Monday, March 30, 2009

Celupan Kehidupan

hidup berarti tumbuh,
tumbuh ditengah masayarakat beragam warna,
merah, putih, hitam, abu-abu,
semua adalah warna-warna celupan seluruh proses hidup yang dilaluinya,
lalu celupan itu akan mencerminkan apa kesukaannya, apa keinginannya, apa cita-citanya, mencerminkan kepribadiannya.

sungguh, sebaik-baik celupan adalah celupan Allah,
"Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah,"
lalu kesukaannya adalah amar ma'ruf nahi munkar, keinginannya adalah kebaikan, dan cita-citanya adalah syurga, kepribadiannya adalah Islam, Syakhsiyah Islamiyah.

hidup juga berarti berinteraksi,
interaksi saling mempengaruhi, entah dipengaruhi atau mempengaruhi,
oleh apa kita dipengaruhi? oleh siapa kita mempengaruhi?
oleh teman-teman kita.

sungguh, sebaik-baik teman adalah yang selalu mengingatkan engkau pada akhirat sekalipun itu berat,
jalan yang berat itu akan meringan apabila kita berjalan bersama,
lalu Musa pun meminta pada Rabb-Nya Yang Maha Tinggi, "dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku."
karena jalan Musa begitu berat, menghadapi kaum yang bandel begitu rupa.

dan kita menghadapi dunia yang begitu berat menggoda,
maka teman selalu menjadi pelabuhan tempat kita bersinggah,
sejenak memaknai, meresapi, dan mengambil energi untuk melangkah kembali,
seberapa jauh lingkaran kebaikan mereka meliputi kita,
seberapa jauh lingkaran kebaikan kita meliputi mereka,
sebegitulah arti cinta bagi pertemanan kita.

karena cinta bisa berubah rupa menjadi musuh nyata,
kalau cinta itu bukan karena-Nya,
"
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa."
maka cintailah karena-Nya dan bencilah karena-Nya,
sebagaimana cinta seorang Abu Bakr kepada budak belia Bilal yang meneriaki siksaan majikannya dengan kalimat "Ahad!",
sebagaimana kebencian para ahlul Badr kepada sanak-saudara mereka yang memerangi kaum Muslimin walau dirasa berat.

tumbuh, interaksi, cinta,
semua adalah cermin dari celupan hidup kita,
lalu celupan mana yang engkau pilih?
Allahuma inni as alukalhuda ...
Allah lah Sang Pemberi Hidayah, maka mintalah hidayah itu hanya kepada-Nya.

(ya2n)

Sunday, March 29, 2009

The Road Not Taken

* * *
Kulihat dua jalan terbentang,
Kupilih jalan yang jarang dilalui orang,
Dan itulah yang membuat segala perbedaan.
* * *
The Road Not Taken

Gaya Tulisanku, Buku Yang Kubaca

Setelah kuamati, ternyata gaya tulisan seseorang itu sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis buku apa yang sedang dia baca. Kesimpulan itu kuambil setelah mengamati diriku sendiri. Ketika membaca buku serius, tulisan jadi serius, ketika sedang membaca buku ilmiah, tulisan memdadak bernuansa ilmiah, ketika membaca buku melankolis, tiba-tiba tulisan jadi ber-rima-rima dan menggunakan retorika indah, ketika sedang tidak membaca buku sama sekali, gaya tulisan berubah total menjadi gaya percakapan, chatting dan sejenisnya.

Terang saja, gaya bahasa tiap tulisanku jadi berubah-ubah. Tidak Konsisten. Penulis seperti ini tampaknya kurang dalam menulis. Tidak punya ciri khas dan identitas tulisan. Orang akan kesulitan untuk menilai tipe penulis macam apa ini, orang akan kebingungan melihat tulisan yang tampaknya ditulis oleh seseorang yang 'berbeda'. Pun tentang tema sebuah blog. Kalau terlalu campur aduk orang akan bingung men-jugde tipe blog macam apa ini.

Fauzil Adhim dalam "Dunia Kata" mengatakan, salah satu cara mudah memulai menulis adalah: benchmarking. Secara sederhana, benchmarking bearti manjadikan satu tulisan, penulis, atau media sebagai model. seorang penulis cerpen bisa menjadikan seorang Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau Joni Ariadinata sebagai acuan. Meniru gaya bertulis mereka.

Nah, kalau banchmarking saja jadi langkah awal bagi seseorang untuk mulai menulis, maka gaya tulisan tentu menjadi point penting bagi sebuah tulisan. Apa jadinya kalau Asma Nadia menulis di salah satu novelnya dengan gaya tulisan Raditya? Bisa-bisa orang yang mem-benchmarking-nya kepusingan.

Tapi kalau benchmarking-nya kebablasan, jadinya seperti saya. Setiap kali membaca buku, gaya tulisan ikut-ikutan berubah. Tak baik juga membatasi jenis buku yang dibaca. Buku bagaikan jendela wawasan. Mulai dari genre fiksi sampai non-fiksi, ilmiah sampai populer, santai sampai serius, semua ada wawasan. Tinggal pintar-pintarnya kita menilai dan menyaring informasi yang bermanfaat, dan membuang informasi yang tidak bermanfaat.

Kebetulan, 3 buku baru bulan ini adalah novel. Ma Yan, 5 cm, dan The Road to Empire. Bukan. Bukan karena saya penggemar berat buku novel, hanya karena melihat review buku ini yang bagus. Buku lain yang saya incar bulan ini adalah "Pemuda Peka Zaman" karya Dr. Saghuni, dan Ighasatil Lahfan-nya Ibnul Qayyim.

Ma Yan diangkat dari kisah nyata kehidupan perempuan Muslim China yang berjuang mati-matian untuk sekolah. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyekolahkan anaknya. Walau itu berarti harus makan 2 kali sehari, sekali nasi sekali roti. Bahkan harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ketempat sekolahnya. Buku ini sangat kuat dalam menceritakan hubungan ibu-anak. Gaya bertuturnya cukup deskriptif dan tema cerita yang diangkatnya sederhana dan mudah ditebak, tapi cukup untuk membuat Anda menangis miris.

Dua novel lainnya berbeda. 5 cm. Tentang persahabatan 5 orang, perjalanan mereka, mimpi-mipi mereka. Saya belum baca yang ini, tapi kalau baca dari review dan sinopsis, sepertinya cukup bagus. Tetap, segala sesuatunya perlu disaring. The Road to Empire. Berlatar belakang perang di China, dan kehidupan pasukan Muslim China. Pemimpin mereka, pangeran keturuna Mongol.

Gaya bertutur novel tentu beda dengan buku-buku ilmiah seperti Riyadush Shalihin, Kitabul Ilmi, atau Minhajul Qashidin. Mungkin yang memadukan keduanya adalah buku-buku Mas Salim yang terakhir berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang". Buku wawasan Islam dengan gaya bertutur novel. Nah, bagi seseorang (baca: saya), buku yang sedang dibaca sedikit banyak berpengaruh dengan gaya tutur tulisannya, mungkin tidak bagi penulis profesional. Bagaimana dengan Anda?

Saturday, March 28, 2009

For a 'Brighter' Future; Kok Cuma Semalam?

Malam itu (28/03) saya mendapat SMS dari teman yang udah lama nggak SMS-an. Isinya:
1 DARK NITE FOR A BRIGHTER FUTURE. Tepat malam ini jam 20.20-21.30 WIB mari bersama2 mematikan lampu sbagai komitmen bersama oenduduk dunia. STOP GLOBAL WARMING.

Iklan 'semacam' itu juga sempat sekilas saya lihat di televisi. Hari ini adalah hari tanpa lampu! Peduli? Peduli nggak ada salahnya. Jadi malam itu kos kami pun tiba-tiba gelap gulita. Sebenarnya bukan saya yang mencoba inisiatif, tapi Mas Yarka. Semua langsung dimatiin, kecuali komputer, hehe. Gelap.

