"Adalah Sa'id bin Al-Musayyab telah berfatwa
padalah banyak sahabat yang masih hidup."
Biografi Sa'id bin Musayyab: Penghulu Para Tabi'in
Pentingnya Menceritakan Kisah-Kisah Islami Kepada Anak-Anak
Ada kesalahan persepsi di kalangan masyarakat bahwa anak-anak menyukai televisi hanya karena gambar-gambarnya yang bergerak, sehingga kekhawatiran yang muncul hanya sebatas sifat adiktif televisi yang membuat anak-anak seolah-olah tidak ada kegiatan lain selain menonton televisi, bukan kekhawatiran akan dampak buruk dari informasi yang diserapnya.

Yuk kita mulai membiasakan menceritakan kisah-kisah Islami kepada anak-anak di keluarga kita!
Keutamaan Al-Qur'an dan Ahlul Qur'an

Sepenggal Duka di Langit Cinta; A Book Review

My rating: 5 of 5 stars
View all my reviews >>
Aku Mengadu Atas Buruknya Hafalanku
Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku,
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan,
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya,
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Jus dan Buah Setelah Makan?

http://wiki.answers.com/Q/Do_you_eat_fruit_before_or_after_meals
Fruit takes longer to digest so when eating a meal it can slow down your digestion progress making you feel bloated. It really doesn't matter whether you eat fruit before or after a meal. If you eat fruit before a meal, you tend to eat less. If you eat it after a meal it's kind of like a desert.
http://caloriecount.about.com/eat-fruit-ft90993
Fruit digests very quickly compared to other foods, and is very sugary and therefore 'ferments' in your stomach. This is fine normally, but if you eat fruit after eating a lot of other food that digest more slowly, then the fermenting fruit sits in your stomach a lot longer, and can cause bloating, gas and discomfort.
Mana yang benar? DON'T KNOW. Mungkin Anda tahu jawabannya?
picture: http://en.wikipedia.org/wiki/Orange_juice
This Morning Chat
D: assalamu'alaikum
D: kapan le ujian?
Y: wa'alaikumussalam wr wb
D: adik2 kelasmu angkatan 2005 do semangat ki lo
Y: ho oh po?
Y: sopo mas?
D: *** karo ***
D: cah komputer ketoke
D: wis do arep test bulan depan
Y: weh
Y: iyo
Y: dheke yo tau crito
D: kok kenal?
Y: lha cah elektro -_-!
D: emange critone kapan?
Y: pas isih nang kene
Y: kuwi kan jebolan VS kabeh
D: oalah
It's OK.. just Circle-ing Around
Saya jadi inget waktu mampir ke Jurong East, mampir ke tempat tinggal teman di Singapore. Pagi itu saya sempatkan untuk olahraga. Mumpung di Singapore, kapan lagi ada kesempatan olahraga pagi disini, hehe. Kutanya teman katanya ada Stadium dan track lari di Jurong East. "Jurong East Stadium." namanya. Lokasinya enak, nyaman, bersih, dan 100% lebih baik dari Sabuga. Gratis lagi.. Yang paling berkesan adalah track lari-nya tidak terbuat dari tanah seperti Sabuga, tapi dari karet. Sayang foto-foto stadium di HP ku dulu sudah hilang, kehapus, jadi kuambilkan saja dari internet. Check this out.

Waktu nyampe sana (Jurong East Stadium-red), ada banyak kegiatan yang sedang dilakukan. Ada yang belajar Taichi, lari pagi tentunya, bahkan waktu itu ada acara lomba anak-anak seusia TK. Sepertinya itu adalah kegiatan lomba anak-anak Muslim. Wah, kebetulan sekali, event yang langka, kupikir. Kulihat keluarga-keluarga Muslim berdatangan membawa anak-anaknya yang masih kecil. Sebagai gambaran, orang Muslim Singapore terdiri dari banyak ras, Melayu, Arab, Pakistan, dll.
