Showing posts with label Break. Show all posts
Showing posts with label Break. Show all posts
Sunday, August 8, 2010

Sepenggal Duka di Langit Cinta; A Book Review

Sepenggal Duka di Langit CintaSepenggal Duka di Langit Cinta by Abu Umar Basyier

My rating: 5 of 5 stars


"Kenapa wajah Ummi dan Abi selalu terlihat berseri-seri?", tanya Farhan suatu hari.

"Wajah yang selalu tersentuh wudhu", ungkap Hamidah lembut.

"Atsar (bekas sentuhan) air wudhu, akan menjadi tanda bagi kaum beriman di Hari Akhir nanti," tambah Fahrul.

"Apa tanda itu bisa terlihat di dunia, Abi?" tanya Farhan cerdik.

"Bisa. Suatu saat, ada seorang ahli hadits di masa para ulama As-Salaf yang sedang menyampaikan sebuah hadits. Tiba-tiba masuklah seorang pria muda ke dalam majlisnya. Kontan ia berkata,

'Barangsiapa yang di malam hari melakukan shalat, maka di siang hari wajahnya akan berseri-seri.'"

Potongan percakapan diatas adalah bagian paling saya sukai dalam buku ini.

Dialog diatas dituliskan dua kali. Pertama, ketika dialog tersebut benar-benar terjadi. Kedua ketika Fahrul (Abi) setelah sekian lama tidak bertemu dengan Farhan (anaknya), lalu pertama kali kembali melihat anaknya tercintanya di sebuah masjid pesantren waktu pagi-pagi setelah shubuh, sesaat kemudian dia teringat akan dialong dengan anaknya bersama istri, kala keluarga mereka tengah dikaruniai kebahagiaan bersama. Fahrul kembali ke jalan hidayah setelah sempat dirundung kegelapan maksiyat setelah berjumpa dengan kawan lamanya.

Two thumbs up! Buku yang dituis berdasar kisah nyata sarat hikmah ini membuat saya menitikkan air mata dan kembali mentafakuri hikmah-hikmah kehidupan ini.

View all my reviews >>
Saturday, November 14, 2009

Tempat Kelelahan

Anak kecil ingin jadi besar dan tua,
Sedangkan orang tua ingin muda kembali,

Orang yang tidak punya pekerjaan mencari-cari kerja,
Sedang mereka yang punya kerja merasa jenuh,

Para pemilik harta merasa kepayahan,
Orang miskin juga merasa kesusahan,

Seseorang merasa susah karena kalah,
Tiada pula yang menang merasa bahagia,

Apakah mereka bingung dengan takdir,
Ataukah mereka yang membingungkan takdir?

Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam sya'ir-nya.



Menyikapi Musibah

Musibah atau bencana adalah takdir yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya. Takdir itu adalah hikmah dan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid : 22)

Allah menjelaskan hal itu supaya manusia tidak berputus asa dan terus berharap pada-Nya, dan supaya manusia tidak terlalu bergembira dan berbesar hati atas apa yang diraihnya, "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Al-Hadid : 23)

Manusia berbeda-beda sikap dalam menghadapi musibah ini. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan ada empat tingkatan sikap seorang menusia ketika menghadapi musibah. Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Allah, tidak selayaknya kita menyikapi musibah dengan sikap ke-empat. Apakah itu? Mari kita simak ulasan berikut.


Bersabar.

Sikap pertama adalah bersabar. Sebagaimana digambarkan oleh seorang penyair dalam syairnya,

Sabar itu memang seperti namanya
Pahit kalau baru dirasa
Tapi buahnya yang ditunggu-tunggu
Jauh lebih manis daripada madu

Sikap sabar ini berarti masih merasakan sakit dan pahit yang diakibatkan oleh musibah, tetapi berusaha untuk tetap tabah dalam menghadapinya. Masih ada perasaan tidak senang atas ditimpakannya musibah, tetapi menjaganya untuk tidak marah. Tingkatan ini adalah tingatan terandah bagi seorang Muslim. Allah ta'ala berfirman, “Bersabarlah kalian. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Alnfaal : 46).

Ridha.

Sikap kedua adalah ridha. Berbeda dengan sabar, ridha adalah sikap dimana seseorang sudah tidak merasakan pahit, sakit, sedih, ataupun hal-hal lain yang untuk orang lain adalah hal yang tidak mengenakkan. Ridha adalah, ada atau tidaknya musibah itu sama saja, tidak ada beban. Tingkatan ini lebih tinggi dari bersabar.

Bersyukur.

Sikap ketiga adalah bersyukur. Dan ini adalah tingkatan tertinggi seseorang dalam menyikapi musibah. Dengan ditimpakannya musibah, justru dia bersyukur karena menyadari bahwa hakikat musibah adalah bahwa Allah ingin mengingatkan hamba-Nya atas kesalahan-kesalahan dan dosa yang dia lakukan, bahwa musibah adalah salah satu jalan agar dosa-dosanya terhapuskan, bahwa musibah mengingatkan manusia untuk introspeksi diri dan berusaha untuk memperbaiki diri.

Tingkatan tertinggi ini adalah, dengan adanya musibah justru membawanya kepada yang lebih baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada sebuah musibah pun yang menimpa seorang muslim, kecuali pasti Allah hapuskan (dosanya) dengan sebab musibah itu, bahkan sekalipun duri yang menusuknya.” (HR. Bukhari - Muslim).

Marah.

Sikap keempat adalah marah, dan ini adalah sikap yang tidak selayaknya ada pada setiap Muslim. Marah dibagi lagi menjadi tiga. Pertama, marahnya dismpan dalam hati, yaitu dengan nge-grundel, mengeluh, dan semacamnya. Kedua, marahnya diungkapkan, yaitu dengan ucapan-ucapan kecewa, cercaan, dan semacamnya. Ketiga, marahnya dilampiaskan dengan perbuatan, yaitu dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian, dan semacamnya.