Lalu, kulihat keluar... Ternyata... Terang benderang. Yah, nggak ngaruh deh, kalau dilihat dari satelit pun, nggak ada bedanya kalau cuma satu rumah yang matiin lampu, kelihatannya ya terang-terang aja. Emang alau matiin lampu semua ngaruh-nya apa? Nggak tahu juga ya, yang jelas, kalau seluruh Indonesia matiin lampu, PLN jadi tambah hemat. 'Tul nggak?

Yang lebih menarik perhatian saya adalah SMS teman saya tadi, "1 DARK NITE FOR A BRIGHTER FUTURE". Pertama, bisa segitunya ya membuat seluruh dunia menyambut seruan mereka. Dari manakah asalnya? Siapa yang mencanangkannya? Organisasi apa? (Duh, kok tiba-tiba saling berkelebat di kepalaku masalah propaganda, konspirasi, globalisasi, waduh-waduh sudah kebablasan, nggak deh). Lanjut saja.

Kedua, apa yang ada dibalik itu? Sekarang, dunia sedang gencar promosiin Green Environment termasuk hemat energi. Lebih jauh lagi: Global Warming. Emang apa hubungannya green environment sama global warming? Ya sama-sama membahas issue lingkungan hidup. Anda setuju dengan issue ini? Saya antara setuju dan tidak. Masih banyak perdebatan. Yang belum banyak tahu ambil posisi tengah aja, hhehe =D.

Penah lihat film dokumenter "Global Warning Swindler"? Disana diceritakan bagaimana sebenarnya masalah global warming adalah hal yang wajar, bukan disebabkan pencemaran industri yang ada sekarang. Gembar-gembor tentang masalah yang timbul karena global warming ini hanya dijadikan sebagai bahan membuat industry baru. Lihatlah bagaimana di kemudian hari muncul produk-produk berlabel green technology. It's just a businness matter. Entahlah.

Kalau penghematan? Jelas saya sangat setuju. Kita sebagai manusia harus berhemat. Bahkan itu diajarkan dalam Islam. Kalau kemudian muncul produk-produk berlabel "hemat energi", uouo.. setuju sekali. Apalagi kalau "Low-Power Wireless Chip", ehehe. Yang jelas, apapun yang ada dibalik semua itu, entah business matter atau pure for human being; for a better life, silakan saja, saya nggak mau ikut debat =p. Lanjut saja.

Ketiga, bagi saya, jargon-jargon penghematan ini seharusnya bukan hanya sekedar event sehari saja. Bayangkan, kalau kita terlalu terbiasa dengan slogan "1 hari saja" yang euforistis (halah istilah baru). Matiin lampu cukup sehari saja, habis itu mau boros juga nggak apa-apa. Kasih sayang cukup sehari saja, habis itu nggak kasih sayang juga nggak papa. Habis itu dilupakan. Hello..? Kita penghematan mah setiap hari, kasih sayang mah setiap hari. Jangan lah terlalu euforia dengan event-event yang cuma sehari saja, apalagi semalam.

Satu kalimat untuk menutup postingan ini: For a 'Brighter' future? Kok cuma semalam!? (ya2n)
Friday, March 27, 2009

I just wanna come to free one, not PAID one

WIMAX Forum Congress Asia 2009 now on the spot! Congress ini akan dilaksanakan tanggal 27-29 April 2099 di Singapore, tak jauh dari Indonesia, maka saya pun berencana mengikutinya. Tentu saja... cari yang free registration, hehe. Sebenarnya pengen ikut yang technical seminar, karena pasti akan dapat banyak masukan darisana, dan tema-tema nya menarik, hal-hal yang perlu dan belum pernah kami lakukan di technical design, cuma.... mahal banget. Nggak deh! Yang free saja. Lagian mana mau perusahaan bayarin yang itu. Hehe, belum saatnya.

Akhirnya kudaftar free seminar dan exhibition. habis registrasi, saya dapat auto-reply email yang mengatakan officer sedang out of office di DVB-T Congress Europe. Wew, dan kata Pak Trio hari ini deadline registrasi. Mikir bentar. Kalau begitu, kukirim email aja ke Ms. Miki dari infocom Singapore yang waktu itu sempet menghubungi saya lewat Lakso.

Dear Miki,

We would like to register for WIMAX Asia 2009 free exhibition and seminars. I've tried to register via online registration today, but I'm affraid that I missed because from the confirmation email, it said that the officer is out of office today.

Could you kindly check it and confirm to us whether we're already registered or not?

...

And again, Miki tiba-tiba nelpon. Ceritanya, Ms. Miki Kong ini marketing officer untuk WIMAX Asia 2009 ini. Ceritanya begini, waktu itu saya minta tolong downloadin brosur ke Lakso, dan harus ngisi datadiri dulu baru bisa download. EH, tiba-tiba ada yang nelpon nawarin ini itu ke Lakso, trus nelpon ke saya juga. Ya itu, Ms Miki itu. Udah gitu nelponnya kayak agresif banget, nawarin Mau ikut conference nggak? Mau ikut conference nggak?. Pakai bahasa Inggris tentunya. Eh, bukan. Singlish (Singaporean English, hehe =D). Jadi yaudah, kupikir kayaknya dia bisa kumintai tolong, siapa tahu dia bantu (ato minimal nelpon lagi, lumayan buat practice english, *loh?*)

Miki: Hello, Mr Yan Syafri?
Me: Yes.
Miki: From the email you said that 'bla bla bla' (ngomong dengan nada ga terlalu jelas), would you like to register for the conference?
Me: (mikir bentar) For the conference? No, I just wanna come to free exhibition and seminar.
Miki: Why?
Me: Well, it's due to 'bla bla bla' (bingung njelasin ke Miki, sebenernya intinya karena ga ada duit buat ikutan)
Miki: (merasa ga ngerti ato pura-pura ga ngerti) I'm sorry?
Me: I just wanna come to the free one, not the 'PAID' one (kata 'paid' nya diperjelas).
Miki: Oohh, Okay (entah maklum ato apa nggak ngerti).
Me: So, do I need to register for the free seminars?
Miki: 'bla bla bla'
Me: Pardon?
Miki: I'll arrange it for you.
Me: ..... Oh, thank you.
Miki: Bye bye.
Me: (masih belum clear sih sebenernya) Bye bye.

Tuesday, March 24, 2009

Cubic Cube dalam Cubic Cube

Cerita ini berawal dari obrolan dengan temanku yang ingin meneruskan sekolah ke janjang lebih tinggi di ITB. Saya baru tahu kalau kurikulum ITB sekarang baru; beda. Semenjak merubah diri dari Program Studi Teknik Elektro menjadi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Apanya yang beda? yang jelas lebih terintegrasi. Dan yang paling mencolok adalah munculnya sempalan baru yaitu Information Technology Group.

Saya sendiri lulus dari major Elektronika. Yang menarik perhatian saya kemudian, tentunya, adalah kurikulum major Elektronika, yang kalau untuk graduate study disebutnya Mikroelektronika. Ternyata ga jauh beda! Kirain.

Apa nya yang ga jauh beda? Gado-gado-nya. Saya sudah mencoba buka-buka situs Universitas luar yang menawarkan major di bidang Mikroelektronika. Kurikulum mereka cenderung lebih fokus, kalau boleh saya nilai. Contoh kasusnya adalah pemisahan antara VLSI yang lebih cenderung pada Computer Engineering dengan Nanotechnology yang lebih cenderung pada Microelectronics.

Tapi di ITB? Bayangkan, ada kuliah Intelligent System Design dan Nanotechnology dalam major yang sama. Saya bicara dalam hal graduate programe lho ya, bukan undergraduate. Wajar? Menurut saya tidak. Terlalu lebar dan tidak fokus.

