Showing posts with label Life. Show all posts
Showing posts with label Life. Show all posts
Wednesday, February 29, 2012

Biografi Sa'id bin Musayyab: Penghulu Para Tabi'in

"Adalah Sa'id bin Al-Musayyab telah berfatwa
padalah banyak sahabat yang masih hidup."

Suatu tahun, Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan berhasrat untuk menunaikan haji ke Baitullah Al-Haram dan berziarah ke Haraimain yang mulia dan mengucapkan salam kepada Rasulullah saw.

Sampailah bulan Dzul Qa’dah, beliau berangkat menuju ke bumi Hijaz disertai tokoh-tokoh bani umayyah, para gubernurnya, pejabat pemerintah dan sebagian anaknya. Rombongan bertolak dari Damskus ke Madinah Al-Munnawarah tanpa tergesa-gesa. Tiap kali singgah atau di suatu tempat atau wilayah, mereka berisitirahat sambil mengadakan majelis ilmu dan saling memberikan peirngatan agar bertambah pengetahuannya tentang din dan mengisi jiwa dengan mutiara hikmah dan nasihat yang baik.

Sampailah rombongan tersebut di Madinah Al-Munawarah, Amirul Mukminin menuju tempat suci untuk memberi salam kepada penghuninya, Muhammad saw. Kemudian beliau melakukan shalat di Raudhah Asy-Syarifah. Beliau merasakan kesejukan, ketenangan dan ketentraman jiwa yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Ingin rasanya beliau memperpanjang waktu kunjungannya di kota Rasulullah itu seandainya ada waktu luang.

Pemandangan yang paling mengesankan dan menarik perhatiannya di Madinah Al-Munawarah itu adalah banyaknya halaqah ilmu yang memakmurkan masjid Nabawi. Di sana berkumpul para ulama besar dan tokoh-tokoh tabi’in bagaikan bintang-bintang bercahaya di ufuk langit. Ada halaqah Urwah bin Zubair, ada halaqah Sa’id bin Musayyab, dan ada halaqah Abdullah bin Utbah.



Suatu hari Amirul Mukminin terbangun dari tidur siangnya tiba-tiba, tidak seperti biasa. Lalu dipanggilnya penjaga, “Wahai Maisarah!” Maisarah menjawab, “Saya wahai Amirul Mukminin.” Beliau berkata, “Pergilah ke masjid Nabawi dan undanglah salah satu ulama yang berada di sana untuk memberikan peringatan kepada kita.”

Maisarah bersegera menuju masjid. Dia melihat seluruh sudut-sudut masjid namun tidak melihat kecuali satu halaqah yang dipimpin oleh seorang syaikh yang telah tua. Usianya tampak sudah lebih dari 60 tahun, wajahnya tampak memancarkan kewibawaan seorang ulama. Orang-orang nampak menaruh hormat dan takjub kepadanya.

Maisarah menghampirinya hingga dekat dengan halaqah tersebut lalu menunjukkan jarinya kepada syaikh tersebut. Akan tetapi orang itu tidak menghiraukannya, sehingga akhirnya Maisarah mendekat dan berkata, “Tidakkah Anda melihat bahwa saya menunjuk Anda?”

Sa’id, “Anda menunjuk saya?”

Maisarah, “Benar.”

Sa’id, “Apa keperluan Anda?”

Maisarah, “Amirul Mukminin terbangun dari tidur lalu berkata kepadaku, ‘Pergilah ke masjid Nabawi dan lihatlah kalau-kalau ada seseorang yang bisa menyampaikan hadits untukku, bawalah kemari’.”

Sa’id, “Aku bukanlah orang yang beliau maksud.”

Maisarah, “Tetapi beliau menginginkan seseorang untuk diajak bicara.”

Sa’id, “Barangsiapa menghendaki sesuatu, seharusnya dialah yang datang. Di masjid ini ada ruangan yang luas jika dia menginginkan hal itu. Lagi pula hadit lebih layak untuk didatangi, akan tetapi dia tidak mau mendatangi.”

Utusan itu kembali dan melapor kepada Amriul Mukminin, “Saya tidak menemukan kecuali seorang syaikh tua. Saya menunjuk kepadanya, tapi dia tidak mau berdiri. Saya mendekatinya dan berkata, ‘Amirul mukminin terbangun dari tidur lalu berkata kepadaku, pergilah ke masjid Nabawi dan lihatlah kalau-kalau ada seseorang yang bisa menyampaikan hadits untukku, bawalah kemari.’ Tetapi dia menjawab dengan tenang dan tegasi, ‘Aku bukan yang dia maksud dan masjid ini cukup luas kalau dia menginginkan hadits’.”

Abdul Malik menghela nafas panjang. Dia bangkit lalu masuk ke rumah sambil bergumam, “Pasti dia adalah Sa’id bin Musayyab. Kalau saja engkau tadi tidak menghampiri dan mengajaknya bicara…”

Ketika Abdul Malik telah meninggalkan majlik dan masuk kamar, putranya yang busu bertanya kepada kakaknya, “Siapakah yang orang yang berani menentang amirul mukminin dan menolak untuk menghadap itu, sedangkan dunia tunduk kepadanya dan raja-raja Romawi gentar oleh wibawanya?”

