran dengan kebiasaan berjilbab dan shalatnya. Tepatnya bukan heran, tapi penasaran. Lalu terjadilah diskusi. Dia sendiri mengaku Nasrani tapi nggak banget-banget. Istilahnya abangan. Kata dia, dia bingung dengan konsep trinitas yang dia pikir nggak logis. Humm, that's right. Bukan cuma itu, bahkan ada sesorang yang meminjam Al-Qur'an, lalu dibahas rame-rame di dalam kelas. Entah ketika break atau gimana, aku kurang jelas. Jadi, yang mau sekolah ke US (Berkeley gitu, =p) nggak usah takut ya, udah banyak kok, Muslim Community-nya, hehe. Kata orang, masyarakat dan pemerintah itu beda. Yang gembar-gembor merong-rong dunia Islam itu pemerintahnya, masyarakatnya mah.. santei-santei aja.

Yup, Al-Qur'an memang mu'jizat Allah. Dimanapun kapanpun akan menjadi primadona yang terus diperbincangkan orang, terus digali dan dipelajari orang. Alhamdulillah kita dikaruniai keimanan sampai saat ini, dan mudah-mudahan sampai akhir zaman. Dunia Barat aja udah mulai meminati Al-Qur'an, gimana kita yang udah Muslim sejak kecil? Yuk ngaji... yuuukk =)


Monday, June 8, 2009

OpenSparc, Satu Lagi Prosesor Yang Di-Open

Kemarin (8/6) ada OpenSparc Training di Campus Center ITB. Tempat yang sudah lama sekali nggak saya kunjungi semenjak lulus. Kebanyakan yang hadir adalah mahasiswa STEI, walaupun ada banyak yang dari luar akademia, seperti dari VS (;D). Beberapa dosen juga hadir. Training ini diorganisasi oleh Lab IC design ITB, tampat Pak Trio, dan disponsori juga oleh Versatile Silicon Tech.

Penyaji materi pertama adalah David Weaver, chief OpenSparc dari Sun Microsystem. Sebenarnya kalau disebut training kurang tapat, karena pikiran saya kalau training akan ada handout dan praktek langsung. Tapi ternyata kemarin jadi seperti seminar biasa. But it's ok, masih banyak hal yang bisa diperoleh adri seminar itu. David banyak cerita mengenai sejarah OpenSparc, lalu arsitektur OpenSparc dan kelebihannya. Materi terakhir adalah video yang membahas OpenSparc simulator dan verification tools.

Kelebihan OpenSparc ini adalah, kata David, selain karena prosesor 64-bit pertama yang di-open-source-kan, juga karena kemampuannya untuk hardware multi-threading dan multi core. Jadi kombinasi antara multi thread dan multi core. Jika satu core bisa memiliki 4 hardware threading, dan 1 chip ada 8 core, maka prosesor bisa memiliki 32 thread. Multi threading disini tentu beda dengan istilah multi thread software. Kalau mau lihat selengkapnya silakan buka opensparc.net.

Btw, kemarin terjadi sedikit perbincangan antar teman, "Terus apa sih untung yang mereka dapatkan dengan cara meng-open-source-kan prosesor mereka?". Yup, itulah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada kalangan pecinta opensource. Saya sendiri meyakini bahwa tidak ada satupun yang gratis-tis. Sesuatu harus ada interest-nya, apalagi jika produk itu keluar dari dunia Barat. Bahkan yayasan sosial pun harus punya interest, tidak seperti Indonesia yang lebih agamis, mengeluarkan zakat tanpa ada interest duniawi. Loh, malah jadi ngomong kemana-mana.

Back to topic. Nah, lalu apa interest yang mereka dapatkan dari meng-open-source-kan produk mereka? Mungkin ada beberapa hal, dan ini berlaku bagi semua jenis opensource baik hardware maupun software.

Pertama, mereka ingin membuat produk atau platform atau apapun, tapi tidak ingin mengeluarkan cost untuk validasi dan verifikasi ataupun tidak yakin akan desainnya sendiri sehingga di-open dengan harapan semua orang mencobanya dan memberikan feedback berupa bug report kepadanya.

Kedua, bukan code yang mereka jual, tetapi support. Banyak kasus dimana ketika mengimplementasikan produk yang open-source akhirnya mentok di tengah jalan karena buggy. Akhirnya terpaksa meminta support dari open-source provider. Kasus ini pernah terjadi dan saya lihat sendiri.