Teman saya berkomentar lain. "Kalau cuma begitu (memisahkan VLSI dengan nanotech-red), dirimu cuma jadi programmer," katanya.

"Saya rasa elektro itu seperti cubic cube, goal-nya adalah membuat semua sisi mempunyai warna seragam. Tapi kita hanya lihat maksimal 3 sisi. Saat kita puter untuk merapikan satu sisi, kadang kita lupa kalo perputaran itu juga mempengaruhi yang lain. Saat kita putar tanpa memikirkan sisi yang lain, yang terjadi, kita hanya bisa membenarkan warna 1 sisi saja. Padahal masih ada 5 sisi yang ternyata belum rapi. 1 perubahan akan membawa perubahan pada yang lain. Konsiderasi, tidak bisa dilihat hanya 1 sisi." tambahnya mantap.

Saya antara setuju dan nggak setuju. "Tetep aja cuma 3 sisi yg bisa kita lihat, jangan muter2 tapi ga fokus.". Jadi nggak bertentangan donk, dengan pernyataanku, bahwa kita perlu fokus dalam mengerjakan suatu bidang, termasuk elektro. Fokus bukan berarti mengabaikan hal-hal lain. Fokus bukan berarti hanya melihat persoalan dari satu sisi saja. Masih inget postingan saya tahun lalu?

Saya setuju dengan perumpamaan cubic cube itu. Dan justru saya melihat lebih dalam lagi, bahwa segala sesuatu bisa dipandang sebagai cubic cube. Coba saja, program studi Teknik Elektronika hanya bagian dari STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika), STEI hanya bagian dari ITB, ITB hanya bagian dari seluruh civitas akademia Indonesia. Lebih jauh lagi, ilmu Elektro ini hanya bagian dari Ilmu-ilmu lain yang saling berkait, lebih jauh lagi, semua adalah bagian dari kehidupan yang dibungkus dalam satu kaidah besar: Islam.

Saya berikan sedikit ilustrasi. Dalam membuat produk bernama "SoC chip", diperlukan minimal 4 group utama, modeling engineer, RTL engineer (hardware), software engineer, dan layout/physical engineer. Nah, masih-masing group membidangin bidang yang berbeda. Orang software mana ngerti gimana cara layout. Orang modeling mana ngerti gimana bikin software.

Tapu kalau tahu? Yup, tahu. Hanya sekedar tahu tapi tidak mengerti tidak mendalami. Itulah mengapa pentingnya mengadiri meeting rutin antar group, ehehe. Kita mengurusi satu hal (istilahnya 3 bidang cube yang terlihat), tapi bukan berarti mengabaikan sisi bidang lain. Fokus! Beda dengan cuek. Sama halnya dengan kuliah 'kan? Harus fokus, tapi tidak mengabaikan kuliah-kuliah lainnya.

Kalau mau melihat Elektro sebagai sebuah cubic cube saja, saya pikir kurang. Elektro adalah cubic cube dalam cubic cube yang lebih besar. Seorang engineer elektro tidak hanya hidup dalam ruang linkgup elektronika, tapi juga ruang lingkup masyarakat, negara, bahkan untuk ukuran terkecil: keluarga. Semua ada cubic cube yang harus ditempatkan pada posisi dan porsinya masing-masing.

Much more bigger, everything is a cubic cube in a cubic cube, it's just a matter about how we manage them so that everything become harmony. (ya2n)

khilaf, benci, dan cinta

seorang kawan, dalam doa dan salamnya
di berlalunya seperempat abad usiaku
kembali mengenangkanku sebuah kaidah
“bencilah kesalahannya,
tapi jangan kau benci orangnya.”

betulkah aku sudah mampu begitu
pada saudaraku, pada keluargaku
pada para kekasih yang kucinta?
saat mereka terkhilaf dan disergap malu
betulkah kemaafanku telah tertakdir
mengiringi takdir kesalahan mereka?

tapi itulah yang sedang kuperjuangkan
dalam tiap ukhuwwah dan cinta
dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
karena aku tahu, bahwa terhadap satu orang
aku selalu mampu membenci luputnya
tapi tetap cinta dan sayang pada pelakunya
itulah sikapku selalu, pada diriku sendiri

kucoba cerap lagi kekata asy syafi’i
“aku mencintai orang-orang shalih”
begitu katanya, diiringi titik air mata
“meski aku bukanlah bagian dari mereka
dan aku membenci para pemaksiatNya
meski aku tak berbeda dengan mereka.”

ya.. mungkin dia benar
tapi dalam tiap ukhuwwah dan cinta
dalam tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
aku ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi

karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
memiliki sisi kelam,
yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka cukuplah bagiku
memandang sang bulan
pada sisi cantik yang menghadap ke bumi

tentu, tanpa kehilangan semangat
untuk selalu berbagi dan sesekali merasai
gelapnya sesal dan hangatnya nasehat
sebagaimana sang rembulan
yang kadang harus menggerhanai matahari

-Salim A. Fillah-


Thursday, March 19, 2009

Indonesia Juara 1 & 3 pada The 12th LSI Design Contest Okinawa 2009


"alhamdulillaah kang"
"menang peringkat 1 dan 3"

Malam itu (19/3) saya dapat pesan dari teman yang sedang berada di Okinawa mengikuti The 12th LSI Design Contest in Okinawa 2009. Hmm, Alhamdulillah, ikut merasakan senang. Seperti ikut merasakan euforia mereka, hehehe.

Ada dua tim yang berangkat ke Okinawa (lolos final), satu tim Nden dkk (Ganesha ANT), satu lagi tim Iman dan Fajar. Ketiganya adik angkatan di Elektro dan sekaligus pernah magang VSilicon (we're welcoming you to join us after graduation ya!).

Kali ini tema desainnya adalah Small RISC Processor. Desain yang berhasil dibuat teman-teman yang ikut final adalah: "Pipeline Double-Issue MIPS Processor", dan "1-GHz Small MIPS Architecture with Low-Flush Event and Stall-Rate". Sekilas dari yang saya baca di paper yang mereka buat: Great! Desain yang bagus. TIdak hanya dari sisi efisiensi arsitektur dan fungsionalitasnya, tapi juga kreatifitas Implementasinya.

Kedua tim memperagakan implementasi processor yang mereka desain untuk menjalankan aplikasi Game. Salah satunya Game Hangman. Hmm, kemajuan yang luar biasa dibanding 2 tahun sebelumnya ketika kami ikut lomba yang sama. Dulu aplikasi desain hanya dibuat setelah tahu lolos final. Kontan saya langsung berpikir, mereka insya Allah lolos! Dan ternyata bukan hanya lolos, tapi juara 1 dan 3. Alhamdulillah.

Prestasi yang terulang dari tahun lalu (2008), juara 1 dan 2. Biasanya untuk juara 1, desain mereka akan masuk dalam Institut of Electronics, Information and Communication Enginers Jepang (IEICE). Dan perlu diketahui bahwa dalam contest ini tidak ada pembedaan antara mahasiswa S1 dan S2. Semua jadi satu dalam penjurian. Ada 10 finalis dari berbagai negara (Jepang, Taiwan, Korea, China, dsb.) yang harus mempresentasikan hasil karya meeka ke dewan juri.

Dari dewan juri tersebut, beberpa diantaranya Wada-sensei dari Ryukyu-Daigaku, Ochi-sensei dari Kyu-tech, perwakilan dari Sony Corp., DesainWave, Xilinx, dan satu orang perwakilan dosen ITB, yang total berjumlah sekitar 10 orang. Contest ini sendiri diselenggarakan oleh LSI design contest committee dan Kyushu Semiconductor Industries and Technology Innovation Association.