Maka berkatalah saudaranya yang paling besar, “Dia adalah orang  yang putrinya pernah dipinang oleh ayah untuk saudara kita, Al-Walid, tetapi dia menolak menikahkannya.”

Adiknya berkata heran, “Benarkah ia tidak mau  menikahkan putrinya dengan Al-Walid bin Abdul Malik? Apakah dia mendapatkan pasangan yang lebih baik untuk putrinya layak calon pengganti Amirul Mukminin dan khalifah? Atau dia seperti orang-orang yang menghalangi putrinya untuk menikah dan tinggal menganggur di dalam rumah?”

Berkatalah sang kakak, “Sebenarnyalah aku tidak mengetahui berita tentang mereka.” Seorang dari pengasuh mereka, yang berasal dari Madinah berkata, “Sekiranya diizinkan aku akan menceritakan seluruh kisah itu. Gadis itu telah menikah dengan seorang pemuda di kampung saya bernama Abu Wada’ah. Kebetulan dia adalah tetangga dekat dengan kami. Pernikahannya menjadi suatu kisah yang sangat romantis seperti yang dikisahkan Abu Wada’ah sendiri kepada saya.” Orang-orang berkata, “Ceritakanlah kepada kami.”

Diapun berkata, “Abu Wada’ah bercerita kepada saya, ‘Sebagaimana Anda ketahui, aku adalah seorang yang tekun hadir di masjid Nabawi untuk menuntut ilmu. Aku paling sering menhadiri halaqah Sa’id bin Musayyab dan suka mendesak orang-orang dengan siku bila mereka saling berdesak-desakan dalam majelis tersebut. Namun pernah berhari-hari saya tidak menghadiri majelis tersebut. Beliau menduga saya sedang sakit atau ada yang menghalangiku untuk  hadir. Beliau bertanya kepada beberapa orang di sekitarnya  namun tidak pula mendapat berita tentang diriku.

Beberapa hari kemudian aku menghadiri majelis beliau kembali. Beliau segera memberi salam dan bertanya:

Sa’id, “Kemana saja engkau, wahai Abu Wada’ah?”

Aku, “Istriku meninggal sehingga aku sibuk mengurusnya.”

Sa’id, “Kalau saja engkau memberitahu aku wahai Abu Wada’ah, tentulah aku akan takziyah, menghadiri jenazahnya dan membantu segala kesulitanmu.”

Aku, “Jazakallahu khairan, semoga Allah membalas kebaikan Anda.”

Aku bermaskud pulang, namun beliau memintaku untuk menunggu sampai semua orang di majelis itu pulang, lalu beliau berkata:

Sa’id, “Apakah engkau sudah berfikir untuk menikah lagi wahai Abu Wada’ah?”

Aku, “Semoga Allah merahmati Anda, siapa gerangan orang yang mau menikahkan putrinya dengan aku, sedang aku hanyalah seorang pemuda yang lahir dalam keadaan yatim dan hidup dalam keadaan fakir. Harta yang kumiliki tak lebih dari dua atau tiga dirham saja.”

Sa’id, “Aku akan menikahkan engkau dengan putriku.”

Aku, (terkejut dan terheran-heran) “Anda wahai Syaikh? Anda akan menikah putri Anda denganku padahal Anda telah mengetahui keadaanku seperti ini?”

Sa’id, “Ya benar. Bila seseorang datang kepaada kami dan kami suka kepada agama dan akhlaknya, maka akan kami nikahkan. Sedangkan engkau di mata kami termasuk orang yang kami sukai agama dan akhlaknya.”

Lalu beliau menoleh kepada orang yang berdekatan dengan kami berdua, dan beliau memanggilnya. Begitu mereka datrang dan berkumpul di sekeliling kami, beliau bertahmid dan bershalawat,  lalu menikahkan aku dengan putrinya, maharnya uang dua dirham saja.

Aku berdiri dan tak mampu berkata-kata lantaran heran bercampur gembira, lalu aku pun bergegas untuk pulang. Saat itu aku sedang shoum hingga aku lupa akan shaumku. Kukatakan pada diriku sendiri, “Celaka wahai Abu Wada’ah, apa yang telah aku perbuat atas dirimu? Kepada siapa engkau akan meminjam uang  untuk keperluanmu? Kepada siapa engkau akan meminta uang itu?”

Aku sibuk memikirkan hal itu hingga maghrib tiba. Setelah kutunaikan kewajibanku, aku duduk untuk menyantap makanan berbuka berupa roti dan zaitun. Selagi saya mendapatkan satu atau dua suapan, mendadak olehku terdengar ketukan pintu. Aku bertanya dari dalam, “Siapa?” Dia menjawab, “Sa’id.”

Demi Allah, ketika itu terlintas di benakku setiap nama Sa’id yang kukenal kecuali Sa’id bin Musayyab, sebab selama 20 tahun beliau tidak pernah terlihat kecuali di tempat antara rumahnya sampai dengan masjid Nabawi.