Hmm.. Di Jurong east juga ada club Sepakbola. Saya ingat betul karena namanya yang unik: Gombak United. Di sana juga ada beberapa Community Club, tempat sosialisasi dan bermasyarkat. Saya sendiri nggak paham dengan peta sosial Singapore. Orang Muslim jelas ada disana, tapi sepertinya masih minoritas. Oiya, disana juga ada pasar tradisional lho. Saya sempet beli pulsa disana, tapi karena lupa bawa paspor, ahirnya nggak jadi. Herannya juga, ada yang jualan voucher pulsa Telkomsel di pasar itu. Yeup, pagi itu kututup dengan berjalan, berputar mengelilingi Taman Sari, Salman, Ganesha, sambil menerawang memory waktu itu, lalu pulang.. Nice day lahh.. (with Singlish ^^)
Macet Makin Macet
Fotonya kurang meggambarkan dengan jelas sih memang, tapi bisa kukatakan, "Jalanan ini sungguh macettt bener!." Bahkan macetnya mulai dari simpang dago sampai perempatan jalan layang. Seingatku, tak pernah jalan dago yang ini sampai semacet ini. Dan seingatku, kemacetan ini mulai menjadi-jadi setelah adanya Tol Jakarta-Bandung yang mengakibatkan mobil Jakarta-Bandung lalu lalang. Huff, semoga pemerintah bisa cepat antisipasi, jangan sampai Bandung jadi Jakarta kedua, macet... polusi...
Kenangan Itu.. Semangat Itu
Yang paling membahagiakanku adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang telah berjasa hingga aku bisa menggapai cita-citaku saat ini; mereka adalah guru-guruku. Ada Bu Lies guru fisika yang saya ingat betul cara mengajarnya, membuat fisika menarik, menantang, begitu pikirku. Ada Bu Tum, guru agama yang kupikir perawakannya masih tetap sama dibanding berpuluh tahun lalu, masih tetap bersahaja dan penuh nasehat. Pak Sur, guru PPKn dengan gaya penuh semangatnya. Tak kalah semangat dengan itu Bu Wanti, guru bahasa, datang bersama suaminya, guru matematika favorit, ternyata sampai sekarang masih favorit. Terbukti dengan disorak soraikannya ia ketika datang dan menyapa mantan anak-anak didiknya, alumni SMP 1 Galur.
Ah, andaikan mereka tahu betapa berjasanya mereka. Dan kini, kududuk disini, di depan mereka semua, dalam acara success story alumni SMP 1 galur. Kebahagiaan apalagi yang bisa kuberikan kepada mereka selain bahwa atas bimbingan meraka semua saya menjadi sukses, walaupun tak pernah kuanggap diri ini sukses, hanya sekedar ingin membagikan semangat dan inspirasi kepada orang lain. "Saya senang sekali bisa diundang panitia di acara ini. Saya kira banyak teman-teman dan saya yang juga sukses. Saya disini hanya mewakili teman-teman saya di kalangan generasi muda. Saya kira alumni SMP 1 Galur banyak yang sukses Bu, Pak." begitu ucap saya dengan mantap.
Saya pun bahagia ketika Pak Sur menyalami dan menyahut, "Selamat", dengan nada tegas dan lugas seperti biasanya, menyiratkan rasa bangga atas almamaternya, SMP 1 Galur. Perkataan itu pula lah yang menyiratkan akan keheranannya atas bekas muridnya yang dulu tak pernah ia duga-duga akan berkata, "Alhamdulillah saya sejak SMP bercita-cita sekolah di ITB." tukas saya ketika pembawa acara talk show menanyai perihal asal mula chip Xirka. "Waktu di ITB, saya masuk lab pada tingkat dua, setelah ertemu dengan dosen yang baru pulang dari Jepang dengan membawa semangat untuk menghidupkan industri elektronik Indonesia. Dari situlah cikal bakal keterlibatan saya pada perusahaan yang didirikan dosen saya ini, Pak Trio, dengan seorang temannya, Pak Eko." Kolaborasi maut, ahli di akademis dan enterpreneur, begitu pikirku berkali-kali.
Pada acara reuni itu, saya pun berkesempatan untuk bersua dengan teman-teman lama, dengan bermacam kenangan yang menyertainya; Akhid, Thoha, Slamet, Rinto, Ahem, Novi. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Kami bercerita, berceloteh, dan menyelami memory 10 tahun lalu, ketika kami bersama-sama belajar dan bermain, disini, di SMP 1 Galur. Anehnya, hampir semua kenangan yang kami gali itu lucu-lucu, menyenangkan, bahkan mengagetkan. Tak satupun kenangan sedih terlintas. Entahlah, mungkin masa-masa SMP memang penuh keceriaan. to be continued..
A New Life

Dari Abu Dzar berkata, "Sahabatku Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menasehatiku dengan empat perkara yang sangat aku sukai. Beliaupun bersabda, 'Wahai Abu Dzar! Kemudikanlah perahumu, sesungguhnya laut itu sangat dalam. Perbanyaklah perbekalan, sesungguhnya perjalanan itu masih panjang. Ringankanlah beban diatas pundakmu, sesungguhnya jalan di perbukitan sangat memberatkan. Dan ikhlaskanlah engkau dalam bekerja, sesungguhnya orang yang mengkritik senantiasa mengawasi' ". (Sandiwara Langit, Abu Umar Basyier)
*that picture, I painted it during 2nd year of my undergraduate study in Bandung, full of passion, full of spirit.