Harapan saya pribadi, Indonesia bisa terus melestarikan tradisi yang dimulai sejak 2006 untuk mengirmkan karya-karya-nya dalam ajang internasional ini. Dan membuktikan pada bangsa bahwa kita bisa berkarya di bidang electronics, dan khususnya bagi komunitas chip desain dan electronic industry di Indonesia, menambah gairah dan semangat berkarya mereka. Sekali lagi, selamat untuk 2 tim Indonesia yang berhasil meraih juara 1 dan 3 The 12th LSI Design Contest in Okinawa 2009!

ps. nanti masuk di acara Apa Kabar Indonesia ga ya? Hehe..

Berita Contest 2008
Berita Contest 2007
Berita Contest 2006


Wednesday, March 18, 2009

Rindu



(foto-foto Ramadhan 1428H Masjid Al-Muhajirin Sadang Serang)

Setelah membaca postingan Lakso, jadi timbul perasaan rindu yang sepertinya sudah lama terpendam. "Rindu suasana itu, rindu tawa ceria anak-anak itu, rindu senyum sapa bapak-bapak itu, rindu jabat hangat ikhwah itu, rindu semangat kebersamaan itu". Ah, moga nggak jadi sekedar rindu, tapi semangat yang menggerakkan.

Zaid; Cinta Itu Menggerakkannya

"Anda adalah seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukanmu", kata khalifah Abu Bakar kepada Zaid bin Tsabit.

Siapa tak kenal Zaid bin Tsabit, sang juru tulis Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kedekatannya dengan Al-Qur'an mengantarkannya pada derajat ulama di kalangan shahabat. Setelah Rasulullah wafat, Zaid dijadikan rujukan utama jika ada yang ingin bertanya tentang Al-Qur'an. Karena kemampuan itu, saat Umar Bin Khatab menjadi khalifah, Umar pernah berfatwa, “Hai manusia, siapa yang ingin bertanya tentang Al Qur’an, datanglah kepada Zaid Bin Tsabit….”.

Di masa Abu Bakar Siddiq menjadi khalifah, Zaid menjadi ketua kelompok yang bertugas menghimpun Al Qur’an. Dan dimasa pemerintahan Ustman Bin Affan, ia menjadi ketua tim penyusun mushaf Al Qur’an. Begitulah, buah cinta Zaid pada Al-Qur'an menggerakkannya untuk menjadi ulama Al-Qur'an.

Kebesaran nama Zaid Bin Tsabit dan kedalaman ilmu yang dimilikinya menjadi sebuah kehilangan besar ketika tiba waktunya ia pergi menghadap Illahi Robbi. Kaum muslimin bersedih karena mereka kehilangan seseorang yang dihatinya bersarang ilmu Al Qur’an. Bahkan Abu Hurairah mengungkapkannya sebagai kepergian Samudera Ilmu. Begitulah Zaid Bin Tsabit dengan keluasan ilmu Al Qur’an yang ia miliki.

***

Tapi siapa sangka, pada Zaid kecil, tidak terpikir dalam dirinya akan menjadi ulama besar. Zaid kecil memikirkan cara lain untuk menjadi penegak panji-panji Allah. Di usianya yang baru 13 tahun, Zaid mendatangi Rasulullah yang kala itu sedang mengadakan persiapan perang. Zaid kecil datang membawa sebilah pedang, yang lebih panjang dari tinggi badannya, menemui Rasulullah.

Dengan penuh semangat dan percaya diri, Zaid kecil berkata kepada Rasulullah, "Saya bersedia syahid untukmu wahai Rasulullah. Ijinkan saya pergi berjihad bersama anda untuk memerangi musuh-musuh Allah, dibawah panji-panjimu". Rasulullah tertegun. Melihat bocah kecil penuh semangat ini, Rasulullah gembira dan takjub. Beliau menepuk pundak Zaid lalu berkata bahwa permintaan Zaid tidak bisa dikabulkannya. Zaid masih terlalu kecil untuk terlibat dalam peperangan.

Zaid yang tadinya datang menemui Rasulullah dengan semangat berapi-api dan penuh percaya diri, pulang dengan rasa kecewa. Zaid kecil pun menangis tersedu dan mengadukan hal ini kepada ibunya. Berharap bisa membantunya membujuk Rasulullah agar diperbolehkan ikut berjihad. Atas nama cinta. Ya, atas nama cinta.

Ibunda Zaid pergi menemui Rasulullah, mengajukan permohonan agar putra tercintanya diperbolehkan ikut berjuang dijalan Allah. Nuwar Binti Malik, ibunda Zaid, pun menghadap Rasulullah menyampaikan kelebihan Zaid kecil; hapal tujuh belas surah dengan bacaan yang baik dan benar, serta mampu membaca dan menulis dengan bahasa arab dengan tulisan yang indah dan bacaan yang lancar. Lalu Rasulullah meminta Zaid mempraktekan apa yang dikabarkan tentang dirinya oleh ibunya.

Rasulullah kagum, ternyata kemampuan Zaid lebih bagus dari yang disampaikan ibunya. Rasulullah meminta Zaid belajar bahasa Suryani dan bahasa Ibrani, bahasa orang Yahudi. Berita gembira itu disambut Zaid dengan suka cita. Kalau tidak bisa ikut berperang, Zaid kecil masih bisa memperjuangkan Islam dengan ilmu.

Lalu Zaid pun mempelajari bahasa Suryani dalam 17 hari, dan bahasa Ibrani dalam 15 hari. Dalam waktu singkat, Zaid menguasai bahasa itu. Setiap kali Rasulullah mendapat surat atau membalas surat kepada orang Yahudi, beliau meminta Zaid melakukannya. Di usianya yang sangat muda, Zaid menjadi orang kepercayaan Rasulullah, karena kemampuannya membaca dan menghapal Al-Qur'an. Rasulullah pun mempercayakan Zaid untuk selalu menuliskan wahyu yang turun kepada Rasulullah.

Semangat Zaid kecil berubah dari menghunus pedang di medan pertempuran, menjadi seorang yang mendapat amanah besar menjaga Al-Qur'an. Atas nama cinta. Ya, cinta itu menggerakannya. Dan zaid mendapat kedudukan sebagaimana para syuhada yang membela Islam dan gugur di medan pertempuran. Allah kariim. Semoga Allah subhanahu wata'ala merahmati dan memberi beliau tempat yang layak disisi-Nya.

Begitulah Zaid Bin Tsabit. Kecintaanya yang besar terhadap Islam, menggerakkannya untuk berjuang apapun jalan yang harus ditempuhnya. Semoga kita dianugerahi rasa cinta sebagaimana cinta Zaid bin Tsabit. Amiin. (ya2n)
Monday, March 16, 2009

Senyum Yuk!

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah sosok yang kita jadikan sebagai tauladan dalam setiap nafas kehidupan kita. Dari semua aspek kehidupannya, termasuk ukhuwah yang diajarkan beliau kepada para shahabat.

Coba simak hadits berikut yang menggambarkan bagaimana hal-hal kecil yang sering kita lupakan dalam hubungan terhadap sesama, ternyata diajarkan oleh Nabi kita shalallahu 'alaihi wa sallam:

Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: 'Sesekali janganlah engkau meremehkan kebaikan meskipun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah ceria' " (hadits dari Riyadush-Shalihin)

Sunday, March 15, 2009

Lisung Bandung

Akhirnya kutulis juga perjalanan wisata kulinerku, hehe. Habis lihat posting Riris yang cerita tentang bebek-bebek favorit-nya, jadi kepikir nulis juga. Ceritanya, weekend pekan lalu (9/3), kami (anak-anak kos Sadang Serang 43) berencana makan-makan keluar.