Aku membuka pintu, ternyata yang beridiri di depanku adalah Imam Asy-Syaikh Sa’id bin Musayyab. Aku menduga bahwa beliau mungkin menyesal karena tergesa-gesa dalam menikahkan putrinya lalu datang untuk membicarakannya denganku. Oleh sebab itu aku segera berkata:

Aku, “Wahai Abu Muhammad, mengapa Anda tidak menyuruh seseorang untuk memanggilku agar aku menghadap Anda?”

Sa’id, “Bahkan, engkaulah yang lebih layak didatangi.”

Aku, “Silakan masuk!”

Sa’id, “Tidak perlu, karena aku datang untuk suatu keperluan.”

Aku, “Apa keperluan Anda wahai Syaikh? Semoga Allah merahmati Anda.”

Sa’id, “Sesungguhnya putriku sudah menjadi istrimu berdasarkan syari’at Allah sejak tadi pagi. Maka aku tidak ingin membiarkanmu berada di tempatmu sedangkan istrimu di tempat yang lain. Oleh sebab itu kubawa dia sekarang.”

Aku, “Aduh, Anda sudah membawanya kemari?”

Sa’id, “Benar.”

Aku  melihat ternyata istriku berdiri di belakangnya. Syaikh menoleh kepadanya lalu berkata, “Masuklah ke rumah suamimu dengan nama Allah dan berkah-Nya!”

Pada saat istriku hendak melangkah, tersangkut gaunnya sehingga nyaris terjatuh. Mungkin karena dia malu. Sedangkan aku hanya bisa terpaku di depannya dan tidak tahu harus berkata apa. Setelah tersadar, segera aku ambil piring berisi roti dan zaitun, kugeser ke belakang lampu agar dia tidak melihatnya.

Selanjutnya aku naik jendela atas rumahku untuk memanggil para tetangga. Mereka datang dengan kebingungan sambil bertanya, “Ada apa wahai Abu Wada’ah?” Aku berkata, “Hari ini aku dinikahkan oleh Syaikh Sa’id bin Musayyab, sekarang putrinya itu telah dibawa kemari. Kuminta kalian agar menghibur dia sementara aku hendak memanggil ibuku sebab rumahnya jauh dari sini.”

Ada seorang wanita tua diantara mereka berkata, “Sadarkan engkau dengan apa yang engaku ucapkan? Mana mungkin Sa’id bin Musayyab menikahkan putrinya, sedangkan  pinangan Walid bin Abdul Malik putra Amirul Mukminin telah ditolak.”

Beberapa tetanggaku berdatangan dengan rasa penasaran hampir tak percaya, kemudian mereka menyambut dan menghibur istriku itu. Tak lama kemudian ibuku datang. Setelah melihat istriku, dia berkata kepadaku seraya berkata, “Haram wajahku bagimu kalau engkau tidak membiarkan aku memboyongnya sebagai pengantin terhormat.”

Akau katakan, “Terserah ibu.”

Istriku dibawa oleh ibuku. Tiga hari kemudian dia diantarkan kembali kepadaku. Ternyata istriku adalah wanita yang paling cantik di Madinah, paling hafal Kitabullah dan paling mengerti soal-soal hadits Rasulullah, juga paling paham akan hak-hak suami.

Sejak saat itu dia tinggal bersamaku. Selama beberapa hari ayah mapuan keluarganya tidak ada yang datang. Kemudian aku datang lagi ke halaqah Syaikh di masjid. Aku memberi salam kepadanya. Beliau menjawab, lalu diam. Setelah majelis sepi, tinggal kami berdua, beliau bertanya:

Sa’id, “Bagaimana keadaan istrimu, wahai Abu Wada’ah?”

Aku, “Dia dalam keadaan disukai oleh kawan dan dibenci oleh musuh.”

Sa’id, “Alhamdulillah.”

Sesudah kembali ke rumah, kudapati beliau telah mengirim banyak uang untuk membantu kehidupan kami…”

Mendengar kisah itu, putra-putra Abdul Mali berkomentar, “Sungguh mengherankan orang itu.” Orang yang bercerita itu berkata, “Apa yang mengherankan wahai tuan? Dia memang orang yang menjadikan dunia sebagai kendaraan dan perbekalan untuk akhiratnya. Dia membeli untuk diri dan keluarganya, akhirat dengan dunianya. Demi Allah, bukan karena beliau bakhil terhadap putra Amirul Mukminin dan bukannya beliau memandang bahwa Al-Walid tidak sebanding dengan putrinya itu. Hanya saja beliau khawatir putrinya akan terpengaruh oleh fitnah dunia ini.

Beliau pernah ditanya oleh seorang kawannya, “Mengapakah Anda menolak pinangan Amirul Mukminin lalu kau nikahkan putrimu dengan orang awam?” Syaikh yang teguh itu menjawab, “Putriku adalah amanat di leherku, maka aku pilihkan apa yang sesuai untuk kebaikan dan keselamatan dirinya.”

Beliau bertanya, “Apa maksud Anda wahai Syaikh?”

Beliau berkata, “Bagaimana pandangan kalian bila misalnya dia pindah ke istana Bani Umayah lalu bergemilang di antara ranjang dan perabotnya? Para pembantu dan dayang mengelilingi di sisi kanan dan kirinya dan dia mendapati dirinya sebagai istri khalifah. Bagaimana kira-kira keteguhan agamanya nanti?”