Bahasa Ibu; Bahasa Kalbu
Tapi maksud ibu berbeda, siapapun tamunya, penting atau tidak penting kedatangannya dan darimana pun datangnya tetap harus dihormati. Saya, abang, adik-adik jadi menunggu cukup lama di depan rumah. Tak berani masuk, apalagi memanggil-manggil ibu. Empat puluh menit sudah, si bungsu bahkan sudah terlelap di pojok teras rumah, keringatnya membasuhi baju seragamnya yang kotor. Akhirnya para tamu pun pamit pulang, "Eeh, baru pulang sekolah ya?" tanya mereka. Belum sempat kami menjawab, "Iya, baru pulang tuh," sergah ibu. Sekali lagi, menjaga hati para tamu agar tak merasa tak enak hati.
Tak selalu begitu memang. Tapi dalam beberapa kesempatan, ibu sering mengajarkan kepada kami tentang sopan santun dan tata krama. Maklum, sebelum-sebelumnya kami sering membuat ibu malu di hadapan tamunya dengan segala polah tak terkontrol. Yang minta minumlah, minta dibukakan sepatu, atau ini yang bikin ibu tambah malu, "Bu, belum masak ya? Lapar nih ...."
Hari ibu tiba. Ini hari yang paling ditunggu oleh kami, karena hari ini adalah jadwal acara memasak bersama, tanpa ibu. Kami akan membiarkan ibu duduk mendampingi kami yang berjibaku dengan kompor dan peralatan masak. Sesekali saya menangkap wajah khawatir ibu saat saya menyalakan kompor minyak. Meski sudah sering dan dibilang mahir saya melakukan pekerjaan itu, tetap saja mata ibu tak lepas dari tangan kecil ini yang menyulutkan api ke sumbu kompor. Begitu api menyala, cerialah wajahnya.
Begitu pula ketika si bungsu memotong-motong wortel dan kentang dengan pisau yang ukurannya lebih besar dari tangannya. Maklum, si kecil itu teramat sering terlukan jarinya oleh benda tajam itu. Setiap irisan wortel, setiap kali itu pula napas ibu tertahan. Urusan barang pecah-belah, ini urusan "orang gede." Mulai dari mengambil dari rak piring, menatanya di meja makan, sampai mencucinya setelah pesta usai. Untuk satu hal ini, ibu harus merelakan beberapa benda kesayangannya benar-benar menjadi benda pecah belah, alias benar-benar pecah.
Hidangan pun tersaji, waktunya makan. Karena Hari Ibu, ibulah yang mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang mencicipi masakan kami. Srrup ... sesendok sup olahan kami pun diseruput ibu, dan ... matanya menyeripit, bibirnya seperti menahan sesuatu, perlahan tenggorokannya terlihat seolah tak rela membiarkan kuah yang ada di lidahnya masuk ke perut. Seketika, lima wajah kami pun setengah mengerut, "kenapa?".
"Sup ini .. sup paling nikmat yang pernah ibu rasakan," wajahnya kembali tenag dan ia pun mempersilakan kami menikmati makan bersama kali ini. Namun sebelumya, ibu megajukan saran, "Sup ini sudah nikmat, tapi menurut ibu, kalau mau lebih nikmat airnya ditambah ya." Tangan terampil ibu pun mengolah kembali sup tersebut dengan menambah bumbu lainnya. Sepuluh menit berikutnya, barulah pesta sebenarnya dimulai. Sungguh, kami tak tahu apa yang terasa di lidah ibu dengan sup hasil olahan kami.
Suatu pagi ibu mengaku kehilangan sejumlah uang belanjanya. Dikumpulkanlah lima anaknya untuk ditanya satu per satu. Meski ada orang lain selain kami, ibu tetap mengangap perlu mengumpulkan anak-anaknya terlebih dahulu. "Ibu menuduh kami?" tanya saya tergagap. "Bukan. Ibu hanya memberi tahu bahwa kita tidak masak hari ini, karena uang belanja ibu tidak ada," ujar ibu lembut.
Kami pun berangkat sekolah dengan perasaan berat dan saling curiga, siapa yang tega mengambil uang ibu. Tidak sampai disitu, kami pun terbayang siang ini akan dilewati dengan perut lapar. Pulang sekolah, jangan harap ada makanan tersaji di meja makan. Saya sempat berfikir, akan saya pukul orang yang mengambil uang itu. Karena dia menyebabkan semuanya kelaparan.