Dari kiri-ke-kanan: Suryo, Mas Dibya, Afif, saya, dan Mas yarka. Yang moto si Iqbal "Datuk" (selanjutnya saya sebut sebagai Datuk saja, =p), yang terlihat di pojok kiri atas. Kali ini Herdhy, Jerry, dan Thoha ga ikut. Herdhy udah pindah ke Jakarta, kerja di Astra, Thoha sedang mudik ke Jogja, dan Jerry, hmm... ga mau ikut dia, ga ada yang traktir =D. Oiya, gambar diatas dibikin sama Mas Dibya, yang emang hobbynya ngutak-atik gambar, karena dia arsitek. (Humm, kapan-kapan kutulis cerita tentang mereka ya)

Pemenang tempat makan kali ini pilh jatuh pada... jreng.. jreng.. Lisung Bandung. Tempatnya ada di Dago Pakar. Untuk sampai ke sana, kami lewat Jalan Cigadung Raya terus kearah Resort Dago lewat Dago golf. Satu jalan setelah Resort Dago, belok kanan ke arah Galeri Sumardja (anak-anak Arsitek pasti tahu galeri ini.

Kenapa Lisung Bandung? Sebenernya karena Datuk sih, ehehe. Dia bilang ada menu khas-nya: "Nasi Panggang Kumpeni". Dia lihat dari acara kuliner gitu, terus langsung searching di internet. wuihh, niat banget. Yaudah, karena penasaran kami putuskan ke Lisung itu.

Lisung Bandung.
Kesan pertama setelah nyampe sana, mirip WaLe (Warung Lela). Letaknya di dago atas, tepatnya Dago Pakar Timur dan nanjak banget jalannya. Sesampainya disana, kita bisa melilhat view Bandung dengan sangat jelas. Subhanallah, bagus sekali. Lihat gambar kanan-atas.

Waktu itu tidak terlalu ramai, tempat juga sangat nyaman, kalo boleh dibilang lux. Ada tiga tingkat, di tingkat bawah ada rumah-rumah kecil dan court rumput hijau. Sayang dari sini ga bisa lihat view kota Bandung. Akhirnya kami pilih tempat diatas.

Saya pesen 1 nasi panggang kumpeni dan segelas fruit punch. Gambar disebelah adalah frout punch, kalau nasi panggang kumpeni? Ya itu, yang ada dalam foto diatas. Kelihatan enak bukan?

Saya taksir resepnya begini: nasi dikasih santan dan garam lalu dipanggang pakai oven, dikasih jamur, bawang bombai, jagung muda, dan yang khas nih, dikasih keju diatasnya meleleh ketika dipanggang, menambah rasa jadi lebih wah (mak nyuss), akhirnya hasi panggang dihidangkan dengan aneka tambahan lainnya seperti tomat, mentimun, dan sosis.

Hmm.. harganya lumayan mahal sih. Tapi memang tidak hanya menunya yang enak, tempatnya juga bagus. Dan situasinya nyaman. Sepertinya cocok untuk acara keluarga sesekali sebulan misalnya, sekedar untuk menghangatkan suasana, hehe. Yah, ada saja lah manfaatnya, asal jangan keseringan, nanti boros. Dan berboros adalah teman syaitan (naudzubillah).

OK deh, sekian saja dulu ceritanya, silakan berkunjung ke Lisung (loh, malah promosi). Kapan-kapan disambung lagi, insya Allah. (ya2n)

Islamhouse.com : Referensi Islam Lengkap

Barusan buka-buka lagi site favorit yang dulu sering dikunjungi: www.islamhouse.com. Eh, sudah berubah skin-nya ternyata. Lebih bagus. Website ini berisi referensi-referensi lengkap tentang Islam yang resmi atau free untuk didownload dan disebarkan. Bisa berupa pdf, chm (windows help file), doc, mp3, bahkan avi video format. Lengkap deh pokoknya.

Dan tidak tanggung-tanggung, referensi tersedia dalam puluhan bahasa termasuk Indonesia. Yah, tapi tetap koleksi paling lengkap adalah dalam bahasa Arab. Hampir semua kitab yang saya cari ada disini. Oiya, ada search engine-nya juga lho: http://tsearch.islamhouse.com. Lumayan, pakai teknologi seperti google search. Terus ada RSS feed-nya juga. Bisa RSS feed dalam Bahasa Indonesia, Inggris, Arab, dan lainnya. Nih, salah satunya saya pasang di blog ini sekarang. =)


Renungan Pekan Ini

Jika sepi jangan merasa sendiri, ada Allah yang selalu mengawasi.

Jika sedih jangan pendam di dalam hati, ada Allah tempat berbagi.

Jika susah jangan menjadi pilu, ada Allah tempat mengadu.

Jika gagal jangan putus asa, ada Allah tempat meminta.

Jika Bahagia jangan menjadi lupa, ada Allah tempat memuji.


(Dari blog sahabat, semoga bermanfaat)
Wednesday, March 11, 2009

Melejitkan Potensi

Singkat cerita dalam sebuah kajian, dalam hal ini lebih spesifik: kajian dakwah fardhiyah, salah seorang peserta mengemukakan pengalamannya. Ada dua permasalahan yang dia ungkapkan.

Pertama, katanya, "Sering kita menganggap diri kita belum cukup ilmu, sehingga ketika sudah ada niatan untuk mengajak orang, niat tersebut diurungkan. Takut karena merasa masih kurang ilmunya."


Kedua, tambahnya, "Sering kita terlalu menimbang-nimbang orang. Apakah kira-kira orang ini mau untuk diajak ngaji atau nggak, sehingga sering mengurungkan niatnya karena takut tidak diterima."


Sebenarnya teori sudah banyak disampaikan ustadz dalam berbagai kesempatan membahas kajian tentang dakwah. Ustadz pun lalu berusaha menjawab dengan contoh agar lebih mengena dan mudah dibayangkan.

Pertama, jawabnya, mari kita belajar dari saudara-saudara kita di Jamaah Tabligh. Terlepas dari beberapa kekurangan mereka, diantaranya banyak menukil hadits-hadits dhaif dalam kitab Fadhailul A'mal, mereka sangat gencar dalam hal mengajak orang untuk keliling ke masjid-masjid, istilah mereka khuruj.

Padahal, seperti yang sudah saya sebut, secara ilmiah (saya berusaha objektif), ilmu mereka masih kurang. Disinyalir dengan banyaknya mereka menukil hadits-hadits dhaif, dan (dulu, tidak tahu kalau sekarang) kajian yang dibahas kebanyakan diambil dari kitab Fadhailul A'mal tersebut. Akan tetapi lihatlah, orang yang baru ikut khuruj pun ikut-ikutan mengajak siapapun yang bisa mereka ajak. Jadi melihat pengalaman orang, tidak ada alasan bagi kita untuk takut karena masih kurang ilmu. *

Jawaban kedua, mari kita simak pengakuan beberapa ikhwan yang disiarkan langsung pada launching program Wahdah yang juga sempat saya ikuti melalui saluran paltalk dan live streaming web hari Senin (9/3) lalu.

Cerita ikhwan pertama kira-kira begini,

Saya mempunyai teman yang akhlaknya sangat bagus. Saya tertarik dengan akhlak teman saya ini. Sudah lama saya memperhatikan dia karena dia terlihat beda dari teman-teman pada umumnya. Sebetulnya saya ingin kenal dengannya tapi teman saya ini pendiam dan jarang bicara. Sampai suatu ketika, dia mendekati saya berkata, "Akhi, ada acara Bedah Buku di SMA 11, ikut yuk". Nah, ini dia, kata-kata ini yang sudah lama saya tunggu-tunggu. Akhirnya saya diajak untuk lebih mengenal Islam dengan benar. Sejak saat itulah saya terus semangat dan aktif dalam kegiatan ta'lim dan tarbiyah.


Cerita ikhwan kedua kira-kira begini,

Saya termasuk genk SMA di sekolah saya dulu. Eh, tiba-tiba ada seseorang yang mendekati saya dan mengajak ke kajian. Nggak salah pa? Mengajak saya, genk SMA, ikut ke pengajian. Saya pun mencoba ikut dalam pengajian terebut, dan orang-orang pada heran, ada "preman" ikut kajian. Ah, ternyata yang terjadi kemudian tidak disangka sebelumnya, dan saya menemukan hidayah dari sana.