Ketika itu datang dari Syam berkomentar, “Tampaknya kawan kalian itu benar-benar lain dari yang lain.” Lalu laki-laki itu berkata, “Sungguh aku mengatakan yang sebenarnya. Beliau suka shaum di siang hari dan shalat di malam  hari. Sudah hampir 40 kali melaksanakan haji dan tak pernah ketinggalan melakukan takbir pertama di masjid Nabawi sejak 40 tahun yang silam. Juga tak pernah melihat punggung orang dalam shalatnya itu, karena selalu mejaga shaf pertama.

Kendati ada peluang bagi beliau untuk memilih istri dari golongan Quraisy, tetapi beliau lebih mengutamakan putri Abu Hurairah r.a. dan memiliki kekayaan mengenai riwayat hadits, yang beliau ingin juga mengambilnya. Sejak kecil beliau telah bernadzar untuk mencari ilmu.

Beliau mendatang rumah istri-istri Rasulullah saw. untuk memperoleh ilmu dan berguru pada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar serta Abdullah bin Abbas. Beliau mendengar hadits dari Utsman, Ali, Suhaib dan para sahabat Nabi saw. yang lain. Beliau berakhlak dengan akhlak mereka dan berperilaku seperti mereka. Beliau selalu mengucapkan suatu kalimat yang menjadi slogannya setiap hari, “Tiada yang lebih menjadikan hambanya berwibawa selain taat kepada Allah SWT dan tiada yang lebih membuat hina seorang hamba dari bermaksiat kepada-Nya.”

Diambil dari buku Shuwaru min Hayati at-Tabi’in, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya (Mereka Adalah Para Tabi’in, terj. Abu Umar Abdillah, Pustaka At-Tibyan, 2009).

Saturday, February 18, 2012

Pentingnya Menceritakan Kisah-Kisah Islami Kepada Anak-Anak


Ada kesalahan persepsi di kalangan masyarakat bahwa anak-anak menyukai televisi hanya karena gambar-gambarnya yang bergerak, sehingga kekhawatiran yang muncul hanya sebatas sifat adiktif televisi yang membuat anak-anak seolah-olah tidak ada kegiatan lain selain menonton televisi, bukan kekhawatiran akan dampak buruk dari informasi yang diserapnya.

Usia anak 0 - 5 tahun adalah usia golden-age atau usia emas. Pada masa ini, anak-anak mengembangkan hampir 80% otaknya. Kemampuan otak anak-anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Informasi yang mereka peroleh pada masa ini akan berdampak bagi kehidupannya di kemudian hari. Oleh karena itu, perhatian orang tua mengenai informasi yang diserap pada usia ini sangatlah penting. Anak-anak mendapatkan informasi melalui berbagai macam media, seperti interaksi langsung dengan orang tuanya, benda-benda di sekitarnya, lingkungan tempat bermainnya, buku-buku, dan televisi.

Sayangnya, media informasi yang banyak diminati anak-anak adalah media televisi. Ya, televisi merupakan media informasi yang efektik bagi anak-anak. Ada kesalahan persepsi di kalangan masyarakat bahwa anak-anak menyukai televisi hanya karena gambar-gambarnya yang bergerak, sehingga kekhawatiran yang muncul hanya sebatas sifat adiktif televisi yang membuat anak-anak seolah-olah tidak ada kegiatan lain selain menonton televisi, bukan kekhawatiran akan dampak buruk dari informasi yang diserapnya.



Penelitian menunjukkan, cara anak melihat televisi lebih canggih dari yang kita duga. Daniel Anderson dari University of Massachusetts dan Lizabeth Lorch psikolog dari Armheist College, belakangan--sekitar tahun 1970-an--mulai meneliti hal ini dan menyimpulkan bahwa anak-anak lebih tertarik pada informasi yang didapatkannya daripada unsur-unsur tayangan yang terlihat gemerlap dan berkilat. Dalam sebuah eksperimen, Anderson dan Lorch mempertontonkan episode film anak-anak yang dipotong-potong (disunting) sehingga informasinya menjadi tidak beraturan. Mereka memilih episode yang memang terbukti disenangi anak-anak. Akan tetadpi setelah disunting, episode yang semula sangat digemari anak-anak itu menjadi tidak digemari lagi; anak-anak meninggalkan tayangan tersebut.

Dalam eksperimen lainnya, mereka melakukan percobaan terhadap dua kelompok anak-anak usia lima tahunan. Kelompok pertama berada dalam sebuah ruangan yang diberi banyak mainan, kelompok kedua berada dalam sebuah ruangan tanpa mainan. Dalam dua ruangan tersebut, program televisi anak-anak ditayangkan. Hasilnya? seperti yang kita duga, anak-anak yang diberi mainan hanya menggunakan 47% waktunya untuk menonton televisi, sedangkan anak-anak yang tidak diberi mainan menggunakan 87% waktunya untuk menonton televisi. Tidak mengherankan. [1]

Yang mencengangkan adalah, ketika kedua kelompok tersebut ditanya mengenai isi tayangan, hampir semuanya menjawab dengan porsi yang sama, tidak muncul perbedaan antara kelompok yang diberi mainan dan yang tidak diberi mainan. Mereke menyimpulkan bahwa, "Anak-anak usia lima tahun di ruangan penuh mainan menjalankan permintaan penguji dengan cara yang strategis sekali, yakni membagi perhatian mereka antara bermain dan menonton sedemikian sehingga mereka menonton hanya bagian-bagian yang menurut mereka paling informatif. Strategi ini begitu efektif sehingga anak-anak tersebut tidak harus menonton terus menerus."