Ketiga, jualan buku dan manual. Mereka men-open-source-kan produk, tapi manual, cara memakai, cara mendebug, cara memodifikasi dan menambahkan fitur atau aplikasi, disembunyikan dan hanya bisa diperoleh dengan cara membeli.

Keempat, ingin mencari ketenaran. Dengan meng-open-source-kan produknya, dia bisa memperlihatkan kemampuan kepada community, apalagi jika produknya banyak digunakan. Dengan begitu dia dapat track-record lalu akan lebih mudah mendapatkan investasi, atau bisa jadi produknya akan dibeli perusahaan besar.

Dan lain-lain, tentu motif setiap orang berbeda-beda. Tapi bagaimanapun juga, selama terjadi lingkaran mutualisme, saling memberikan keuntungan saya pikir tidak masalah. Dan saya pribadi sih cenderung mendunkung open-source. Beda dengan komunitas Windows yang anti open-source. Alasan mereka sih tanggung jawab nya tidak jelas. Yah selalu ada perdebatan antara keduanya. Yup, open-source akan selalu menjadi sesuatu yang menarik dan fenomena ini kian hari kian ramai saja. Anda sendiri tentu punya pendapat tentang open-source ini.

Oiya, saya sedikit ngobrol dengan David Weaver ini. Yah, pertanyaan saya sederhana saja, seberapa matang RTL code (verilog) yang dia open-kan itu, apakah siap untuk ASIC implementation? Dia hanya bisa jawab, mereka sudah proven sampai ASIC implementation. Sedangkan untuk implementasi di FPGA sudah ada Evaliation Kit package nya dari Xilinx. Jadi seharusnya RTL codenya sudah matang. Tapi apakah RTL code yang matang itu open? Dari pengalaman, RTL code yang bisa diimplemtasikan di FPGA belum tentu OK untuk di implementasikan di ASIC, karena verification flow di ASIC lebih ketat. Ya who knows, mari kita lihat apakah OpenSparc sematang itu atau tidak.

Lalu, kata David, ternyata mereka ada kerjasama dengan Gaisler juga, salah satu open-source processor yang memakai arsitektus sparc. Dia bilang, untuk 32-bit system mereka menyarankan memakai prosesor LEON dari Gaisler, tapi Gaisler hanya punya 1 core 1 thread processor dan 32-bit. Tapi OpenSparc tidak punya AMBA bus, dan bus itu mereka peroleh dari Gaisler. Hohoho, interesting. Semoga program OpenSparc-nya sukses Sir, for mutual interest ;).

ps. gambar dicomot dari padepokan pak Budi

Friday, June 5, 2009

Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit

Penghormatan bagi pemilik semangat tinggi. Mereka bagian suci dari manusia. Mereka kelompok mulia dan terhormat. Ruh mereka terbang ke sudut-sudut yang tinggi. Mereka ada dalam tangga-tangga abadi. Barangsiapa yang ingin ketinggian, semua yang memberatkan akan menjadi ringan. Nash-nash wahyu menyerumu. Bersegeralah jangan abai. Bersegeralah jangan berdiam. Umayyah bin Khalaf, ketika ia duduk bersama orang yang tidak berangkat berjihad, ia tahu dirinya merugi. Saat Bilal bin Rabah mendengarkan "Hayya alal falaah", mari capai kemenangan, ia pun segera bangkit dan menjadi tokoh pengukir kemenangan.

Tuntutlah selalu ketnggian. Musa alaihissalam dahulu dikhususkan oleh Allah dengan Al Kalam (kemampuan berbicara kepada Allah). Musa alaihissalam berkata, "Rabbi arinii anzur ilaik" Tuhanku, berikan aku kesempatan untuk melihat-Mu. Kemuliaan tak datang tiba-tiba, tapi ia merupakan hasil jerih payah. Ketika Hud hud membawa surat kepada Bilqis, maka namanya tercantum dalam surat An-Naml. Seekor semut selamat dari injakan pasukan Sulaiman, dengan jerih payah dan kesabaran. Lalu, engkau ingin kemuliaan tanpa keseriusan? Engkau ingin mencapai ketinggian, namun tidur di malam-malam. Engkau ingin surga, namun meremehkan sunnah.