Kembali dari sekolah, aroma semur tahu kesukaan saya sudah tercium dari pagar depan rumah. Saya berlari ke dapur dan mendapati ibu sedang memasak. "Kok ibu memasak? Uangnya sudah ketemu? Siapa yang mengambilnya?" pertanyaan beruntun saya dijawab ibu dengan senyum. "Siapa pun dia, yang jelas dia sudah mengerti kepentingan keluarga lebih utama dari kepentingan sendiri," jelas ibu. Saya tahu, ibu tak akan memberi tahu siapa yang dimaksud , karena ibu tak ingin kamio membencinya. Apalagi memukulya, seperti niat saya sebelumnya.
Ibu, rindu rasanya saya pada masa-masa indah seperti dulu. Semoga masih selalu ada waktu untuk kita mencipta terminal kenangan yang tak kalah indahnya dengan masa lalu. Sungguh, kadang ibu memang cerewet, tapi saya tahu semua itu bahasa kalbu ibu yang selalu menyejukkan hati. ("Belajar dari Kehidupan," Bayu Gawtama.)
Sebait do'a takkan pernah terputus untukmu .. Ibu
Dan 'ku kan berusaha menjadi lebih baik,
menjadi apa yang ibu cita-citakan.
(Bandung, Oct 2009)
Al-Qur'an Online, Banyak Diminati Dunia Barat
OpenSparc, Satu Lagi Prosesor Yang Di-Open
Penyaji materi pertama adalah David Weaver, chief OpenSparc dari Sun Microsystem. Sebenarnya kalau disebut training kurang tapat, karena pikiran saya kalau training akan ada handout dan praktek langsung. Tapi ternyata kemarin jadi seperti seminar biasa. But it's ok, masih banyak hal yang bisa diperoleh adri seminar itu. David banyak cerita mengenai sejarah OpenSparc, lalu arsitektur OpenSparc dan kelebihannya. Materi terakhir adalah video yang membahas OpenSparc simulator dan verification tools.
Kelebihan OpenSparc ini adalah, kata David, selain karena prosesor 64-bit pertama yang di-open-source-kan, juga karena kemampuannya untuk hardware multi-threading dan multi core. Jadi kombinasi antara multi thread dan multi core. Jika satu core bisa memiliki 4 hardware threading, dan 1 chip ada 8 core, maka prosesor bisa memiliki 32 thread. Multi threading disini tentu beda dengan istilah multi thread software. Kalau mau lihat selengkapnya silakan buka opensparc.net.
Btw, kemarin terjadi sedikit perbincangan antar teman, "Terus apa sih untung yang mereka dapatkan dengan cara meng-open-source-kan prosesor mereka?". Yup, itulah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada kalangan pecinta opensource. Saya sendiri meyakini bahwa tidak ada satupun yang gratis-tis. Sesuatu harus ada interest-nya, apalagi jika produk itu keluar dari dunia Barat. Bahkan yayasan sosial pun harus punya interest, tidak seperti Indonesia yang lebih agamis, mengeluarkan zakat tanpa ada interest duniawi. Loh, malah jadi ngomong kemana-mana.
Back to topic. Nah, lalu apa interest yang mereka dapatkan dari meng-open-source-kan produk mereka? Mungkin ada beberapa hal, dan ini berlaku bagi semua jenis opensource baik hardware maupun software.
Pertama, mereka ingin membuat produk atau platform atau apapun, tapi tidak ingin mengeluarkan cost untuk validasi dan verifikasi ataupun tidak yakin akan desainnya sendiri sehingga di-open dengan harapan semua orang mencobanya dan memberikan feedback berupa bug report kepadanya.
Kedua, bukan code yang mereka jual, tetapi support. Banyak kasus dimana ketika mengimplementasikan produk yang open-source akhirnya mentok di tengah jalan karena buggy. Akhirnya terpaksa meminta support dari open-source provider. Kasus ini pernah terjadi dan saya lihat sendiri.
Ketiga, jualan buku dan manual. Mereka men-open-source-kan produk, tapi manual, cara memakai, cara mendebug, cara memodifikasi dan menambahkan fitur atau aplikasi, disembunyikan dan hanya bisa diperoleh dengan cara membeli.
Keempat, ingin mencari ketenaran. Dengan meng-open-source-kan produknya, dia bisa memperlihatkan kemampuan kepada community, apalagi jika produknya banyak digunakan. Dengan begitu dia dapat track-record lalu akan lebih mudah mendapatkan investasi, atau bisa jadi produknya akan dibeli perusahaan besar.