Kalau kita cermati hasil penelitian ini, kita akan tersadar betapa besar pengaruh televisi pada anak-anak usia emas. Anak-anak tidak hanya melihat gambar-gambar saja, tapi meresapi informasi yang disampaikan. Informasi ini kemudian membentuk kepribadian yang akan membekas sampai anak menginjak usia dewasa.

Jika tayangan televisi yang ditayangkan berupa fantasi, anak-anak akan mencoba membayangkan dunia ini layaknya di dunia fantasi. Jika tayangan yang ditayangkan berupa Doraemon, anak-anak akan mencoba berimajinasi berada di dunia Doraemon, begitu seterusnya. Dr Muhamad Salah, memperingatkan bahayanya tayangan-tayangan fantasi bagi anak-anak. "Ada banyak cerita yang tidak baik untuk disampaikan kepada anak-anak." kata Dr Muhammad Salah dalam sebuah acara diskusi, "seperti cerita-cerita fiksi atau fiksi ilmiah, juga cerita superhero seperti superman, kura-kura ninja, dan sebagainya." Cerita-cerita tersebut membuat anak-anak berusaha menghubung-hubungkan dunia fantasi--yang tidak rasional--kepada kenyataan yang ada--yang rasional. Bisa dibayangkan jika anak-anak ditanya tentang realita negara Palestina yang dijajah Israel, anak-anak akan berkomentar 'datangkan superman, atau power ranger', bukan berkomentar tentang kepahlawanan Salahuddin Al-Ayubi atau kepemimpinan Umat bin Khattab. Cerita-cerita fiksi membuat nak-anak dilatih untuk berpikir tidak rasional.

Yang lebih membahayakan adalah jika tayangan yang ditayangkan berupa sinetron, gosip artis, dan tayangan kriminal, yang bukan lagi berupa fantasi tapi seakan-akan realita sehari-hari, maka anak-anak akan membayangkan kehidupan sehari-hari mereka akan seperti yang mereka tonton.

Sayangnya, hampir tidak ada acara televisi yang baik untuk anak-anak, entah tayangan fiksi maupun non-fiksi. Kalaupun ada, paling tidak iklannya tidak baik untuk anak-anak. Sangat sulit bagi orang tua memilih tayangan televisi yang baik untuk anak-anak mereka.

Oleh karena itu, kita perlu membiasakan anak-anak mendapatkan informasi denagn media lain selain televisi, yaitu interaksi langsung dengan orang-tua. Hanya dengan cara inilah kita dapat memilih-milih informasi yang tepat untuk anak-anak. Story-telling, atau menceritakan kisah-kisah dengan gaya yang interaktif dan menarik dapat menjadi solusi alternatif yang ampuh sekaligus besar manfaatnya.

Kebiasaan menceritakan kisah-kisah ini harus dimulai sejak dini, sebelum anak-anak lebih tertarik kepada televisi. Kebiasaan ini pula yang akan membuat anak-anak suka membaca. Dr Sigman, seorang penelti dan psikolog dari British Psychological Society mengatakan, "Sangat sulit membuat anak-anak tertarik dengan membaca kecuali dengan membuat mereka tertarik sedini mungkin.", dia menambahkan, "Banyaknya stimulasi dari media televisi dan komputer, menurut para peneliti, berdampak buruk pada anak-anak." [2]



Kisah-kisah terbaik untuk anak-anak adalah kisah Islami, sebagaimana dikatakan Dr Muhamad Salah. Tidak ada alasan bagi kita untuk memilih kisah-kisah selain kisah Islami. Pertama, karena manfaatnya besar, kedua kisah-kisah Islami sedemikian banyaknya hingga tidak akan kehabisan cerita. [3]

Sebut saja kisah-kisah yang ada di Al-QUr'an, kisah Nabi Musa dengan Fir'aun, Nabi Nuh, Nabi Sulaiman dengan ratu Balqis, Nabi Yunus dengan Ikan paus, dan kisah-kisah Nabi lainnya. Kisah ashabul kahfi, kisah Lukman Al-Hakim, kisah keluarga Imran, kisah Khidir, juga kisah Abu Lahab, Samiri, Dzulkarnain dan Ya'juj dan Ma'juj, dan belum lagi kisah-kisah tentang binatang seperti Gajah, burung Hud-Hud, burung Ababil, semut dan Nabi Sulaiman, lebah, sapi betina, dan sebagainya. Dari Al-Quran saja banyak kisah menarik yang dapat diceritakan kepada anak-anak, apalagi ditambahkan kisah-kisah yang berasal dari hadits, seperti kisah tiga orang bani Israil yang diuji dengan penyakit lepra, buta, dan botak, hampir-hampir tak terbatas jumlahnya.