Rasulullah shalallahu'alaihiwasallam berdiri shalat hingga kakinya bengkak. Dimasukkannya batu di sela perutnya untuk menahan lapar. Berdarah kakinya oleh lemparan batu. Terjun langsung ke berbagai peperangan. Abu Bakar namanya diseru di pintu-pintu surga, karena hatinya terikat dengan Tuhannya setiap detiknya. Perkataannya selalu untuk agamanya. Tindakannya selalu dalam rangka agamanya. Tindakan-tindakannya selalu dalam rangka menebar hidayah. Kebenaran ditegakkannya. Harta diinfaqkannya di jalan Allah. Ia berhijrah dan meninggalkan keluarganya. Umar bin Khatthab mengenakan pakaian yang sobek. Ia berteriak sakit saat mengingat kematian. Lalu ia sangat berhati-hati menjalani agamanya. Ia berlaku adil, jujur dan begitu serius. Ia meminta Allah agar diberikan rizki mati syahid. Allah pun merizqikannya mati syahid, di masjid.

Wahai yang terbelenggu oleh nyanyian, keluarlah dari kerengkeng mimpi. Bersihkanlah debu kekotoran dari tubuhmu. Tinggalkanlah yang menghalangimu. Semua yang menempuh perjalanan akan sampai pada tujuan. Apakah engkau lupa pada ayat-ayat Allah? Mengapakah engkau tunda shalat? APakah engkau buang usiamu dengan kesia-siaan? Lalu engkau ingin masuk surga?

Demi Allah, semut kenyang mendapatkan makanan setelah ia serius mencari makanan. Singa akan berjuang keras, jatuh bangun, untuk menerkam mangsanya. Anak panah takkan pernah bisa mencapai sasarannya bila tetap di dalam sarungnya. Pedang takkan bisa memotong apapun sampai ia menjadi lebih tajam daripada pisau. Burung membangun sendiri tempat tinggalnya. Laba-laba, begitu teliti membangun sarangnya. Kadal menggali lubang-lubang untuk bersembunyi. Rayap membangun rumahnya dengan menggerogoti kayu. Engkau mempunyai kesempatan, Rasulullah bersabda "Peliharalah apa yang berguna bagimu." Itu karena yang bermanfaat itu akan meninggikanmu. "Seorang mukmin kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah." Karena kekuatan bisa berguna untuk membangun istana megah, dan meraih kemuliaan dan ketinggian.

Pemilik semangat akan berlomba mendahului orang lain, mencapai ketinggian. "Wassabiquuna saabiquun, ulaaikal muqarrabuun." Dan orang-orang yang lebih dahulu, merekalah orang-orang yang dekat (kepada Allah). Karena mereka terlatih melakukan keshalihan dan terbukti melakukan ketaatan. Matahari berputar. Bulan berjalan. Sedangkan engkau tidur tidak sadar. Engkau makan dan minum, bermain dan melakukan dosa.

Sebagian muhadditsin buta matanya karena terlalu banyak membaca. Tak ada lelah, tak ada kebosanan, sampai tercapainya tujuan. Imam Ahmad bin Hambal berjalan kaki dari Baghdad ke Shan'a. Tapi engkau sudah lelah ketika menghafal do'a. Salah seorang ulama shalih menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk memperoleh satu hadits. Agar ia tahu bagaimana kemuliaan yang abadi itu. Andai bukan karena berat dan dahsyatnya ujian, tidaklah Imam Ahmad disebut Imam as Sunnah. Kekasaran bisa membawa pada kemuliaan. Ibnu Taimiyah dipenjara, lalu ia menjadi tokoh ulama yang langka di zamannya. Ketahuilah bahwa air yang mengenang dan diam itu air yang rusak. Karena ia tidak mengalir, tidak berjalan dan tidak mempunyai tantangan. Jika air sudah mengalir, ia akan memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.

Letakkan kakimu di bintang yang tinggi,
Miliki semangat paling tinggi di bintang tertinggi.