Nah, sahabat, tidakkah kisah ini cukup memberikan bukti bagi kita bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja. Tidak usahlah berperasangka "orang ini sepertinya baik, orang ini sepertinya buruk". Ajaklah siapapun yang bisa kita ajak. Dan hasilnya? Serahkan sepenuhnya kepada Allah.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. " (QS Al-Qashash: 56)

Ada satu kisah menarik dalam sirah Nabawiyyah ketika saat itu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sedang dalam kegentingan perang Uhud.

Bukhori-Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata "Seolah aku menyaksikan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tengah mengisahkan seorang Nabi pendahulu beliau yang dipukul oleh kaumnya sampai berdarah, saat beliau (di medan Uhud) mengusap darah di wajahnya seraya berdo'a: Allaahummaghfir liqoumii fa innahum laa ya'lamuun" (Ya Allah, berilah ampunan kepada kaumku ini, sebab mereka belum tahu)

Juga kisah perjalanan Rasulullah ke Thaif untuk mencari wilayah aman, yang kemudian disambut dengan lemparan batu oleh orang-orang Thaif waktu itu sampai berdarah. Ketika hendak meneruskan perjalanan pulang ke kota Mekkah, mereka bertemu dengan Malaikat Jibril yang ditemani oleh Malaikat Penjaga Gunung. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah,

“Sesungguhnya Allah telah benar-benar mendengar perkataan kaummu, Allah pun mendengar penolakan mereka kedadamu, dan Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu, supaya engkau perintahkan kepadanya untuk berbuat apa yang kau kehendaki bagi penduduk Thaif”. Malaikat Gunung kemudian mengikuti perkatan Jibril, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mendengar perkataan kaummu kepadamu, dan sesungguhnya Allah telah mengutus aku bagimu, jika sekiranya engkau kehendaki aku untuk melipatkan kedua gunung yang besar ini (yang ada diantara kota Mekkah dan Kota Thaif) maka tentu akan kukerjakan.”

Tetapi Rasulullah yang mulia tidak sependapat dengan penawaran kedua malaikat tersebut, Rasulullah menjawab , “Tidak, bahkan aku mengharapkan semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian Rasul berdo’a kepada Allah bagi orang-orang Thaif yang telah menghina dan menyakiti beliau dengan do’a yang sangat indah dan penuh kasih sayang:

“Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, Karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.

Demikianlah, dan benarlah, pada masa kejayaan Islam, banyak 'ulama yang lahir dari derah Thaif ini.

Nah, jadi, cerita diatas adalah bukti bahwa kita tidak perlu khawtir apakah orang mau menerima dakwah kita atau tidak. Kita perlu melejitkan potensi yang sebenarnya terpendam di hati teman-teman atau saudara kita yang menunggu kita untuk menggugahnya. Yup, dengan dakwah fardhiyah dan ta'liful qulub, mendekati dari hati ke hati.

Semoga Allah ta'ala senantiasa menaungi kita dalam hidayah dan taufiknya, serta memberikan hidayah-Nya kepada orang-orang yang kita cintai. Allahumma inni as alukal huda, wat tuqo, wal 'afaafa, wal ghina. Wallahu a'lam, semoga bermanfaat. (ya2n)

* Silakan update info-nya berkenaan dengan khuruj ini, kalau memang sekarang tidak demikian, saya sudah lama tidak beinteraksi dengan mereka (Jamaah Tabligh).

Palestina, Out of Date?

Ahad kemarin (8/3) sedianya saya dan beberapa teman hadir di acara nikah temen Elektro'03. Tapi karena satu dan lain hal, saya harus ke Cianjur. (Maaf ya Deden, saya ga bisa hadir waktu itu, mudah-mudahan pernikahannya barakah, amiin).

> Terus, ada apa di Cianjur?

Ada acara tabligh akbar: Solidaritas untuk Palestina. Yang mengadakan adalah yayasan An-Naba mengundang tamu dari KOMAT (Komite Ummat untuk Palestina), dan wakil dari MUI yaitu KH Kholid Ridwan. Akan tetapi Pak Ridwan berhalangan hadir karena harus menghadiri acara bersama Pak SBY, sehingga beliau hanya menyampaikan pesan kepada peserta tabligh lewat telepon lansung.

> Loh, kok? Bukannya sudah selesai ya, agresi militer Israel?

Eits, siapa bilang urusan Palestina sudah selesai? Bahkan pasca gencatan senjata, Palestina masih merangkak berusaha bangkit kembali menata negerinya. Dan, bahkan, Israel tidak akan berhenti sampai disitu, karena dalam pakta Zionis justru mereka ingin mendirikan negara Israel raya sampai jazirah Arab. Jadi, urusannya belum selesai sahabatku. Bahkan kita tidak boleh dinina bobokkan hanya karena pemberitaan media sudah selesai, seakan-akan kita hanya peduli ketika media memberitakannya. Tidak!

Yaa syabaab. Pemuda Muslim. Tidakkan kita ingat ketika terjadi agresi militer Israel yang memakan korban terbesar sepanjang sejarah penjajahan Israel di tanah Palestina itu? Kita yang disini hanya bisa melihatnya dengan miris, geregetan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kita, ummat Islam dunia, yang hampir 1,5 milyar jumlahnya, yang kalau dihitung 30 % adalah pemuda, maka 500 juta pemuda Muslim dunia, hanya bisa melihat saudara-saudara kita dikepung seakan-akan mereka ingin memperlihatkan kepada kita akan ketidak berdayaan kita. Dan cap itu sekarang masih terpatri di jidat kita masing-masing akhi.

Apa yang bisa kita kontrobusikan kepada saudara kita, dimana jika mereka sakit, kita merasa sakit pula? Do'a dan bantuan pendanaan. Itu yang insya Allah dipesankan dalam tablligh akbar kemarin.

Disamping itu ada bantuan lain yang tidak langsung seperti menyiapkan diri sendiri dan ummat Muslim pada umumnya untuk kembali menguatkan iman, senjata terampuh ummat Muslim. Sebagaimana komentar seorang Yahudi ketika melihat rahib mereka merobek-robek Al-Qur'an dan menginjak-injaknya, "Islam tidak akan bisa dikalahkan dengan cara itu, karena setiap kali kamu merobeknya, mereka akan mencetak Al-Qur'an lebih banyak lagi. Mereka hanya bisa dilakalahkan ketika jumlah jamaah Shubuh tidak sebanyak jamaah shalat Jum'at lagi."

Yuk, mari kita ramaikan kembali shalat shubuh berjamaah. Yaa Allah mudahkanlah. (ya2n)

NB:
KOMAT mengadakan program 100.000 pendukung Palestina. Mereka akan didata dan dimintai persetujuannya untuk ikut berpartisipai mendukung perjuangan Palestina termasuk dalam hal dana. Kalau 1 bulan setiap orang mengirimkan 5000 rupiah, maka dalam 1 bulan akan terkumpul 500juta rupiah yang bisa kita kontribusikan pada saudara-saudara kita di Palestina.
KOMAT berpusat di Makassar dan dibentuk oleh berbagai ormas Islam dan MUI.
website KOMAT: http://komatpalestina.org/

Sunday, March 8, 2009

Politik Menggelitik

Hmm, habis membaca email yang menggelitik dari milis alumni Rohis SMA-ku. Bermula dari postingan 'forbidden' yang diposting seseorang yang kemudian langsung di-kick-off oleh moderatornya. Postingan yang termasuk 'forbidden' di milis ini salah satunya adalah yang berisi iklan partai. Ah, ingin kucuplik disini, toh ini blog sendiri, bebas berekspresi seperti kata Pak Budi, “blog aing kumaha aing” (ups!). Berikut cuplikan menggelitiknya:

Hidup PKB...
Hidup PPP...
Hidup PDIP dengan baitul muslimin-nya...
Hidup Partai Demokrat dengan iklan 'meneladani Rosulullah saw" nya...
Hidup partai-partai yang lain yang mulai turut berdakwah...