Kisah-kisah tersebut harus diceritakan dengan gaya bahasa anak-anak agar mudah diterima. Lebih baik lagi jika orang tua sudah hafal diluar kepala tentang kisah-kisah tersebut agar tidak perlu membaca buku untuk menceritakan kepada anaknya. Disamping bisa mengimprovisasi dengan gaya bahasa anak-anak, orang tua juga dapat menceritakan kisah-kisah tersebut kapan saja anak-anak membutuhkannya. "Menceritakan kisah-kisah kepada anak-anak bukan seperti memberikan obat yang harus diminum sesuai aturan," kata Dr Muhamad Salah, "Ketika anak-anak bosan, hentikan, ketika anak-anak menginginkannya ceritakan." Selain gaya bahasa, lingkungan juga perlu disesuaikan agar anak-anak terstimuli dengan kisah-kisah tersebut.

Yuk kita mulai membiasakan menceritakan kisah-kisah Islami kepada anak-anak di keluarga kita!

[1] Tipping Point: How Little Things Can Make a Big Difference
[2] http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/education/1002672.stm
[3] www.youtube.com/watch?v=arkrJt3wAFI



Monday, February 13, 2012

Keutamaan Al-Qur'an dan Ahlul Qur'an


Allah telah memuliakan Ahlul Qur'an baik pembaca, penghafal, ataupun pengamalnya dengan keistimewaan yang banyak sekali, di dunia dan akhirat.

Rasulullah telah memberikan spesifikasi khusus bagi para pembaca Al-Qur'an dalam sabdanya,

"Ahlul Qur'an adalah Ahlullah (yang dekat kepada Allah) dan orang-orang khusus (pilihan)-Nya" (HR An-Nasa'i dan Ibnu Majah)

Ahlul Qur'an adalah orang yang dekat dengan Allah karena demikian agung kedudukan mereka. Betapa tidak, bukankah mereka itu mempelajari seagung-agung dan setinggi-tinggi ilmu serta semulia-mulia kedudukan dalam Islam?

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat mengenai, mana yang lebih utama antara membaca dan menghafal. Diantara mereka ada yang menguatkan bahwa membaca lebih utama dan sebagian lagi ada yang menguatkan bahwa menghafallah yang lebih utama. Masih-maing dari kedua pihak tersebut mengemukakan alasan-alasan bagi pendapat mereka dan kondisi-kondisi tertentu dalam menentukan mana yang lebih utama tersebut.

Para shahabat, demikian antusias membaca Al-Qur'an dan menghafalnya. Sementara itu, Rasulullah juga membanding-bandingkan keutamaan masing-masing para shahabat dalam membaca Al-Qur'an.

Sebagaimana hadits yang shahih dari Abi Mas'ud Al-Anshari Al-Badri, yang meriwayatkan dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,

"Yang berhak mengimami suatu kaum adalah yang paling baik bacaannya terhadap Kitabullah diantara mereka." (HR Muslim)

Dan dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah mengumpulkan antara dua orang laki-laki yang gugur sebagai syuhada Uhud, kemudian beliau berkata,

"Siapa diantara mereka berdua yang lebih banyak hafalan Al-Qur'annya?" Lalu, bila telah ditunjukkan kepada beliau salah seorang diantara keduanya, maka beliau mendahulukannya untuk dikuburkan di Lahd. (HR Bukhari)

Demikian pula, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, telah mengawinkan seorang wanita dengan salah seorang dari para shahabatnya dan menjadikan maharnya adalah Al-Qur'an yang dihafalnya.

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam juga menyerahkan panji jihad kepada orang yang paling banyak ahafalannya di kalangan para shahabatnya.

Dari Ibnu Umar, yang meriwayatkan dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda,

"Tidak berlaku iri kecuali terhadap dua orang: seorang yang dianugerahi Allah Al-Qur'an lantas dia mengamalkannya sepanjang malam dan sepanjang siang; dan seorang yang dianugerahi Allah harta lantas dia menginfakkannya sepanjang malam dan sepanjang siang." (HR Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan didalam khabar (hadits) bahwa bilangan tangga-tangga surga itu terdiri dari
bilangan-bilangan ayat-ayat Al-Qur'an, lalu dikatakan kepada pembacanya pada hari kiamat, "Bacalah, lalu naiklah." Jika dia hafal setengah Al-Qur'an, maka dikatakan kepadanya, "Andaikata engkau masih memiliki tambahan hafalan lain, niscaya kami akan menambahkan bagimu pula (tingkatan tangganya-penj.)" (Lihat Tanbih Al-Ghafilin, Juz II, h.459)

Khabar ini sesuai sekali dengan hadits yang berasal dari nabi shalallahu'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda,

"Dikatakan kepada pemilik Al-Qur'an (penghafalnya): 'Bacalah, lalu naiklah, lalu bacalah lagi (secara tartil) sebagaimana dulu kamu membaca (secara tartil) di dunia, sebab kedudukanmu adalah berada pada akhir ayat yang kamu baca.'" (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi, di berkata: "Hasan Shahih")