Wahai orang yang banyak tidur, apa manfaat tidurmu? Kelak engkau akan membayar mahal karena tidurmu. Allah memerintahkan kita untuk beramal, dan memperhatikan apa yang sudah kita kerjakan. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad dijalan Kami, akan kutunjukkan mereka jalan-jalan Kami." Ketahuilah, hidup ini adalah aqidah dan jihad, kesabaran dan kekasaran, perjuangan dan pegorbanan, kebaktian dan kemenangan. Tak ada tempat dalam hidup ini bagi orang-orang yang malas. Tak ada ruang di kendaraan dunia bagi orang yang lemah.

Lihatlah orang kafir yang begitu tekun bekerja. Setiap hari mereka berusaha keras. Mereka membuat mobil di atas bumi. Mereka menemukan pesawat terbang untuk terbang ke langit. Mereka membuat kulkas untuk makananmu. Mereka membuat tempat untuk menyimpan airmu. Sementara engkau tidak bekerja apa-apa, kecuali makan dan minum, bersenda gurau dan bermain.

Engkau cepat bosan, dan Malaikat tidak pernah bosan. Engkau cepat putus asa dalam beramal sedangkan Malaikat tidak pernah putus asa. Lalu dengan apa engkau akan masuk syurga? Apakah engkau tertikam senjata dijalan Allah? Apakah engkau tersiksa karena mendunkung sunnah? Bersihkanlah debu-debu malas dari dirimu wahai orang malas. Bilal sang pemilik semangat tinggi itu telah mengumandangkan adzan di telingamu, apakah engkau mendengarnya? Orang yang menyeru kebaikan telah memanggilmu, mengapa engkau tidak bersegera memenuhi panggilannya?

Mulailah berburu pahala sejak pagi hari. Bacalah Al-Qur'an dan berdzikirlah. Bacalah do'a dan bersyukurlah. Karena pagi hari adalah saat bertolaknya burung-burung dari sarangnya. Dan jangan lupa, sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Keberkahan Allah untuk ummatku ada pada pagi harinya".

-Dr Aidh bin Abdullah Al-Qarni-


Barat, Jepang, Indonesia yang mana?

Akumulasi Teknologi
Berikut adalah ilustrrasi bagaimana budaya suatu negara yang berbeda membentuk sistem transfer teknologi yang berbeda pada perusahaan. Indonesia seperti apa?

Budaya Barat:
Orang keluar masuk perusahaan itu wajar dan biasa. Akumulasi teknologi diletakkan pada dokumen, sehingga dokumen adalah aset perusahaan. Dokumentasi mereka sangat rapi, lengkap, dan mudah dipelajari. Transfer teknologi dari dokumen.

Budaya Jepang:
Orang bekerja berarti di perusahan tertentu seumur hidup. Jarang sekali terjadi keluar masuk (tabu). Akumulasi teknologi ada di orang, sehingga orang adalah aset perusahaan. Transfer teknologi dilakukan dari orang ke orang.

Budaya Indonesia?:
Orang juga suka keluar masuk perusahaan mencari yang menawarkan gaji/fasilitas lebih. Tapi... dokumentasi tidak digarap dengan baik, tidak terjadi akumulasi teknologi. Terkadang ada ketidakenakan jika harus memecat seseorang (tabu). Tapi... orang tidak tergarap dengan baik, tidak terjadi transfer teknologi dari orang ke orang. Orang bilang kita negara tengah-tengah (^_^ v)

Ketika terjadi pemecatan
Berikut adalah ilustrasi implikasi human trust, budaya saling percaya, budaya tabu, dalam kasus pemecatan seseorang. Indonesia seperti apa?

Budaya Barat:
Orang biasanya diberi tahu bahwa dia dipecat pada sore hari setelah working hours selesai. Dikatakan, "Have you done your work? OK, tomorrow dont come here anymore". Alasannya? Karena perusahaan takut orang yang dipecat tersebut akan berbuat kejahatan pada perusahaan tersebut misalnya mendelete files, mengkopi files, dll.

Budaya Jepang:
Orang jarang sekali dipecat. Jika pun perusahaan terpaksa memecat orang akan diberi tahu pada pagi hari. Mereka tidak takut orang akan memberikan harmness ke perusahaan. Karena tabu. Sekali orang melakukan harmness, maka akan diblack-list oleh semua perusahaan Jepang.