Dan lain-lain, tentu motif setiap orang berbeda-beda. Tapi bagaimanapun juga, selama terjadi lingkaran mutualisme, saling memberikan keuntungan saya pikir tidak masalah. Dan saya pribadi sih cenderung mendunkung open-source. Beda dengan komunitas Windows yang anti open-source. Alasan mereka sih tanggung jawab nya tidak jelas. Yah selalu ada perdebatan antara keduanya. Yup, open-source akan selalu menjadi sesuatu yang menarik dan fenomena ini kian hari kian ramai saja. Anda sendiri tentu punya pendapat tentang open-source ini.
Oiya, saya sedikit ngobrol dengan David Weaver ini. Yah, pertanyaan saya sederhana saja, seberapa matang RTL code (verilog) yang dia open-kan itu, apakah siap untuk ASIC implementation? Dia hanya bisa jawab, mereka sudah proven sampai ASIC implementation. Sedangkan untuk implementasi di FPGA sudah ada Evaliation Kit package nya dari Xilinx. Jadi seharusnya RTL codenya sudah matang. Tapi apakah RTL code yang matang itu open? Dari pengalaman, RTL code yang bisa diimplemtasikan di FPGA belum tentu OK untuk di implementasikan di ASIC, karena verification flow di ASIC lebih ketat. Ya who knows, mari kita lihat apakah OpenSparc sematang itu atau tidak.
Lalu, kata David, ternyata mereka ada kerjasama dengan Gaisler juga, salah satu open-source processor yang memakai arsitektus sparc. Dia bilang, untuk 32-bit system mereka menyarankan memakai prosesor LEON dari Gaisler, tapi Gaisler hanya punya 1 core 1 thread processor dan 32-bit. Tapi OpenSparc tidak punya AMBA bus, dan bus itu mereka peroleh dari Gaisler. Hohoho, interesting. Semoga program OpenSparc-nya sukses Sir, for mutual interest ;).
ps. gambar dicomot dari padepokan pak Budi
Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit
Tuntutlah selalu ketnggian. Musa alaihissalam dahulu dikhususkan oleh Allah dengan Al Kalam (kemampuan berbicara kepada Allah). Musa alaihissalam berkata, "Rabbi arinii anzur ilaik" Tuhanku, berikan aku kesempatan untuk melihat-Mu. Kemuliaan tak datang tiba-tiba, tapi ia merupakan hasil jerih payah. Ketika Hud hud membawa surat kepada Bilqis, maka namanya tercantum dalam surat An-Naml. Seekor semut selamat dari injakan pasukan Sulaiman, dengan jerih payah dan kesabaran. Lalu, engkau ingin kemuliaan tanpa keseriusan? Engkau ingin mencapai ketinggian, namun tidur di malam-malam. Engkau ingin surga, namun meremehkan sunnah.
Rasulullah shalallahu'alaihiwasallam berdiri shalat hingga kakinya bengkak. Dimasukkannya batu di sela perutnya untuk menahan lapar. Berdarah kakinya oleh lemparan batu. Terjun langsung ke berbagai peperangan. Abu Bakar namanya diseru di pintu-pintu surga, karena hatinya terikat dengan Tuhannya setiap detiknya. Perkataannya selalu untuk agamanya. Tindakannya selalu dalam rangka agamanya. Tindakan-tindakannya selalu dalam rangka menebar hidayah. Kebenaran ditegakkannya. Harta diinfaqkannya di jalan Allah. Ia berhijrah dan meninggalkan keluarganya. Umar bin Khatthab mengenakan pakaian yang sobek. Ia berteriak sakit saat mengingat kematian. Lalu ia sangat berhati-hati menjalani agamanya. Ia berlaku adil, jujur dan begitu serius. Ia meminta Allah agar diberikan rizki mati syahid. Allah pun merizqikannya mati syahid, di masjid.
Wahai yang terbelenggu oleh nyanyian, keluarlah dari kerengkeng mimpi. Bersihkanlah debu kekotoran dari tubuhmu. Tinggalkanlah yang menghalangimu. Semua yang menempuh perjalanan akan sampai pada tujuan. Apakah engkau lupa pada ayat-ayat Allah? Mengapakah engkau tunda shalat? APakah engkau buang usiamu dengan kesia-siaan? Lalu engkau ingin masuk surga?