Kesemua hal itu adalah tidak boleh dilakukan dan tidak mungkin dilakukan oleh orang beriman. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran. Apabila dia tertimpa kebaikan dia pun merasa tenang. Dan apabila dia tertimpa ujian maka dia pun berbalik ke belakang, hingga rugilah dia dunia dan akhirat.” (QS. Al Hajj: 11).

Ada pertanyaan: Bagaimana kalau terkadang masih muncul perasaan marah? (na'udzubillah) Jawabnya: itu pertanda bahwa imannya belum sempurna. Jadi, yuk, kita perbaiki iman, dan jangan lupa minta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan jalannya. (ya2n)

* sepenggal oleh-oleh dari kajian rutin Sabtu sore di Masjid Al-Muhajirin Sadang Serang



Friday, November 13, 2009

Aku Mengadu Atas Buruknya Hafalanku

Imam Syafi'i bercerita dalam sya'ir:

Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku,
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan,
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya,
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Sunday, November 8, 2009

Anti Kemapanan

Anti kemapanan bisa diartikan di dua sisi: negatif atau positif. Saya pertama kali mengenal kata ini waktu SMA. Dulu, saya menganggap istilah ini sebagai hal negatif karena kebetulan waktu itu ada kontes 'anti kemapanan' di MTV. Tapi belakangan, istilah 'anti kemapanan' di benak saya mulai bergeser dari negatif ke positif.

Anda pasti ingat hukum inersia. Sebuah benda tidak akan bisa bergerak jika tidak ada gaya yang mendorongnya. Gaya inilah yang akan membuat benda tersebut terus dan terus bergerak maju. Nah, ibarat benda, jika tak ada gaya yang mendorong untuk terus maju, orang akan cenderung diam; diam ditempat yang aman. Anti kemapanan adalah ketidak-inginan seseorang untuk terjebak dalam kondisi ‘mapan’, zona aman dimana kita telah merasa ‘cukup'; tak perlu bergerak. Saya tidak mengatakan ketidakinginan 'mapan' disini adalah ketidakinginan 'mapan' secara finansial, pun tidak ada masalah jika diartikan seperti itu, tergantung definisi mapan secara finansial itu apa.


Ada istilah bahwa diam itu cenderung rusak. Dalam kaidah fiqih, air yang diam adalah air yang rusak, tidak bisa dipakai untuk bersuci dengan syarat-syarat tertentu. Sebaliknya, air yang mengalir adalah air yang baik, bisa dipakai untuk bersuci. Jika air saja kalau diam berarti rusak, bagaimana dengan manusia?

Hal itulah yang mendasari butuhnya gaya yang mendorong kita dalam kehidupan sehari-hari agar kita tidak 'diam'. Lebih spesifik lagi agar kita tidak terbuai dengan diamnya kita dalam menikmati rutinitas kerja: berangkat pagi, kerja, pulang, tidur, makan, begitu seterusnya. Diam untuk tidak bergiat diri dalam beribadah, dalam berdakwah, dalam memperbaiki diri dan orang lain.

Dalam bahasa lain, kita butuh adanya tarbiyah dalam kehidupan sehari-hari kita, terutama tarbiyah dzatiyah; pembinaan diri sendiri. Mengapa? Karena sejatinya, tarbiyah diri sendirilah yang akan menjadi sumber bahan bakar yang takkan habis, yang bisa mendorong kita untuk terus bergerak. Kalau bukan diri sendiri siapa yang akan membina kita? Bukankah kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri? Bukan kelak di akhirat kita bertanggung jawab atas diri-diri kita masing-masing? So, teriakkan 'anti kemapanan', lalu dorong diri-diri kita untuk bisa bergerak.

Bergerak.. Bergerak.. Terus bergerak..

picture: http://www.chip.co.id/gallery/data//512/Aliran_sungai.jpg


Sunday, October 18, 2009

It's OK.. just Circle-ing Around

Sabtu pagi adalah acara rutin buat temen-temen perusahaan: bulutangkis. Pagi itu saya panasi motor, ambil sepatu, lalu.. yak, siap berangkat. Tapi eh ternyata, sampai di sana masih sepi. Usut punya usut, ternyata temen-temen baru bangun bahkan masih pada tidur. Yah ... Akhirnya kuputuskan untuk Circle-ing Around. Muter-muter sajaa.. Menikmati segarnya udara pagi di sekitar ITB. Yah.. beginilah kalau masih single. Sebenarnya ada niatan untuk lari-lari saja di Sabuga. Tapi nggak enaknya di Sabuga, untuk masuk track lari saja harus bayar. Mending sekalian lari-larinya di dalam ITB saja ya.. gratis.. alami.. ^^

Saya jadi inget waktu mampir ke Jurong East, mampir ke tempat tinggal teman di Singapore. Pagi itu saya sempatkan untuk olahraga. Mumpung di Singapore, kapan lagi ada kesempatan olahraga pagi disini, hehe. Kutanya teman katanya ada Stadium dan track lari di Jurong East. "Jurong East Stadium." namanya. Lokasinya enak, nyaman, bersih, dan 100% lebih baik dari Sabuga. Gratis lagi.. Yang paling berkesan adalah track lari-nya tidak terbuat dari tanah seperti Sabuga, tapi dari karet. Sayang foto-foto stadium di HP ku dulu sudah hilang, kehapus, jadi kuambilkan saja dari internet. Check this out.