Budaya Indonesia?:
Nggak tahu (belum pernah dengar langsung dari seseorang, hehe). Tapi mungkin tergantung orangnya, kalau dikhawatirkan kalau dipecat jadi timbul unjuk rasa, mungkin waktu pemecatannya sore hari. Kalau tidak dirasa begitu, mungkin waktu pemecatannya pagi hari. Orang bilang kita negara tengah-tengah (^_^ v)

Aniway, kita masih perlu mencari formulasi terbaik. Mungkin memang tengah-tenagh itulah yang terbaik, but who knows. Indonesia masih berusaha untuk bangkit, dan saya yakin suatu saat macan tidur ini akan kembali bangun dan menampakkan taringnya di kancah dunia. (ya2n)


Thursday, May 21, 2009

Alamanda Behind The Scene

Semua pasti dah tahu gimana suasana kerja Alamanda. Tapi kalau suasana habis kerja? Who knows? So check this out!

After work? Makan-makan.. dan semua hasil karya anak bangsa, hehe .. soal rasa? Silakan cicipi sendiri... =P Sedikit penjelasan, foto diatas adalah sup kuah (isi bakso, kentang, dkk), terus foto yang ditengah adalah menu 4 sehat (belum 5 sempurna =P) yaitu soto ayam betawi, tahu, dan tempe, lalu foto terakhir adalah... saatnya kami (saya, Mata, Muluk) menyantap makanan... jangan lupa baca bismillah sebelum makan dan bersyukur atas segala rizki yang telah diberikan-Nya, Alhamdulillah =).

Saturday, May 16, 2009

Krisis Keteladanan?

Tadi malam seorang teman menanyakan film yang sempat diberikan teman (yang lain) kepada saya. Judulnya adalah "Perempuan Berkalung Sorban". Kata dia, film ini mendapatkan penghargaan movie award atau entah apa lah. Tak heran sih, sinematografinya bagus, tapi eitts tunggu dulu, disisi lain, film ini sangat buruk dan tidak pantas dapat penghargaan. Karenanya kubilang pada temenku, "Sudah kudelete, filmnya ga layak ditonton."

Ceritanya punya cerita, Sabtu lalu setelah meeting, saya disodorkan sebuah film berjudul "Perempuan Berkalung Sorban". Benakku langsung berkata, kalo judulnya seperti itu, berarti itu film Islami. Eh tahunya, film ini film bermasalah. Dulu pernah denger sih, dan pernah lihat novelnya juga, dan pas baca sinopsisnya langsung males bacanya. Dan pas lihat filmnya, bukan males lagi,,, apa ya,,, muak? didn't find an appropriete word to say. Trus langsung kuberhentiin aja nontonnya, ku-skip-skip dan cari inti yg ingin disampaikan film ini.

Jelas ada yang salah dari pesan yang ingin disampaikan film ini. Bahkan MUI sudah menyatakan bahwa film ini layak ditarik dari peredaran karena kontra-produktif. Satu saja komentar saya: "Nampaknya Indonesia mengalami krisis keteladanan akut." Kenapa? Karena ternyata masih banyak yang sulit membayangkan bagaimana bisa hidup dengan bahagia dibawah koridor syari'at.

Terlalu naif jika mengatakan syari'at Islam mengkungkung wanita, merendahkan wanita, membuat wanita tidak bahagia. NOL besar. Laki-laki dan perempuan mendapat kedudukan yang sama, sejajar, dihadapan Allah. Hanya taqwa lah yang membedakannya. Sedangkan secara kodrat? Tentu beda. Ini sudah maklum, dan mudah dipahami.

Tentang bagaimana hubungan suami-istri, berikut saya kutip satu contoh, bagaimana indahnya keluarga dibawah koridor Islam. Berikut adalah surat terbuka seorang suami kepada istrinya yang shalihah, cukup panjang, tapi saya harap kita bersabar untuk membacanya karena sangat menarik:

Buat istriku yang kucinta, semoga engkau berbahagia.

Aku tidak tahu dari mana harus memulai menuliskan beberapa rumpun kalimat buatmu, wahai istriku. Aku juga tidak tahu apakah kepolosanku dan ketulusanku ini akan mendapat sambutanmu. Tapi aku tiada pedulikan itu. Yang pasti, aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku adalah suamimu.