Demi Allah, semut kenyang mendapatkan makanan setelah ia serius mencari makanan. Singa akan berjuang keras, jatuh bangun, untuk menerkam mangsanya. Anak panah takkan pernah bisa mencapai sasarannya bila tetap di dalam sarungnya. Pedang takkan bisa memotong apapun sampai ia menjadi lebih tajam daripada pisau. Burung membangun sendiri tempat tinggalnya. Laba-laba, begitu teliti membangun sarangnya. Kadal menggali lubang-lubang untuk bersembunyi. Rayap membangun rumahnya dengan menggerogoti kayu. Engkau mempunyai kesempatan, Rasulullah bersabda "Peliharalah apa yang berguna bagimu." Itu karena yang bermanfaat itu akan meninggikanmu. "Seorang mukmin kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah." Karena kekuatan bisa berguna untuk membangun istana megah, dan meraih kemuliaan dan ketinggian.
Pemilik semangat akan berlomba mendahului orang lain, mencapai ketinggian. "Wassabiquuna saabiquun, ulaaikal muqarrabuun." Dan orang-orang yang lebih dahulu, merekalah orang-orang yang dekat (kepada Allah). Karena mereka terlatih melakukan keshalihan dan terbukti melakukan ketaatan. Matahari berputar. Bulan berjalan. Sedangkan engkau tidur tidak sadar. Engkau makan dan minum, bermain dan melakukan dosa.
Sebagian muhadditsin buta matanya karena terlalu banyak membaca. Tak ada lelah, tak ada kebosanan, sampai tercapainya tujuan. Imam Ahmad bin Hambal berjalan kaki dari Baghdad ke Shan'a. Tapi engkau sudah lelah ketika menghafal do'a. Salah seorang ulama shalih menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk memperoleh satu hadits. Agar ia tahu bagaimana kemuliaan yang abadi itu. Andai bukan karena berat dan dahsyatnya ujian, tidaklah Imam Ahmad disebut Imam as Sunnah. Kekasaran bisa membawa pada kemuliaan. Ibnu Taimiyah dipenjara, lalu ia menjadi tokoh ulama yang langka di zamannya. Ketahuilah bahwa air yang mengenang dan diam itu air yang rusak. Karena ia tidak mengalir, tidak berjalan dan tidak mempunyai tantangan. Jika air sudah mengalir, ia akan memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.
Letakkan kakimu di bintang yang tinggi,
Miliki semangat paling tinggi di bintang tertinggi.
Wahai orang yang banyak tidur, apa manfaat tidurmu? Kelak engkau akan membayar mahal karena tidurmu. Allah memerintahkan kita untuk beramal, dan memperhatikan apa yang sudah kita kerjakan. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad dijalan Kami, akan kutunjukkan mereka jalan-jalan Kami." Ketahuilah, hidup ini adalah aqidah dan jihad, kesabaran dan kekasaran, perjuangan dan pegorbanan, kebaktian dan kemenangan. Tak ada tempat dalam hidup ini bagi orang-orang yang malas. Tak ada ruang di kendaraan dunia bagi orang yang lemah.
Lihatlah orang kafir yang begitu tekun bekerja. Setiap hari mereka berusaha keras. Mereka membuat mobil di atas bumi. Mereka menemukan pesawat terbang untuk terbang ke langit. Mereka membuat kulkas untuk makananmu. Mereka membuat tempat untuk menyimpan airmu. Sementara engkau tidak bekerja apa-apa, kecuali makan dan minum, bersenda gurau dan bermain.
Engkau cepat bosan, dan Malaikat tidak pernah bosan. Engkau cepat putus asa dalam beramal sedangkan Malaikat tidak pernah putus asa. Lalu dengan apa engkau akan masuk syurga? Apakah engkau tertikam senjata dijalan Allah? Apakah engkau tersiksa karena mendunkung sunnah? Bersihkanlah debu-debu malas dari dirimu wahai orang malas. Bilal sang pemilik semangat tinggi itu telah mengumandangkan adzan di telingamu, apakah engkau mendengarnya? Orang yang menyeru kebaikan telah memanggilmu, mengapa engkau tidak bersegera memenuhi panggilannya?
Mulailah berburu pahala sejak pagi hari. Bacalah Al-Qur'an dan berdzikirlah. Bacalah do'a dan bersyukurlah. Karena pagi hari adalah saat bertolaknya burung-burung dari sarangnya. Dan jangan lupa, sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Keberkahan Allah untuk ummatku ada pada pagi harinya".
Alamanda Behind The Scene
Krisis Keteladanan?