Islam dan dakwah memang jadi trend... terutama selama pemilu... ngaku-aku islam, deket sama orang islam, deket pesantren, dll. gak bisa dibeli ya dirayu. gak bisa dirayu ya dibujuk. kalo enggak ya ditipu...

Tapi yang namanya Sobirin kejegur sumur, itu urusan kecil dan tidak terlalu penting. Sedangkan pemilu, pilkada, pilpres, itu masalah penting, besar, nasional, regional, internasional, global. Begitu tulis Emha dalam bukunya 'Jejak Tinju Kyai'. Jadi, kalaupun ada orang kecebur sumur, itu pemilu tetep harus jalan, karena tingkat kepentingannya berbeda. Para pengurus parpol, capres, cawapres, semua itu punya kepentingan skala luas, besar, menyangkut kepentingan dan hajat hidup orang banyak, tidak perlu direcoki dengan urusan orang kecebur sumur. Orang sibuk iklan partai, rapat sana-rapat sini, mabit, munasaroh, dll sbg untuk kepentingan 2009.

Perkara orang kecebur sumur, orang salah jalan, orang futur, tarbiyah yang amburadul, itu kurang penting... ya tho?! Lha wong saya juga ngalami di tahun 2004... Jadi, mari kita dahulukan yang penting-penting itu lewat. Biar saja... toh hanya lima tahun sekali. Biarkan hiruk-pikuk, heboh, acakadut. Yang penting, buat kita-kita yang gak punya urusan sepenting itu, mari sama-sama nolong orang yang butuh pertolongan segera yang ada di dekat kita. Yang butuh kajian tapi kehabisan ustadz karena ustadz-nya lagi sibuk masang bendera... Yang butuh training tapi sisah cari trainer karena trainernya jadi pasukan pengaman partai... Yang perlu ini, perlu itu, sebisanya kita tolong karena kita tak punya kepentingan sebesar itu...

yo...

Thread ini bermula ketika ada postingan iklan partai Islam yang diplesetkan dalam singkatan-singkatan (Anda pasti tahu). Bagi saya, urusan politik adalah urusan yang sangat ijtihadi, banyak pendapat, pertentangan, dan harus hati-hati. Banyak diskusi yang membahas hubungan politik dan agama, politik dan manhaj dakwah. Buanyakk sekali, sampai kadang bosan. Ah, saya bukan ahli politik sih, cuma seneng mengikuti perkembangannya aja, hehe. Yang jelas, kalau urusan Islam, saya peduli. Bagaimana menurut Anda?

*kejegur = kecebur (bhs. jawa, atau istilah lainnya, kecemplung, kecebur, dst. bahasa jawa banyak menggunakan kesan bunyi dalam bahasanya, cmiiw)
*aing = saya (bhs. sunda kasar, jangan pakai ini dalam keseharian yaa..)
Wednesday, March 4, 2009

Begitu susahkah berbuat baik?

Kasus1:
Pulang dari sholat berjamaah 'Ashar di masjid, aku kembali ke tempat kerja dengan berjalan kaki. Saat itu tiba-tiba ada yang menyapa dari belakang, "Yuk, ikut!". Ternyata seorang laki-laki paruh baya menaiki motor mengajak saya untuk memboncengnya; ingin mengantarkanku sampai tujuan.

Pertama kali saya kaget karena kami belum kenal sama sekali. Tapi karena melihat niat baiknya, aku dengan senang hati memboncegnya. Di sela-sela perjalanan kami mengobrol asyik layaknya sudah kenal. Ternyata dia juga ikut sholat berjamaah 'Ashar dan melihat aku waktu di masjid barusan. Sampai ditempat aku bilang "Terima kasih", dan senyum menghiasi perpisahan kami.

Kasus2:
Di bandara, seorang ibu-ibu terlihat payah membawa barang bawaannya yang berat. Seseorang menghampirinya lalu berkata, "Mari bu, saya bantu bawakan". Alih-alih mau dibantu, ibu itu malah berjalan cepat berusaha menghindari orang yang menawarkan bantuan kepadanya, seakan-akan takut diapa-apakan.

Orang yang memang tulus mau membantu itu pun berangsur meyingkir dengan senyum simpul, seakan ingin berkata, "Ah, sebegitu susahkah bagi saya untuk sekedar membantu orang lain?". Miris aku melihatnya.

Kasus3:
Aku melihat seorang sedang tergesa-gesa berlari kecil menuju gerbang kampus. Sepertinya sedang terburu-buru karena sudah terlambat, entah kuliah atau ujian. Kulihat jam tangan menunjukkan jam 9 lewat 10 menit. Mungkin dia telat 10 menit. Waktu itu, ingin rasanya menawarkannya untuk kuantar sampai gerbang yang sudah kurang dari 100 meter lagi jaraknya. Tapi itu urung kulakukan dengan alasan belum kenal dan takut dikira mau ngapa-apain.

Ah, setelah kejadian itu aku menyesal telah mengurungkan niat baik itu. Berkali-kali kupikir, aku mengalami kejadian itu. Ah, sebegitu susahkah untuk sekedar membantu orang lain di sini? Tidak, seharusnya tidak begitu.

...

Aku teringat cerita temanku waktu dia berangkat ke Jepang tahun lalu. Kebetulan saat itu adalah pengalaman pertamanya ke luar negeri. Waktu itu harus transit dulu di Malaysia, dan itu yang membuatnya sedikit khawatir. Kebetulan HP nya sedang low bat dan waktu itu tidak membawa jam tangan sehingga takut tidak tahu waktu.

Kebetulan dia ketemu orang Indonesia disana, diajak makan dan ngobrol. Dan yang tidak diduga, orang Indonesia yang kebetulan bawa dua jam tangan, memberikan satu jam tangannya pada temenku. Ah, saya ingat bagaimana setelah cerita itu, aku jadi bersemangat untuk banyak berbuat baik pada orang.

Sampai saat ini, semangat itu masih kujaga, akan terus kujaga. Aku teringat pernah suatu ketika di salah satu MRT station di Fukuoa, aku ketinggalan kamera. Kamera itu tertinggal di mesin tiket, dan aku terlanjur masuk ke dalam. Yang tak terduga kemudian adalah, ada orang Jepang yang membawakan kamera itu padaku. Wah, baik sekali!

Kujaga janjiku pada diri sendiri: untuk membantu orang lain sebanyak yang kita bisa, semampu yang kita bisa. Aku yakin Indonesia juga bisa berubah; berubah menjadi negara beradab dengan masyarakat beradab. Sahabat, ingatkah sang pemilik jawaami'il kalim, perkataan yang sarat makna, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata kepada para shahabat, generasi terbaik umat:

"Barangsiapa melepaskan salah satu kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan melepaskan salah satu kesusahan hari kiamat darinya. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akherat. Barangsiapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akherat. Allah menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudara-saudaranya..." (HR Ahmad, dari Abu Hurairah, hadits Arba'in An-Nawawi ke-36).

Subhanallah, mari sahabatku, kita budayakan berbuat baik dan saling membantu terhadap sesama saudara. (ya2n)

Tuesday, March 3, 2009

Sabaqoka 'Ukasyah; Kamu Sudah Keduluan 'Ukasyah

Suatu ketika saya mengikuti dauroh masyaikh Saudi. Seperti biasa, setelah materi ada pertanyaan yang disampaikan, dan biasanya ada hadiah yang diberikan kepada peserta yang berhasil menjawab. Hadiah biasanya berupa buku berbahasa Arab.

Kebetulan untuk saat itu belum ada hadiah yang disiapkan. Tetapi pertanyaan tetap disampaikan panitia untuk sekedar mengecek penyerapan materi para peserta dauroh.