Pahala yang diraih adalah berdasarkan tingkat kesulitannya sebab manusia berada di dalam kemampuan memperbagusi dan menekuni. Sebagaimana terdapat dalam hadits dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda,

"Orang yang membaca Al-Qur'an sementara dia mahir, maka dia bersama para malaikat para penulis, yang mulia lagi berbakti, dan orang yang membaca Al-Qur'an dan terbata-bata mambacanya sementara hal itu sulit baginya, maka dia mendapatkan dua pahala." (Muttafaq'alaih)

Sedangkan mengenai majlis-majlis Al-Qur'an dan keutamaannya, maka terdapat hadits yang diriwayatkan dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam beliau bersabda,

"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah-rumah Allah dan saling mengkajinya di antara mereka, melainkan ketenangan turun kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan para malaikat mengelilingi mereka, serta Allah menyebut mereka kepada malaikat yang berada di sisi-Nya." (HR Muslim dan Abu Dawud)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang mengaktifkan dirinya dengan Kitabullah dan manjauhi hal-hal yang dapat melalaikannya dari mengingat akhirat. Bilamana dia telah mencapai kepada tingkatan yang diharapkan, maka hendaknya dia mengamalkannya dan memberikan hal yang bermanfaat kepada orang lain.

Hal ini sebagaimana hadits dari Utsman bin Affan, bahwasanya dia berkata, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda,

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengamalkannya." (HR Bukhari).

Nafi' bin Harits mengangkat Abdurrahman bin Abza Al-Khuzai sebagai wakil atas pemerintahan di Makkah tatkala dia ingin pergi menemui Umar bin Khattab ke kawasan Usfan. Lalu Umar berkata kepadanya, "Siapa yang engkau angkat sebagai pengganti sementarmu terhadap penduduk Al-Wady (Makkah)?"

Dia menjawab, "Ibnu Abza."
Dia bertanya lagi, "Siapa Ibnu Abza itu?"
Dia menjawab, "Dia seorang alim ilmu faraidh, dan qari Kitabullah."
Dia berkata, "Benar, bukankah Anbi kalian shalallahu'alaihi wasallam telah bersabda,

'Sesungguhnya Allah telah mengangkat banyak kaum melalui Al-Qur'an dan juga merendahkan yang lain melaluinya pula.' "

Demikian juga diriwayatkan dari Umar bin Khattab bahwasanya dia berkata, "Ibnu Abza adalah orang yang telah diangkat (derajatnya) oleh Allah dengan Al-Qur'an" (Lihat Syiar A'lam An-Nubala, Juz I, h.365).

Dari Buku Mu'awwiqat Tilawah wa Hifzh Kitabullah, Haya Ar-Rasyid.


Sunday, August 8, 2010

Sepenggal Duka di Langit Cinta; A Book Review

Sepenggal Duka di Langit CintaSepenggal Duka di Langit Cinta by Abu Umar Basyier

My rating: 5 of 5 stars


"Kenapa wajah Ummi dan Abi selalu terlihat berseri-seri?", tanya Farhan suatu hari.

"Wajah yang selalu tersentuh wudhu", ungkap Hamidah lembut.

"Atsar (bekas sentuhan) air wudhu, akan menjadi tanda bagi kaum beriman di Hari Akhir nanti," tambah Fahrul.

"Apa tanda itu bisa terlihat di dunia, Abi?" tanya Farhan cerdik.

"Bisa. Suatu saat, ada seorang ahli hadits di masa para ulama As-Salaf yang sedang menyampaikan sebuah hadits. Tiba-tiba masuklah seorang pria muda ke dalam majlisnya. Kontan ia berkata,

'Barangsiapa yang di malam hari melakukan shalat, maka di siang hari wajahnya akan berseri-seri.'"

Potongan percakapan diatas adalah bagian paling saya sukai dalam buku ini.

Dialog diatas dituliskan dua kali. Pertama, ketika dialog tersebut benar-benar terjadi. Kedua ketika Fahrul (Abi) setelah sekian lama tidak bertemu dengan Farhan (anaknya), lalu pertama kali kembali melihat anaknya tercintanya di sebuah masjid pesantren waktu pagi-pagi setelah shubuh, sesaat kemudian dia teringat akan dialong dengan anaknya bersama istri, kala keluarga mereka tengah dikaruniai kebahagiaan bersama. Fahrul kembali ke jalan hidayah setelah sempat dirundung kegelapan maksiyat setelah berjumpa dengan kawan lamanya.

Two thumbs up! Buku yang dituis berdasar kisah nyata sarat hikmah ini membuat saya menitikkan air mata dan kembali mentafakuri hikmah-hikmah kehidupan ini.

View all my reviews >>
Friday, November 13, 2009

Aku Mengadu Atas Buruknya Hafalanku

Imam Syafi'i bercerita dalam sya'ir:

Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku,
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan,
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya,
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
Sunday, November 8, 2009

Jus dan Buah Setelah Makan?

