Kita tidak hidup dalam masyarakat ideal; belum ideal,
Kehidupan yang hanya duniawi belaka, pergaulan yang terlampau batas, mengumbar syahwat,
Kerja yang malas-malasan, tidak sehat, kecurangan, tidak amanah.
Tak ada Islam dalam kamusnya,
Tak ada Masjid dalam pikirnya,
Tak ada Al-Qur'an dalam rindunya.
Apa itu?
Apakah untuk dunia yang fana dan semu?
Apakah untuk pergaulan yang menjerumuskan?
Apakah untuk kesenangan melenakan?
Sempit, menyesakkan hati,
Lalu seseorang berteriak tak sabaran,
"Kenapa begini kenapa begitu?"
Tapi orang bijak menimpali,
"Jangan tergesa-gesa, walau begitu, kita hidup ditengah-tengah mereka."
Jazirah Arabia 14 abad yang lalu,
Ketika itu, seorang shahabat mengadu kepada Rasulullah,
"Wahai Rasulullah SAW, tidakkah engkau berkenan untuk berdo’a bagi kami? Tidakkah engkau berdo’a agar dakwah ini segera mendapatkan kemenangan?"
Mendengar ini Rasulullah bersadba,
"Kalian ini belum seberapa. Orang-orang sebelum kalian pernah mengalami peristiwa yang lebih mengerikan. Musuh Allah menggali lubang, lalu ada yang dimasukkan ke dalam lubang, kemudian digergaji kepalanya menjadi dua. Ada juga yang disisir dengan sisir besi sehingga kulitnya mengelupas dari tulang-tulangnya. Tetapi itu semua tidak membuatnya bergeser dari agamanya. Demi Allah, agama ini akan mengalami kemenangan sehingga seseorang yang berjalan dari hadlramaut hingga ke San’a tidak merasa takut kepada sesuatu pun melainkan takut kepada Allah. Maka kalian jangan tergesa-gesa."
Kini, kita tidak hidup ditengah masyarakat ideal. Maka jangan Isti'jal, jangan tergesa-gesa. Isti'jal adalah keinginan untuk segera merasakan dan memetik hasil perjuangan. Kita perlu mengambil pelajaran dari kisah shahabat tadi. Bahwa mengambil jalan Islam berarti harus bersabar, tidak isti'jal. Islam akan dimenangkan, itu adalah keniscayaan. Seorang Muslim sejati akan beruntung, itu adalah keniscyaan. Tapi kemenangan dan keberuntungan sejati itu adalah tetapnya kita dalam jalan lurus ini, istiqomah-nya kita dalam ber-Islam ini. Bagaikan ikan, yang tetap tawar walau harus hidup ditengah lautan yang rasanya asin.
Maka jangan tergesa-gesa. Semua ada prosesnya. Apakah Nuh gagal dalam dakwahnya karena sedikitnya pengikut? Tidak! Bahkan Nuh termasuk Nabi-Nabi istimewa Ulul Azmi. Karena kesabarannya menghadapi dunia, dan istiqomah di jalan-Nya. "Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam."
Nuh telah berdakwah siang dan malam, kalau tidak berhasil secara sembunyi, secara terang-terangan. Dan seluruh hidupnya, seribu tahun lamanya, tetap dalam kesabaran, menanti kemenangan. Dan Allah telah menetapkannya kemenangan sejati Nuh alaihissalam karena kesabaran dan istiqomahnya, tidak tergesa-gesa, tidak isti'jal.
Maka kita perlu mengambil pelajaran dari mereka, yang tidak tergesa-gesa dan bersabar. Terus meniti jalan-Nya walau penuh onak dan duri. Karena kemengangan dan keberuntungan sejati adalah ketika kita istiqomah di jalan-Nya, bersabar atasnya, dan tidak tergesa-gesa. Wallahu a'lam.
2 comments:
semua hal yang ingin diraih harus dengan kesabaran dan ketergesa-gesaan akan mengantarkan pada kegagalan.
hmm..jadi ingat pesan pak eko di meeting sabtu kmrn...harus tetap sabar dan istiqomah!
iya betul... hidup ini penuh dengan ujian kesabaran =)
Post a Comment