Salah seorang peserta mengacungka jari dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut dan ternyata benar. Syaikh kemudian tersenyum lalu memberikan iPod-nya kepada peserta tadi. "Karena tidak ada hadiah, ini saja". Kira-kira begitu ucapnya. Wah, suatu kebetulan yang jarang. Peserta tadi pun senang karena mendapat pemberian istimewa.

Pertanyaan kedua pun dilontarkan panitia, lalu beberapa peserta berebut mengacungkan jari. Salah seorang peserta menjawab dengan tepat. Tapi kali ini tidak dapat hadiah. Syaikh lalu tersenyum dan berkata, "Sabaqoka 'Ukasyah". Artinya, "kamu sudah keduluan Ukasyah".

Momen ini kemudian dimanfaatkan syaikh untuk menjelaskan kisah 'Ukasyah yang memang banyak peserta yang belum mendengar kisah ini.

'Ukasyah, salah satu shahabat yang memberi saya ispirasi. Dengan semangatnya, dia yang paling duluan memohon agar dimasukkan kedalam golongan umat Rasulullah di syurga kelak. Termasuk dalam 70 ribu orang yang masuk syurga tanpa hisab. Maka ketika shahabat lainnya ikut-ikutan meminta dimasukkan ke syurga, maka Rasulullah menjawab, "Sabaqoka 'Ukasyah"; Kamu sudah keduluan 'Ukasyah. Berikut kisah selengkapnya.


Dari Ibnu 'Abbas, Nabi SAW bersabda:

"Telah dipertunjukkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang Nabi,
bersamanya beberapa orang; dan seorang nabi, bersamanya satu dan dua
orang; serta seorang nabi, dan tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba
ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak; aku pun mengira bahwa
mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku; Ini adalah Musa
bersama kaumnya. Lalu tiba2 aku melihat lagi suatu jumlah besar
pula, maka dikatakan kepadaku: Ini adalah umatmu, bersama mereka ada
tujuh puluh ribu orang yang mereka itu masuk surga tanpa hisab dan
tanpa adzab.

Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya. Maka orang2
pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada diantara
mereka yg berkata: Mungkin saja mereka itu yg menjadi sahabat
Rasulullah. Ada lagi yg berkata: Mungkin saja mereka itu orang2 yg
dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah
berbuat syirik sedikitpun kpd Allah. Dan mereka menyebutkan lagi
beberapa perkara yg lain.

Ketika Rasulullah keluar mereka memberitahukan hal tersebut kepada
beliau. Maka beliau bersabda: Mereka itu adalah orang2 yang tidak
meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi
yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur, dan mereka pun
bertawakal kepada Tuhan Mereka. Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihsan
dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan
mereka. Beliau menjawab: Kamu termasuk golongan mereka. Kemudian
berdirilah seorang yg lain dan berkata: Mohonkanlah kepada Allah
agar aku juga termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: Kamu sudah
keduluan 'Ukasyah." (HR Bukhari dan Muslim)


Monday, March 2, 2009

Mengenal sanad dan shahabat

Salah satu kelebihan Islam dibanding agama-agama lain adalah pada adanya sanad. Secara ringkas, sanad adalah mata rantai (jalur) para periwayat yang meriwayatkan hadits.

Dengan adanya sanad kemurnian ajaran Islam ini akan terjaga sampai akhir zaman. Berbeda dengan agama-agama lain yang banyak mengalami perubahan dan revisi.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata bahwa akan ada sekelompok kaum yang tetap berpegang teguh terhadap ajaran Islam yang murni. Dan bahwasanya agama Islam ini telah sempura, maka tidak boleh mengada-adakan hal baru dalam agama. Firma Allah ta'ala:

".. Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu.." (Al-Maidah : 3)

Mengenal Shahabat
Shahabat adalah jalur sanad terdekat dengan Rasulullah. Bagaimana kita mengenal shahabat? Kita mengenalinya melalui salah satu dari hal-hal berikut:

1. Tawaatur (Pemberitaan tentangnya secara mutawatir alias mustahil terjadi kebohongan karena banyaknya periwayat terpercaya menyatakan hal itu). Apakah ada orang yang meragukan Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khaththab sebagai shahabat? Jawabannya, tentu, tidak!

2. Syuhrah (Ketenaran) dan banyaknya riwayat yang mengisahkannya melalui beberapa hal. Contohnya:

a. Dhimaam bin Tsa’lbah yang tenar dengan hadits kedatangannya menemui Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
b. ‘Ukasyah bin Mihshan yang kisahnya dijadikan permisalan/pepatah (yaitu ucapan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Sabaqoka ‘Ukaasyah’ ; ‘Ukasyah sudah terlebih dulu darimu").

3. Dimuatnya hal itu dalam hadits yang shahih, seperti ada salah satu hadits menyebutkan bahwa Rasulullah didatangi oleh si fulan bin fulan atau hadits tersebut bersambung sanadnya kepada seorang laki-laki yang menginformasikan bahwa si fulan termasuk orang-orang yang mati syahid dalam perang bersama Rasulullah. Atau informasi apa saja dengan cara tertentu bahwa orang ini atau itu sudah terbukti Shuhbah-nya (bertemu dan beriman dengan Rasulullah dan mati dalam kondisi itu).

4. Penuturan tertulis dari seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat) bahwa si fulan adalah seorang shahabat. Yaitu seperti ia mengucapkan, “Aku mendengar salah seorang shahabat Nabi SAW, yaitu si fulan bin fulan.”

5. Penuturan shahabat itu sendiri bahwa ia bertemu Nabi SAW, seperti perkataannya, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda begini dan begitu.” Atau “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menemani (bershahabat) dengan Nabi SAW.” Tetapi hal ini perlu beberapa syarat, di antaranya:

a. Ia seorang yang adil pada dirinya
b. Klaimnya tersebut memungkinkan; bila kejadian ia mengklaim hal itu sebelum tahun 110 H maka ini memungkinkan sedangkan bila ia mengklaimnya setelah tahun 110 H, maka klaimnya tersebut tertolak sebab Nabi SAW telah menginformasikan di akhir hayatnya, “Tidakkah aku melihat kalian pada malam ini? Sesungguhnya di atas 100 tahun kemudian (dari malam ini), tidak ada lagi seorang pun yang tersisa di atas muka bumi ini.” (HR.al-Bukhari, I:211, No.116; Muslim, No.2537; Abu Daud, No.348)

Referensi:
[1] http://opi.110mb.com/haditsweb/artikel/yang_perlu_anda_ketahui_dari_hadits_3.htm
[2] http://www.alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=105
Sunday, March 1, 2009

Barakah itu didapat dari memberi nasehat

Sungguh, keberkahan itu terwujud bila mampu menularkan ilmunya dimanapun kita berada, dan mampu memberikan nasehat kepada orang yang ada di lingkungan kita.

"Dan Dia (Allah) menjadikan aku seorang yang penuh berkah dimana saja aku berada" (Maryam: 31)

Penuh berkah disini adalah orang yang memberikan nasehat, mengajarkan ilmu, menularkan kebaikan, mengajak ke jalan Allah, mengingatkan sesama, dan mendorong mereka untuk melakukan ketaatan kepada-Nya.

Maka dari itu, salah satu adab kita, niat kita dalam mempelajari ilmu adalah untuk menghilangkan kebodohan pada diri kita dan orang lain. Benar, karena ilmu dan nasehat adalah mutiara yang tiada bandingnya. Ilmu, bagi Imam Ahmad, adalah laksana harta yang tiada bandingnya. Maka bagaimanakah keadaan seseorang yang begitu semangat untuk membagi-bagikan ilmu?

Sungguh, keberkahan itu ada dengan memberi nasehat, memberikan ilmu. Robbii zidnii 'ilman warzuqnii fahman. (ya2n)