Ceritanya punya cerita, Sabtu lalu setelah meeting, saya disodorkan sebuah film berjudul "Perempuan Berkalung Sorban". Benakku langsung berkata, kalo judulnya seperti itu, berarti itu film Islami. Eh tahunya, film ini film bermasalah. Dulu pernah denger sih, dan pernah lihat novelnya juga, dan pas baca sinopsisnya langsung males bacanya. Dan pas lihat filmnya, bukan males lagi,,, apa ya,,, muak? didn't find an appropriete word to say. Trus langsung kuberhentiin aja nontonnya, ku-skip-skip dan cari inti yg ingin disampaikan film ini.
Jelas ada yang salah dari pesan yang ingin disampaikan film ini. Bahkan MUI sudah menyatakan bahwa film ini layak ditarik dari peredaran karena kontra-produktif. Satu saja komentar saya: "Nampaknya Indonesia mengalami krisis keteladanan akut." Kenapa? Karena ternyata masih banyak yang sulit membayangkan bagaimana bisa hidup dengan bahagia dibawah koridor syari'at.
Terlalu naif jika mengatakan syari'at Islam mengkungkung wanita, merendahkan wanita, membuat wanita tidak bahagia. NOL besar. Laki-laki dan perempuan mendapat kedudukan yang sama, sejajar, dihadapan Allah. Hanya taqwa lah yang membedakannya. Sedangkan secara kodrat? Tentu beda. Ini sudah maklum, dan mudah dipahami.
Tentang bagaimana hubungan suami-istri, berikut saya kutip satu contoh, bagaimana indahnya keluarga dibawah koridor Islam. Berikut adalah surat terbuka seorang suami kepada istrinya yang shalihah, cukup panjang, tapi saya harap kita bersabar untuk membacanya karena sangat menarik:
Cerita selengkapnya silakan baca disini. Indah bukan? Ceritanya tidak berhenti disitu karena ternyata gayung pun bersambut, dibalas dengan surat dari sang istri kepada suami tercinta. Indah bukan?Buat istriku yang kucinta, semoga engkau berbahagia.
Aku tidak tahu dari mana harus memulai menuliskan beberapa rumpun kalimat buatmu, wahai istriku. Aku juga tidak tahu apakah kepolosanku dan ketulusanku ini akan mendapat sambutanmu. Tapi aku tiada pedulikan itu. Yang pasti, aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku adalah suamimu.
Aku tahu bahwa sebagai suami ternyata aku sangat membutuhkanmu, aku katakan ini sejujurnya. Lalu apakah engkau juga sangat membutuhkan aku, suamimu, wahai istriku? Maafkan aku atas pertanyaan ini. Bukan aku meragukan cintamu padaku, aku hanya ingin meyakinkan diriku. Sebab, kebanyakan istri kerabat maupun sahabat-sahabatku pun sangat besar rasa butuhnya terhadap suami mereka. Oleh sebab itulah aku mencarimu untuk kujadikan istri, sebab engkau adalah seorang wanita yang sholihah, lembut, sopan santun, mulia, bertakwa, suci, menjaga diri dan penuh kasih sayang.
Istriku, aku tidak segan-segan berterus terang kepadamu, meski hanya dalam bentuk goresan tinta kita ini di atas lembaran kertas yang juga milik kita, bahwa aku sangat membutuhkanmu. Dan aku tidak menginginkan dari itu semua selain agar tumbuh rasa dalam dada kita berdua akan pentingnya saling menjaga hubungan baik di antara kita. Dan bahwa hubungan yang baik itu jauh lebih mulia daripada kita berlomba-lomba dengan maksud agar diketahui siapa di antara kita berdua yang lebih unggul. Aku berharap engkau pun telah memahaminya.
Pertanyannya: adakah keluarga yang benar-benar indah seindah cerita dua orang suami-istri yang saling berkirim surat seperti itu? Jawabnya: ADA. Tentu ada. Dan banyak sekali.
Satu buku yang recommended untuk dibaca: "Sandiwara Langit". Buku ini menceritakan kisah ny

Back to topic; saya mencoba untuk tidak terburu-buru dalam menilai film "Perempuan Berkalung Sorban". Mungkin Hanung berusaha mengangkat realita sebuah sudut kecil dalam kisah masyarakat kita. Tapi, Ah nggak segitunya dech. Ceritanya terlalu berlebihan, bahkan jadi kontra-produktif.
Saya hanya ingin mengajak, mari kita renungi kembali. Mungkin sebagian kita susah membayangkan apakah kehidupan ideal Rasulullah dan para shahabat bisa terwujud di zaman ini. Tapi coba renungkan sekali lagi. Lihatlah sekeliling kita. Lihatlah, disana ada sosok keluarga bahagia, seperti kisah dalam buku Sandiwara Langit itu. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak bisa?