Waktu nyampe sana (Jurong East Stadium-red), ada banyak kegiatan yang sedang dilakukan. Ada yang belajar Taichi, lari pagi tentunya, bahkan waktu itu ada acara lomba anak-anak seusia TK. Sepertinya itu adalah kegiatan lomba anak-anak Muslim. Wah, kebetulan sekali, event yang langka, kupikir. Kulihat keluarga-keluarga Muslim berdatangan membawa anak-anaknya yang masih kecil. Sebagai gambaran, orang Muslim Singapore terdiri dari banyak ras, Melayu, Arab, Pakistan, dll.



Hmm.. Di Jurong east juga ada club Sepakbola. Saya ingat betul karena namanya yang unik: Gombak United. Di sana juga ada beberapa Community Club, tempat sosialisasi dan bermasyarkat. Saya sendiri nggak paham dengan peta sosial Singapore. Orang Muslim jelas ada disana, tapi sepertinya masih minoritas. Oiya, disana juga ada pasar tradisional lho. Saya sempet beli pulsa disana, tapi karena lupa bawa paspor, ahirnya nggak jadi. Herannya juga, ada yang jualan voucher pulsa Telkomsel di pasar itu. Yeup, pagi itu kututup dengan berjalan, berputar mengelilingi Taman Sari, Salman, Ganesha, sambil menerawang memory waktu itu, lalu pulang.. Nice day lahh.. (with Singlish ^^)

Macet Makin Macet

Ini adalah foto kemacetan jalan Dago, tepat sebelah timur ITB. Foto ini kumabil sore hari tanggal 18/10 saat mengantar temenku ke Stasiun Badung, untuk naik kereta ke Jakarta, ke tempat tinggalnya saat ini.

Fotonya kurang meggambarkan dengan jelas sih memang, tapi bisa kukatakan, "Jalanan ini sungguh macettt bener!." Bahkan macetnya mulai dari simpang dago sampai perempatan jalan layang. Seingatku, tak pernah jalan dago yang ini sampai semacet ini. Dan seingatku, kemacetan ini mulai menjadi-jadi setelah adanya Tol Jakarta-Bandung yang mengakibatkan mobil Jakarta-Bandung lalu lalang. Huff, semoga pemerintah bisa cepat antisipasi, jangan sampai Bandung jadi Jakarta kedua, macet... polusi...

Monday, October 12, 2009

Kenangan Itu.. Semangat Itu

Saya sungguh beruntung tahun ini, dapat kesempatan untuk mengisi acara reuni akbar SMP, dari ankatan 1980 sampai 2009. Walau yang datang tak sebanyak angkatan yang diundang, tapi acara cukup meriah. Lagian tempatnya juga nggak gede-gede amat kok, itu aja sudah penuh, gimana kalo banyak yang datang?

Yang paling membahagiakanku adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang telah berjasa hingga aku bisa menggapai cita-citaku saat ini; mereka adalah guru-guruku. Ada Bu Lies guru fisika yang saya ingat betul cara mengajarnya, membuat fisika menarik, menantang, begitu pikirku. Ada Bu Tum, guru agama yang kupikir perawakannya masih tetap sama dibanding berpuluh tahun lalu, masih tetap bersahaja dan penuh nasehat. Pak Sur, guru PPKn dengan gaya penuh semangatnya. Tak kalah semangat dengan itu Bu Wanti, guru bahasa, datang bersama suaminya, guru matematika favorit, ternyata sampai sekarang masih favorit. Terbukti dengan disorak soraikannya ia ketika datang dan menyapa mantan anak-anak didiknya, alumni SMP 1 Galur.

Ah, andaikan mereka tahu betapa berjasanya mereka. Dan kini, kududuk disini, di depan mereka semua, dalam acara success story alumni SMP 1 galur. Kebahagiaan apalagi yang bisa kuberikan kepada mereka selain bahwa atas bimbingan meraka semua saya menjadi sukses, walaupun tak pernah kuanggap diri ini sukses, hanya sekedar ingin membagikan semangat dan inspirasi kepada orang lain. "Saya senang sekali bisa diundang panitia di acara ini. Saya kira banyak teman-teman dan saya yang juga sukses. Saya disini hanya mewakili teman-teman saya di kalangan generasi muda. Saya kira alumni SMP 1 Galur banyak yang sukses Bu, Pak." begitu ucap saya dengan mantap.

Saya pun bahagia ketika Pak Sur menyalami dan menyahut, "Selamat", dengan nada tegas dan lugas seperti biasanya, menyiratkan rasa bangga atas almamaternya, SMP 1 Galur. Perkataan itu pula lah yang menyiratkan akan keheranannya atas bekas muridnya yang dulu tak pernah ia duga-duga akan berkata, "Alhamdulillah saya sejak SMP bercita-cita sekolah di ITB." tukas saya ketika pembawa acara talk show menanyai perihal asal mula chip Xirka. "Waktu di ITB, saya masuk lab pada tingkat dua, setelah ertemu dengan dosen yang baru pulang dari Jepang dengan membawa semangat untuk menghidupkan industri elektronik Indonesia. Dari situlah cikal bakal keterlibatan saya pada perusahaan yang didirikan dosen saya ini, Pak Trio, dengan seorang temannya, Pak Eko." Kolaborasi maut, ahli di akademis dan enterpreneur, begitu pikirku berkali-kali.

Pada acara reuni itu, saya pun berkesempatan untuk bersua dengan teman-teman lama, dengan bermacam kenangan yang menyertainya; Akhid, Thoha, Slamet, Rinto, Ahem, Novi. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Kami bercerita, berceloteh, dan menyelami memory 10 tahun lalu, ketika kami bersama-sama belajar dan bermain, disini, di SMP 1 Galur. Anehnya, hampir semua kenangan yang kami gali itu lucu-lucu, menyenangkan, bahkan mengagetkan. Tak satupun kenangan sedih terlintas. Entahlah, mungkin masa-masa SMP memang penuh keceriaan. to be continued..