Aku tahu bahwa sebagai suami ternyata aku sangat membutuhkanmu, aku katakan ini sejujurnya. Lalu apakah engkau juga sangat membutuhkan aku, suamimu, wahai istriku? Maafkan aku atas pertanyaan ini. Bukan aku meragukan cintamu padaku, aku hanya ingin meyakinkan diriku. Sebab, kebanyakan istri kerabat maupun sahabat-sahabatku pun sangat besar rasa butuhnya terhadap suami mereka. Oleh sebab itulah aku mencarimu untuk kujadikan istri, sebab engkau adalah seorang wanita yang sholihah, lembut, sopan santun, mulia, bertakwa, suci, menjaga diri dan penuh kasih sayang.

Istriku, aku tidak segan-segan berterus terang kepadamu, meski hanya dalam bentuk goresan tinta kita ini di atas lembaran kertas yang juga milik kita, bahwa aku sangat membutuhkanmu. Dan aku tidak menginginkan dari itu semua selain agar tumbuh rasa dalam dada kita berdua akan pentingnya saling menjaga hubungan baik di antara kita. Dan bahwa hubungan yang baik itu jauh lebih mulia daripada kita berlomba-lomba dengan maksud agar diketahui siapa di antara kita berdua yang lebih unggul. Aku berharap engkau pun telah memahaminya.

Cerita selengkapnya silakan baca disini. Indah bukan? Ceritanya tidak berhenti disitu karena ternyata gayung pun bersambut, dibalas dengan surat dari sang istri kepada suami tercinta. Indah bukan?

Pertanyannya: adakah keluarga yang benar-benar indah seindah cerita dua orang suami-istri yang saling berkirim surat seperti itu? Jawabnya: ADA. Tentu ada. Dan banyak sekali.

Satu buku yang recommended untuk dibaca: "Sandiwara Langit". Buku ini menceritakan kisah nyata dua orang sejoli yang berjuang untuk tetap tegar dalam rumah tangga Islami. Sangat mengarukan. Sangat indah. Silakan lihat reviewnya disini.

Back to topic; saya mencoba untuk tidak terburu-buru dalam menilai film "Perempuan Berkalung Sorban". Mungkin Hanung berusaha mengangkat realita sebuah sudut kecil dalam kisah masyarakat kita. Tapi, Ah nggak segitunya dech. Ceritanya terlalu berlebihan, bahkan jadi kontra-produktif.

Saya hanya ingin mengajak, mari kita renungi kembali. Mungkin sebagian kita susah membayangkan apakah kehidupan ideal Rasulullah dan para shahabat bisa terwujud di zaman ini. Tapi coba renungkan sekali lagi. Lihatlah sekeliling kita. Lihatlah, disana ada sosok keluarga bahagia, seperti kisah dalam buku Sandiwara Langit itu. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak bisa?

Agaknya kita sudah terlalu silau dengan hingar-bingar kehidupan metropolitan yang tiap hari, tiap jam, tiap detik, disuguhkan oleh televisi, sehingga kita tak lagi mudah memberadai keteladanan keluarga Islami. Krisis keteladan. Ya, mungkin itu kalimat yang lebih tepat untuk menggambarkan kondisi kita saat ini. Dan tugas kita semua untuk bersama-sama beranjak untuk menghilangkannya. Wallahu a'lam.

Bandung 20, Alamanda, the day after work.

Kembali dari Hiatus

Setelah sekian lama tidak menulis, melanglang buana kesana kemari, ngerjain ini itu, planning yang ga jelas, schedule yang berantakan, dan sekarang, saatnya merapikan lagi; menulis lagi. Tulisan pertama kukasih oleh-oleh foto dari Jurong Bird Park, burung apa ya namanya, hehehe, lupa. Foto ini kuambil dengan kamera S5IS, pake ISO200, 1/100sec, 3.5, focal 53.9mm. Nice kan?


Next, I'll tell you a story about my experience regarding my second trip to Singapore; what I've seen, what I've felt; and a lot of thing that I can tell you.


Sunday, April 19, 2009

Merayu Diri Mencintai Al-Qur'an

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku." (Al-Fajr 27-30)




Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu?

Kita bisa bekerja keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur'an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur'an.

Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur'an antara lain:

1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur'an.

2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur'an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah.

3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai hal guna memahami isi Al-Qur'an bahkan hal minimal untuk memahaminya.

4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur'an sangat besar keutamaannya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur'an, sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur'an.

5. Kita paham bahwa shalat yang baik, khususnya shalat malam, adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita tidak tertarik terhadap besarnya keutamaan membaca Al-Qur'an didalam shalat.