Agaknya kita sudah terlalu silau dengan hingar-bingar kehidupan metropolitan yang tiap hari, tiap jam, tiap detik, disuguhkan oleh televisi, sehingga kita tak lagi mudah memberadai keteladanan keluarga Islami. Krisis keteladan. Ya, mungkin itu kalimat yang lebih tepat untuk menggambarkan kondisi kita saat ini. Dan tugas kita semua untuk bersama-sama beranjak untuk menghilangkannya. Wallahu a'lam.
Bandung 20, Alamanda, the day after work.
Kembali dari Hiatus
Gaya Tulisanku, Buku Yang Kubaca
Terang saja, gaya bahasa tiap tulisanku jadi berubah-ubah. Tidak Konsisten. Penulis seperti ini tampaknya kurang dalam menulis. Tidak punya ciri khas dan identitas tulisan. Orang akan kesulitan untuk menilai tipe penulis macam apa ini, orang akan kebingungan melihat tulisan yang tampaknya ditulis oleh seseorang yang 'berbeda'. Pun tentang tema sebuah blog. Kalau terlalu campur aduk orang akan bingung men-jugde tipe blog macam apa ini.
Fauzil Adhim dalam "Dunia Kata" mengatakan, salah satu cara mudah memulai menulis adalah: benchmarking. Secara sederhana, benchmarking bearti manjadikan satu tulisan, penulis, atau media sebagai model. seorang penulis cerpen bisa menjadikan seorang Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau Joni Ariadinata sebagai acuan. Meniru gaya bertulis mereka.
Nah, kalau banchmarking saja jadi langkah awal bagi seseorang untuk mulai menulis, maka gaya tulisan tentu menjadi point penting bagi sebuah tulisan. Apa jadinya kalau Asma Nadia menulis di salah satu novelnya dengan gaya tulisan Raditya? Bisa-bisa orang yang mem-benchmarking-nya kepusingan.
Tapi kalau benchmarking-nya kebablasan, jadinya seperti saya. Setiap kali membaca buku, gaya tulisan ikut-ikutan berubah. Tak baik juga membatasi jenis buku yang dibaca. Buku bagaikan jendela wawasan. Mulai dari genre fiksi sampai non-fiksi, ilmiah sampai populer, santai sampai serius, semua ada wawasan. Tinggal pintar-pintarnya kita menilai dan menyaring informasi yang bermanfaat, dan membuang informasi yang tidak bermanfaat.



Kebetulan, 3 buku baru bulan ini adalah novel. Ma Yan, 5 cm, dan The Road to Empire. Bukan. Bukan karena saya penggemar berat buku novel, hanya karena melihat review buku ini yang bagus. Buku lain yang saya incar bulan ini adalah "Pemuda Peka Zaman" karya Dr. Saghuni, dan Ighasatil Lahfan-nya Ibnul Qayyim.
Ma Yan diangkat dari kisah nyata kehidupan perempuan Muslim China yang berjuang mati-matian untuk sekolah. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyekolahkan anaknya. Walau itu berarti harus makan 2 kali sehari, sekali nasi sekali roti. Bahkan harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ketempat sekolahnya. Buku ini sangat kuat dalam menceritakan hubungan ibu-anak. Gaya bertuturnya cukup deskriptif dan tema cerita yang diangkatnya sederhana dan mudah ditebak, tapi cukup untuk membuat Anda menangis miris.
Dua novel lainnya berbeda. 5 cm. Tentang persahabatan 5 orang, perjalanan mereka, mimpi-mipi mereka. Saya belum baca yang ini, tapi kalau baca dari review dan sinopsis, sepertinya cukup bagus. Tetap, segala sesuatunya perlu disaring. The Road to Empire. Berlatar belakang perang di China, dan kehidupan pasukan Muslim China. Pemimpin mereka, pangeran keturuna Mongol.
Gaya bertutur novel tentu beda dengan buku-buku ilmiah seperti Riyadush Shalihin, Kitabul Ilmi, atau Minhajul Qashidin. Mungkin yang memadukan keduanya adalah buku-buku Mas Salim yang terakhir berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang". Buku wawasan Islam dengan gaya bertutur novel. Nah, bagi seseorang (baca: saya), buku yang sedang dibaca sedikit banyak berpengaruh dengan gaya tutur tulisannya, mungkin tidak bagi penulis profesional. Bagaimana dengan Anda?