A New Life

Sekian lama tak menorehkan pena di blog ini. Saatnya kembali, untuk memulai lagi, merajut asa, meraih cita, dan membagi semangatnya disini. Semoga semangat ini urung terpadam, seperti urung padamnya semangat pohon-pohon musim semi.

Dari Abu Dzar berkata, "Sahabatku Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menasehatiku dengan empat perkara yang sangat aku sukai. Beliaupun bersabda, 'Wahai Abu Dzar! Kemudikanlah perahumu, sesungguhnya laut itu sangat dalam. Perbanyaklah perbekalan, sesungguhnya perjalanan itu masih panjang. Ringankanlah beban diatas pundakmu, sesungguhnya jalan di perbukitan sangat memberatkan. Dan ikhlaskanlah engkau dalam bekerja, sesungguhnya orang yang mengkritik senantiasa mengawasi' ". (Sandiwara Langit, Abu Umar Basyier)

*that picture, I painted it during 2nd year of my undergraduate study in Bandung, full of passion, full of spirit.

Thursday, June 18, 2009

Meander

Arungi meander terapung di hutan hujan
Saat taiga menyapa ramah kanopi memayungi
Semilir nada angin berseling efipit warna - warni
Disaat aku menikmati oh cantiknya suatu sudut bumi

Tertahan laju kano kayuku mataku tertumpu
Tarian riang primata yang tak malu - malu
Sementara sang nokturnal menatap dan tersipu

Hingga kapankah aku nikmati suara alam
yang penuh dengan kemegahan
rantai emas kehidupan
Tiada kan terbeli anugrah yang sejati


Wednesday, June 10, 2009

Al-Qur'an Online, Banyak Diminati Dunia Barat

Pagi ini aku nyari-nyari link untuk al-qur'an online, trus dapet link ini: http://www.quranexplorer.com/. Kayaknya udah pernah dikasih dulu sama Lakso dan udah berkali-kali buka, cuma lupa link-nya. Alhamdulillah link yang bagus. Kita bisa pilih berbagai bahasa, bahkan ada audionya juga, bahkan ada petunjuk tajwid-nya juga. Lengkap dech.


Jreng-jreng, apakah gerangan gambar diatas? Ternyata itu adalah gambar sample/statistik pengunjung web tersebut. Wah, Alhamdulillah, ternyata peminat Al-Qur'an online banyak datang dari US dan Eropa juga. Yah, tentu selain karena infrastruktur internet disana lebih maju, juga karena Islam mulai ramai diperhatikan.

Kebetulan temen baru pulang dari Ohio Univ untuk ikut program belajar bahasa Inggris dua bulan. Program ini diadakan rutin tiap tahun, setiap bulan April-Mei kalau nggak salah. Kata dia, di Univ tersebut ada Islamic Centernya. Tiap Jum'at ada pekan makanan halal-nya. Dia biasa makan-makan gratis disana. Banyak juga siswa yang memakai jilbab, bahkan temennya yang dari Arab malah memakai cadar. No problem bagi mereka.

Bahkan lagi, ada temannya yang akhwat, berjilbab, di Ohio selama dua bulan juga. Ceritanya, room-mate nya heran dengan kebiasaan berjilbab dan shalatnya. Tepatnya bukan heran, tapi penasaran. Lalu terjadilah diskusi. Dia sendiri mengaku Nasrani tapi nggak banget-banget. Istilahnya abangan. Kata dia, dia bingung dengan konsep trinitas yang dia pikir nggak logis. Humm, that's right. Bukan cuma itu, bahkan ada sesorang yang meminjam Al-Qur'an, lalu dibahas rame-rame di dalam kelas. Entah ketika break atau gimana, aku kurang jelas. Jadi, yang mau sekolah ke US (Berkeley gitu, =p) nggak usah takut ya, udah banyak kok, Muslim Community-nya, hehe. Kata orang, masyarakat dan pemerintah itu beda. Yang gembar-gembor merong-rong dunia Islam itu pemerintahnya, masyarakatnya mah.. santei-santei aja.

Yup, Al-Qur'an memang mu'jizat Allah. Dimanapun kapanpun akan menjadi primadona yang terus diperbincangkan orang, terus digali dan dipelajari orang. Alhamdulillah kita dikaruniai keimanan sampai saat ini, dan mudah-mudahan sampai akhir zaman. Dunia Barat aja udah mulai meminati Al-Qur'an, gimana kita yang udah Muslim sejak kecil? Yuk ngaji... yuuukk =)


Thursday, May 21, 2009

Alamanda Behind The Scene

Semua pasti dah tahu gimana suasana kerja Alamanda. Tapi kalau suasana habis kerja? Who knows? So check this out!

After work? Makan-makan.. dan semua hasil karya anak bangsa, hehe .. soal rasa? Silakan cicipi sendiri... =P Sedikit penjelasan, foto diatas adalah sup kuah (isi bakso, kentang, dkk), terus foto yang ditengah adalah menu 4 sehat (belum 5 sempurna =P) yaitu soto ayam betawi, tahu, dan tempe, lalu foto terakhir adalah... saatnya kami (saya, Mata, Muluk) menyantap makanan... jangan lupa baca bismillah sebelum makan dan bersyukur atas segala rizki yang telah diberikan-Nya, Alhamdulillah =).

Sunday, April 19, 2009

Merayu Diri Mencintai Al-Qur'an

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku." (Al-Fajr 27-30)




Ungkapan lembut tersebut adalah rayuan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang juga disertai ajakan yang provokatif. Bagaimana mungkin kita tidak tergiur dengan rayuan semacam itu?

Kita bisa bekerja keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur'an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur'an.