6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Qur'an dan Allah subhanahuwata'ala akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah.

7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur'an, tetapi keutamaan tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqomah alam berinteraksi dengan Al-Qur'an.

8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Qur'an dan mereka pun menguasai kehidupan dunia, namum jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada dibawah naungan Al-Qur'an.

*Oleh-oleh Daurah Al-Qur'an, salah satu materi yang disampaikan ust Abu Yahya, 19 April 2009.

Tuesday, April 7, 2009

Jangan Tergesa-gesa

Kita tidak hidup dalam masyarakat ideal; belum ideal,
Kehidupan yang hanya duniawi belaka, pergaulan yang terlampau batas, mengumbar syahwat,
Kerja yang malas-malasan, tidak sehat, kecurangan, tidak amanah.

Tak ada Islam dalam kamusnya,
Tak ada Masjid dalam pikirnya,
Tak ada Al-Qur'an dalam rindunya.

Apa itu?
Apakah untuk dunia yang fana dan semu?
Apakah untuk pergaulan yang menjerumuskan?
Apakah untuk kesenangan melenakan?

Sempit, menyesakkan hati,
Lalu seseorang berteriak tak sabaran,
"Kenapa begini kenapa begitu?"
Tapi orang bijak menimpali,
"Jangan tergesa-gesa, walau begitu, kita hidup ditengah-tengah mereka."

Jazirah Arabia 14 abad yang lalu,
Ketika itu, seorang shahabat mengadu kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah SAW, tidakkah engkau berkenan untuk berdo’a bagi kami? Tidakkah engkau berdo’a agar dakwah ini segera mendapatkan kemenangan?"

Mendengar ini Rasulullah bersadba,
"Kalian ini belum seberapa. Orang-orang sebelum kalian pernah mengalami peristiwa yang lebih mengerikan. Musuh Allah menggali lubang, lalu ada yang dimasukkan ke dalam lubang, kemudian digergaji kepalanya menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sehingga kulitnya mengelupas dari tulang-tulangnya. Tetapi itu semua tidak membuatnya bergeser dari agamanya. Demi Allah, agama ini akan mengalami kemenangan sehingga seseorang yang berjalan dari hadlramaut hingga ke San’a tidak merasa takut kepada sesuatu pun melainkan takut kepada Allah. Maka kalian jangan tergesa-gesa."

Kini, kita tidak hidup ditengah masyarakat ideal. Maka jangan Isti'jal, jangan tergesa-gesa. Isti'jal adalah keinginan untuk segera merasakan dan memetik hasil perjuangan. Kita perlu mengambil pelajaran dari kisah shahabat tadi. Bahwa mengambil jalan Islam berarti harus bersabar, tidak isti'jal. Islam akan dimenangkan, itu adalah keniscayaan. Seorang Muslim sejati akan beruntung, itu adalah keniscyaan. Tapi kemenangan dan keberuntungan sejati itu adalah tetapnya kita dalam jalan lurus ini, istiqomah-nya kita dalam ber-Islam ini. Bagaikan ikan, yang tetap tawar walau harus hidup ditengah lautan yang rasanya asin.

Maka jangan tergesa-gesa. Semua ada prosesnya. Apakah Nuh gagal dalam dakwahnya karena sedikitnya pengikut? Tidak! Bahkan Nuh termasuk Nabi-Nabi istimewa Ulul Azmi. Karena kesabarannya menghadapi dunia, dan istiqomah di jalan-Nya. "Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam."

Nuh telah berdakwah siang dan malam, kalau tidak berhasil secara sembunyi, secara terang-terangan. Dan seluruh hidupnya, seribu tahun lamanya, tetap dalam kesabaran, menanti kemenangan. Dan Allah telah menetapkannya kemenangan sejati Nuh alaihissalam karena kesabaran dan istiqomahnya, tidak tergesa-gesa, tidak isti'jal.

Maka kita perlu mengambil pelajaran dari mereka, yang tidak tergesa-gesa dan bersabar. Terus meniti jalan-Nya walau penuh onak dan duri. Karena kemengangan dan keberuntungan sejati adalah ketika kita istiqomah di jalan-Nya, bersabar atasnya, dan tidak tergesa-gesa. Wallahu a'lam.