Berbagai permasalahan umum pada diri kita saat berinteraksi dengan Al-Qur'an antara lain:

1. Kita sadar sepenuhnya bahwa tilawah setiap hari adalah keharusan, tetapi jiwa kita belum siap untuk komitmen secara rutin sehingga dalam sebulan, begitu banyak hari-hari yang terlewatkan tanpa tilawah Al-Qur'an.

2. Kita paham bahwa menghafal Al-Qur'an adalah kemuliaan yang besar manfaatnya, tetapi jiwa kita belum siap untuk meraihnya dengan mujahadah.

3. Kita sadar bahwa masih banyak ayat yang belum kita pahami, namun jiwa kita tidak siap untuk melakukan berbagai hal guna memahami isi Al-Qur'an bahkan hal minimal untuk memahaminya.

4. Kita sadar bahwa mengajarkan Al-Qur'an sangat besar keutamaannya, tetapi karena minimnya apresiasi dan penghargaan ummat terhadap para pengajar Al-Qur'an, sangat sedikit yang siap menjadi pengajar Al-Qur'an.

5. Kita paham bahwa shalat yang baik, khususnya shalat malam, adalah shalat yang panjang dan sebenarnya kita mampu membaca sekian banyak ayat, namun jiwa kita tidak tertarik terhadap besarnya keutamaan membaca Al-Qur'an didalam shalat.

6. Kita sadar bahwa dakwah dijamin oleh nash Al-Qur'an dan Allah subhanahuwata'ala akan memberikan kemenangan, namun jiwa kita tidak sabar dengan prosesnya yang panjang sehingga cenderung meninggalkan atau lari dari medan dakwah.

7. Kita paham betul bahwa banyak keutamaan di dunia dan akhirat bagi manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur'an, tetapi keutamaan tersebut hanya menjadi pengetahuan, tidak mampu menghasilkan energi yang besar untuk beristiqomah alam berinteraksi dengan Al-Qur'an.

8. Kita paham dengan sangat jelas bahwa semua tokoh Islam di atas bumi ini adalah orang-orang yang telah berhasil dengan ilmu Al-Qur'an dan mereka pun menguasai kehidupan dunia, namum jiwa kita enggan mempersiapkan generasi mendatang yang hidupnya berada dibawah naungan Al-Qur'an.

*Oleh-oleh Daurah Al-Qur'an, salah satu materi yang disampaikan ust Abu Yahya, 19 April 2009.

Tuesday, April 7, 2009

Pemimpin Instant

Saat ini, banyak pemimpin (baca: caleg) yang instant. Muncul begitu saja. Tidak pernah dikenal pernah memimpin, tidak pernah dikenal track record-nya. Tiba-tiba muncul di iklan, muncul di selebaran. Siapakah mereka? Entahlah, rakyat belum mengenalnya. Itulah pemimpin instant; langsung jadi.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memulai kepemimpinannya dari kecil sampai besar. Mulai memimpin 5 orang, 10 orang, lalu satu tim, 100 orang, 1 organisasi, 1000 orang, memimpin lebih banyak lagi, dan lebih banyak lagi, sampai memimpin rakyat Indonesia.

Apa jadinya kalau pemimpin-pemimpin ini datang secara instant? Mereka tidak merasakan terjun langsung di lapangan. Tidak menjiwai seluruh lapisan dari bawah sampai atas. Maka kebijakan-kebijakan tidak akan mengena dengan tepat, bahkan cenderung dilanggarnya. Contoh nyata adalah bagaimana para pejabat justru terlibat koruspi, anggota dewan yang memutuskan APP justru terpergoki terlibat pornografi, dan banyak lagi.

Sebentar lagi waktunya kita menentukan pilihan kita. Pemilu legislatif dan presiden 2009. Pesan saya, gunakan hak pilih Anda. Tiap Muslim wajib memilih pemimpinnya. Bahkan ketika bepergian 3 orang pun, bahkan dalam shalat hanya 2 orang sekali pun. Pilihlah pemimpin kita. Siapa pemimpin yang harus kita pilih? Yang jelas bukan pemimpin instant, tapi pemimpin yang menghayati kepemimpinannya mulai dari kecil, lalu menjadi besar.

gambar diambil dari sini


Sunday, March 29, 2009

Gaya Tulisanku, Buku Yang Kubaca

Setelah kuamati, ternyata gaya tulisan seseorang itu sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis buku apa yang sedang dia baca. Kesimpulan itu kuambil setelah mengamati diriku sendiri. Ketika membaca buku serius, tulisan jadi serius, ketika sedang membaca buku ilmiah, tulisan memdadak bernuansa ilmiah, ketika membaca buku melankolis, tiba-tiba tulisan jadi ber-rima-rima dan menggunakan retorika indah, ketika sedang tidak membaca buku sama sekali, gaya tulisan berubah total menjadi gaya percakapan, chatting dan sejenisnya.

Terang saja, gaya bahasa tiap tulisanku jadi berubah-ubah. Tidak Konsisten. Penulis seperti ini tampaknya kurang dalam menulis. Tidak punya ciri khas dan identitas tulisan. Orang akan kesulitan untuk menilai tipe penulis macam apa ini, orang akan kebingungan melihat tulisan yang tampaknya ditulis oleh seseorang yang 'berbeda'. Pun tentang tema sebuah blog. Kalau terlalu campur aduk orang akan bingung men-jugde tipe blog macam apa ini.

Fauzil Adhim dalam "Dunia Kata" mengatakan, salah satu cara mudah memulai menulis adalah: benchmarking. Secara sederhana, benchmarking bearti manjadikan satu tulisan, penulis, atau media sebagai model. seorang penulis cerpen bisa menjadikan seorang Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau Joni Ariadinata sebagai acuan. Meniru gaya bertulis mereka.

Nah, kalau banchmarking saja jadi langkah awal bagi seseorang untuk mulai menulis, maka gaya tulisan tentu menjadi point penting bagi sebuah tulisan. Apa jadinya kalau Asma Nadia menulis di salah satu novelnya dengan gaya tulisan Raditya? Bisa-bisa orang yang mem-benchmarking-nya kepusingan.

Tapi kalau benchmarking-nya kebablasan, jadinya seperti saya. Setiap kali membaca buku, gaya tulisan ikut-ikutan berubah. Tak baik juga membatasi jenis buku yang dibaca. Buku bagaikan jendela wawasan. Mulai dari genre fiksi sampai non-fiksi, ilmiah sampai populer, santai sampai serius, semua ada wawasan. Tinggal pintar-pintarnya kita menilai dan menyaring informasi yang bermanfaat, dan membuang informasi yang tidak bermanfaat.

Kebetulan, 3 buku baru bulan ini adalah novel. Ma Yan, 5 cm, dan The Road to Empire. Bukan. Bukan karena saya penggemar berat buku novel, hanya karena melihat review buku ini yang bagus. Buku lain yang saya incar bulan ini adalah "Pemuda Peka Zaman" karya Dr. Saghuni, dan Ighasatil Lahfan-nya Ibnul Qayyim.

Ma Yan diangkat dari kisah nyata kehidupan perempuan Muslim China yang berjuang mati-matian untuk sekolah. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyekolahkan anaknya. Walau itu berarti harus makan 2 kali sehari, sekali nasi sekali roti. Bahkan harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ketempat sekolahnya. Buku ini sangat kuat dalam menceritakan hubungan ibu-anak. Gaya bertuturnya cukup deskriptif dan tema cerita yang diangkatnya sederhana dan mudah ditebak, tapi cukup untuk membuat Anda menangis miris.

Dua novel lainnya berbeda. 5 cm. Tentang persahabatan 5 orang, perjalanan mereka, mimpi-mipi mereka. Saya belum baca yang ini, tapi kalau baca dari review dan sinopsis, sepertinya cukup bagus. Tetap, segala sesuatunya perlu disaring. The Road to Empire. Berlatar belakang perang di China, dan kehidupan pasukan Muslim China. Pemimpin mereka, pangeran keturuna Mongol.

Gaya bertutur novel tentu beda dengan buku-buku ilmiah seperti Riyadush Shalihin, Kitabul Ilmi, atau Minhajul Qashidin. Mungkin yang memadukan keduanya adalah buku-buku Mas Salim yang terakhir berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang". Buku wawasan Islam dengan gaya bertutur novel. Nah, bagi seseorang (baca: saya), buku yang sedang dibaca sedikit banyak berpengaruh dengan gaya tutur tulisannya, mungkin tidak bagi penulis profesional. Bagaimana dengan Anda?

Friday, March 27, 2009

I just wanna come to free one, not PAID one

WIMAX Forum Congress Asia 2009 now on the spot! Congress ini akan dilaksanakan tanggal 27-29 April 2099 di Singapore, tak jauh dari Indonesia, maka saya pun berencana mengikutinya. Tentu saja... cari yang free registration, hehe. Sebenarnya pengen ikut yang technical seminar, karena pasti akan dapat banyak masukan darisana, dan tema-tema nya menarik, hal-hal yang perlu dan belum pernah kami lakukan di technical design, cuma.... mahal banget. Nggak deh! Yang free saja. Lagian mana mau perusahaan bayarin yang itu. Hehe, belum saatnya.

Akhirnya kudaftar free seminar dan exhibition. habis registrasi, saya dapat auto-reply email yang mengatakan officer sedang out of office di DVB-T Congress Europe. Wew, dan kata Pak Trio hari ini deadline registrasi. Mikir bentar. Kalau begitu, kukirim email aja ke Ms. Miki dari infocom Singapore yang waktu itu sempet menghubungi saya lewat Lakso.

Dear Miki,

We would like to register for WIMAX Asia 2009 free exhibition and seminars. I've tried to register via online registration today, but I'm affraid that I missed because from the confirmation email, it said that the officer is out of office today.

Could you kindly check it and confirm to us whether we're already registered or not?

...

And again, Miki tiba-tiba nelpon. Ceritanya, Ms. Miki Kong ini marketing officer untuk WIMAX Asia 2009 ini. Ceritanya begini, waktu itu saya minta tolong downloadin brosur ke Lakso, dan harus ngisi datadiri dulu baru bisa download. EH, tiba-tiba ada yang nelpon nawarin ini itu ke Lakso, trus nelpon ke saya juga. Ya itu, Ms Miki itu. Udah gitu nelponnya kayak agresif banget, nawarin Mau ikut conference nggak? Mau ikut conference nggak?. Pakai bahasa Inggris tentunya. Eh, bukan. Singlish (Singaporean English, hehe =D). Jadi yaudah, kupikir kayaknya dia bisa kumintai tolong, siapa tahu dia bantu (ato minimal nelpon lagi, lumayan buat practice english, *loh?*)

Miki: Hello, Mr Yan Syafri?
Me: Yes.
Miki: From the email you said that 'bla bla bla' (ngomong dengan nada ga terlalu jelas), would you like to register for the conference?
Me: (mikir bentar) For the conference? No, I just wanna come to free exhibition and seminar.
Miki: Why?
Me: Well, it's due to 'bla bla bla' (bingung njelasin ke Miki, sebenernya intinya karena ga ada duit buat ikutan)
Miki: (merasa ga ngerti ato pura-pura ga ngerti) I'm sorry?
Me: I just wanna come to the free one, not the 'PAID' one (kata 'paid' nya diperjelas).
Miki: Oohh, Okay (entah maklum ato apa nggak ngerti).
Me: So, do I need to register for the free seminars?
Miki: 'bla bla bla'
Me: Pardon?
Miki: I'll arrange it for you.
Me: ..... Oh, thank you.
Miki: Bye bye.
Me: (masih belum clear sih sebenernya) Bye bye.

Tuesday, March 24, 2009

Cubic Cube dalam Cubic Cube

Cerita ini berawal dari obrolan dengan temanku yang ingin meneruskan sekolah ke janjang lebih tinggi di ITB. Saya baru tahu kalau kurikulum ITB sekarang baru; beda. Semenjak merubah diri dari Program Studi Teknik Elektro menjadi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Apanya yang beda? yang jelas lebih terintegrasi. Dan yang paling mencolok adalah munculnya sempalan baru yaitu Information Technology Group.

Saya sendiri lulus dari major Elektronika. Yang menarik perhatian saya kemudian, tentunya, adalah kurikulum major Elektronika, yang kalau untuk graduate study disebutnya Mikroelektronika. Ternyata ga jauh beda! Kirain.

Apa nya yang ga jauh beda? Gado-gado-nya. Saya sudah mencoba buka-buka situs Universitas luar yang menawarkan major di bidang Mikroelektronika. Kurikulum mereka cenderung lebih fokus, kalau boleh saya nilai. Contoh kasusnya adalah pemisahan antara VLSI yang lebih cenderung pada Computer Engineering dengan Nanotechnology yang lebih cenderung pada Microelectronics.

Tapi di ITB? Bayangkan, ada kuliah Intelligent System Design dan Nanotechnology dalam major yang sama. Saya bicara dalam hal graduate programe lho ya, bukan undergraduate. Wajar? Menurut saya tidak. Terlalu lebar dan tidak fokus.

Teman saya berkomentar lain. "Kalau cuma begitu (memisahkan VLSI dengan nanotech-red), dirimu cuma jadi programmer," katanya.

"Saya rasa elektro itu seperti cubic cube, goal-nya adalah membuat semua sisi mempunyai warna seragam. Tapi kita hanya lihat maksimal 3 sisi. Saat kita puter untuk merapikan satu sisi, kadang kita lupa kalo perputaran itu juga mempengaruhi yang lain. Saat kita putar tanpa memikirkan sisi yang lain, yang terjadi, kita hanya bisa membenarkan warna 1 sisi saja. Padahal masih ada 5 sisi yang ternyata belum rapi. 1 perubahan akan membawa perubahan pada yang lain. Konsiderasi, tidak bisa dilihat hanya 1 sisi." tambahnya mantap.

Saya antara setuju dan nggak setuju. "Tetep aja cuma 3 sisi yg bisa kita lihat, jangan muter2 tapi ga fokus.". Jadi nggak bertentangan donk, dengan pernyataanku, bahwa kita perlu fokus dalam mengerjakan suatu bidang, termasuk elektro. Fokus bukan berarti mengabaikan hal-hal lain. Fokus bukan berarti hanya melihat persoalan dari satu sisi saja. Masih inget postingan saya tahun lalu?

Saya setuju dengan perumpamaan cubic cube itu. Dan justru saya melihat lebih dalam lagi, bahwa segala sesuatu bisa dipandang sebagai cubic cube. Coba saja, program studi Teknik Elektronika hanya bagian dari STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika), STEI hanya bagian dari ITB, ITB hanya bagian dari seluruh civitas akademia Indonesia. Lebih jauh lagi, ilmu Elektro ini hanya bagian dari Ilmu-ilmu lain yang saling berkait, lebih jauh lagi, semua adalah bagian dari kehidupan yang dibungkus dalam satu kaidah besar: Islam.

Saya berikan sedikit ilustrasi. Dalam membuat produk bernama "SoC chip", diperlukan minimal 4 group utama, modeling engineer, RTL engineer (hardware), software engineer, dan layout/physical engineer. Nah, masih-masing group membidangin bidang yang berbeda. Orang software mana ngerti gimana cara layout. Orang modeling mana ngerti gimana bikin software.

Tapu kalau tahu? Yup, tahu. Hanya sekedar tahu tapi tidak mengerti tidak mendalami. Itulah mengapa pentingnya mengadiri meeting rutin antar group, ehehe. Kita mengurusi satu hal (istilahnya 3 bidang cube yang terlihat), tapi bukan berarti mengabaikan sisi bidang lain. Fokus! Beda dengan cuek. Sama halnya dengan kuliah 'kan? Harus fokus, tapi tidak mengabaikan kuliah-kuliah lainnya.

Kalau mau melihat Elektro sebagai sebuah cubic cube saja, saya pikir kurang. Elektro adalah cubic cube dalam cubic cube yang lebih besar. Seorang engineer elektro tidak hanya hidup dalam ruang linkgup elektronika, tapi juga ruang lingkup masyarakat, negara, bahkan untuk ukuran terkecil: keluarga. Semua ada cubic cube yang harus ditempatkan pada posisi dan porsinya masing-masing.

Much more bigger, everything is a cubic cube in a cubic cube, it's just a matter about how we manage them so that everything become harmony. (ya2n)
Wednesday, March 18, 2009

Rindu



(foto-foto Ramadhan 1428H Masjid Al-Muhajirin Sadang Serang)

Setelah membaca postingan Lakso, jadi timbul perasaan rindu yang sepertinya sudah lama terpendam. "Rindu suasana itu, rindu tawa ceria anak-anak itu, rindu senyum sapa bapak-bapak itu, rindu jabat hangat ikhwah itu, rindu semangat kebersamaan itu". Ah, moga nggak jadi sekedar rindu, tapi semangat yang menggerakkan.

Zaid; Cinta Itu Menggerakkannya

"Anda adalah seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukanmu", kata khalifah Abu Bakar kepada Zaid bin Tsabit.

Siapa tak kenal Zaid bin Tsabit, sang juru tulis Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kedekatannya dengan Al-Qur'an mengantarkannya pada derajat ulama di kalangan shahabat. Setelah Rasulullah wafat, Zaid dijadikan rujukan utama jika ada yang ingin bertanya tentang Al-Qur'an. Karena kemampuan itu, saat Umar Bin Khatab menjadi khalifah, Umar pernah berfatwa, “Hai manusia, siapa yang ingin bertanya tentang Al Qur’an, datanglah kepada Zaid Bin Tsabit….”.

Di masa Abu Bakar Siddiq menjadi khalifah, Zaid menjadi ketua kelompok yang bertugas menghimpun Al Qur’an. Dan dimasa pemerintahan Ustman Bin Affan, ia menjadi ketua tim penyusun mushaf Al Qur’an. Begitulah, buah cinta Zaid pada Al-Qur'an menggerakkannya untuk menjadi ulama Al-Qur'an.

Kebesaran nama Zaid Bin Tsabit dan kedalaman ilmu yang dimilikinya menjadi sebuah kehilangan besar ketika tiba waktunya ia pergi menghadap Illahi Robbi. Kaum muslimin bersedih karena mereka kehilangan seseorang yang dihatinya bersarang ilmu Al Qur’an. Bahkan Abu Hurairah mengungkapkannya sebagai kepergian Samudera Ilmu. Begitulah Zaid Bin Tsabit dengan keluasan ilmu Al Qur’an yang ia miliki.

***

Tapi siapa sangka, pada Zaid kecil, tidak terpikir dalam dirinya akan menjadi ulama besar. Zaid kecil memikirkan cara lain untuk menjadi penegak panji-panji Allah. Di usianya yang baru 13 tahun, Zaid mendatangi Rasulullah yang kala itu sedang mengadakan persiapan perang. Zaid kecil datang membawa sebilah pedang, yang lebih panjang dari tinggi badannya, menemui Rasulullah.

Dengan penuh semangat dan percaya diri, Zaid kecil berkata kepada Rasulullah, "Saya bersedia syahid untukmu wahai Rasulullah. Ijinkan saya pergi berjihad bersama anda untuk memerangi musuh-musuh Allah, dibawah panji-panjimu". Rasulullah tertegun. Melihat bocah kecil penuh semangat ini, Rasulullah gembira dan takjub. Beliau menepuk pundak Zaid lalu berkata bahwa permintaan Zaid tidak bisa dikabulkannya. Zaid masih terlalu kecil untuk terlibat dalam peperangan.

Zaid yang tadinya datang menemui Rasulullah dengan semangat berapi-api dan penuh percaya diri, pulang dengan rasa kecewa. Zaid kecil pun menangis tersedu dan mengadukan hal ini kepada ibunya. Berharap bisa membantunya membujuk Rasulullah agar diperbolehkan ikut berjihad. Atas nama cinta. Ya, atas nama cinta.

Ibunda Zaid pergi menemui Rasulullah, mengajukan permohonan agar putra tercintanya diperbolehkan ikut berjuang dijalan Allah. Nuwar Binti Malik, ibunda Zaid, pun menghadap Rasulullah menyampaikan kelebihan Zaid kecil; hapal tujuh belas surah dengan bacaan yang baik dan benar, serta mampu membaca dan menulis dengan bahasa arab dengan tulisan yang indah dan bacaan yang lancar. Lalu Rasulullah meminta Zaid mempraktekan apa yang dikabarkan tentang dirinya oleh ibunya.

Rasulullah kagum, ternyata kemampuan Zaid lebih bagus dari yang disampaikan ibunya. Rasulullah meminta Zaid belajar bahasa Suryani dan bahasa Ibrani, bahasa orang Yahudi. Berita gembira itu disambut Zaid dengan suka cita. Kalau tidak bisa ikut berperang, Zaid kecil masih bisa memperjuangkan Islam dengan ilmu.

Lalu Zaid pun mempelajari bahasa Suryani dalam 17 hari, dan bahasa Ibrani dalam 15 hari. Dalam waktu singkat, Zaid menguasai bahasa itu. Setiap kali Rasulullah mendapat surat atau membalas surat kepada orang Yahudi, beliau meminta Zaid melakukannya. Di usianya yang sangat muda, Zaid menjadi orang kepercayaan Rasulullah, karena kemampuannya membaca dan menghapal Al-Qur'an. Rasulullah pun mempercayakan Zaid untuk selalu menuliskan wahyu yang turun kepada Rasulullah.

Semangat Zaid kecil berubah dari menghunus pedang di medan pertempuran, menjadi seorang yang mendapat amanah besar menjaga Al-Qur'an. Atas nama cinta. Ya, cinta itu menggerakannya. Dan zaid mendapat kedudukan sebagaimana para syuhada yang membela Islam dan gugur di medan pertempuran. Allah kariim. Semoga Allah subhanahu wata'ala merahmati dan memberi beliau tempat yang layak disisi-Nya.

Begitulah Zaid Bin Tsabit. Kecintaanya yang besar terhadap Islam, menggerakkannya untuk berjuang apapun jalan yang harus ditempuhnya. Semoga kita dianugerahi rasa cinta sebagaimana cinta Zaid bin Tsabit. Amiin. (ya2n)
Monday, March 16, 2009

Senyum Yuk!

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah sosok yang kita jadikan sebagai tauladan dalam setiap nafas kehidupan kita. Dari semua aspek kehidupannya, termasuk ukhuwah yang diajarkan beliau kepada para shahabat.

Coba simak hadits berikut yang menggambarkan bagaimana hal-hal kecil yang sering kita lupakan dalam hubungan terhadap sesama, ternyata diajarkan oleh Nabi kita shalallahu 'alaihi wa sallam:

Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: 'Sesekali janganlah engkau meremehkan kebaikan meskipun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah ceria' " (hadits dari Riyadush-Shalihin)