Kita punya kebiasaan makan buah atau minum jus setelah makan besar. Menurut informasi yang saya dapat, kebiasaan makan buah setelah makan ternyata kebiasaan buruk. Hal ini disebabkan karena buah dicerna lebih cepat daripada meal atau makanan besar seperti daging dan sebagainya, sehingga jika dimakan setelah meal, absorbsi buat tidak maksimal. Ada juga yang mengatakan akan mengganggu proses pencernaan. Setelah saya cari, ada dua pendapat mengenai makan buah setelah meal ini: (1) IT'S OK, dan (2) NOT RECOMMENDED.

http://wiki.answers.com/Q/Do_you_eat_fruit_before_or_after_meals
Fruit takes longer to digest so when eating a meal it can slow down your digestion progress making you feel bloated. It really doesn't matter whether you eat fruit before or after a meal. If you eat fruit before a meal, you tend to eat less. If you eat it after a meal it's kind of like a desert.

http://caloriecount.about.com/eat-fruit-ft90993
Fruit digests very quickly compared to other foods, and is very sugary and therefore 'ferments' in your stomach. This is fine normally, but if you eat fruit after eating a lot of other food that digest more slowly, then the fermenting fruit sits in your stomach a lot longer, and can cause bloating, gas and discomfort.

Mana yang benar? DON'T KNOW. Mungkin Anda tahu jawabannya?

picture: http://en.wikipedia.org/wiki/Orange_juice

Sunday, October 18, 2009

This Morning Chat

Alert: Percakapan ini dilakukan dalam bahasa Jawa. ^^
D: assalamu'alaikum
D: kapan le ujian?
Y: wa'alaikumussalam wr wb
D: adik2 kelasmu angkatan 2005 do semangat ki lo
Y: ho oh po?
Y: sopo mas?
D: *** karo ***
D: cah komputer ketoke
D: wis do arep test bulan depan
Y: weh
Y: iyo
Y: dheke yo tau crito
D: kok kenal?
Y: lha cah elektro -_-!
D: emange critone kapan?
Y: pas isih nang kene
Y: kuwi kan jebolan VS kabeh
D: oalah

Hyah.. Today's morning chat wake me up. Satu pelajaran yang bisa kuambil. Rata-rata anak-anak VS, baik yang masih bertahan maupun jebolan VS, punya semangat dan idealisme tinggi. Alhamdulillah... Go on, bro! Let we meet there soon...!! Semangat dan terus berkarya.

It's OK.. just Circle-ing Around

Sabtu pagi adalah acara rutin buat temen-temen perusahaan: bulutangkis. Pagi itu saya panasi motor, ambil sepatu, lalu.. yak, siap berangkat. Tapi eh ternyata, sampai di sana masih sepi. Usut punya usut, ternyata temen-temen baru bangun bahkan masih pada tidur. Yah ... Akhirnya kuputuskan untuk Circle-ing Around. Muter-muter sajaa.. Menikmati segarnya udara pagi di sekitar ITB. Yah.. beginilah kalau masih single. Sebenarnya ada niatan untuk lari-lari saja di Sabuga. Tapi nggak enaknya di Sabuga, untuk masuk track lari saja harus bayar. Mending sekalian lari-larinya di dalam ITB saja ya.. gratis.. alami.. ^^

Saya jadi inget waktu mampir ke Jurong East, mampir ke tempat tinggal teman di Singapore. Pagi itu saya sempatkan untuk olahraga. Mumpung di Singapore, kapan lagi ada kesempatan olahraga pagi disini, hehe. Kutanya teman katanya ada Stadium dan track lari di Jurong East. "Jurong East Stadium." namanya. Lokasinya enak, nyaman, bersih, dan 100% lebih baik dari Sabuga. Gratis lagi.. Yang paling berkesan adalah track lari-nya tidak terbuat dari tanah seperti Sabuga, tapi dari karet. Sayang foto-foto stadium di HP ku dulu sudah hilang, kehapus, jadi kuambilkan saja dari internet. Check this out.


Waktu nyampe sana (Jurong East Stadium-red), ada banyak kegiatan yang sedang dilakukan. Ada yang belajar Taichi, lari pagi tentunya, bahkan waktu itu ada acara lomba anak-anak seusia TK. Sepertinya itu adalah kegiatan lomba anak-anak Muslim. Wah, kebetulan sekali, event yang langka, kupikir. Kulihat keluarga-keluarga Muslim berdatangan membawa anak-anaknya yang masih kecil. Sebagai gambaran, orang Muslim Singapore terdiri dari banyak ras, Melayu, Arab, Pakistan, dll.



Hmm.. Di Jurong east juga ada club Sepakbola. Saya ingat betul karena namanya yang unik: Gombak United. Di sana juga ada beberapa Community Club, tempat sosialisasi dan bermasyarkat. Saya sendiri nggak paham dengan peta sosial Singapore. Orang Muslim jelas ada disana, tapi sepertinya masih minoritas. Oiya, disana juga ada pasar tradisional lho. Saya sempet beli pulsa disana, tapi karena lupa bawa paspor, ahirnya nggak jadi. Herannya juga, ada yang jualan voucher pulsa Telkomsel di pasar itu. Yeup, pagi itu kututup dengan berjalan, berputar mengelilingi Taman Sari, Salman, Ganesha, sambil menerawang memory waktu itu, lalu pulang.. Nice day lahh.. (with Singlish ^^)

Macet Makin Macet

Ini adalah foto kemacetan jalan Dago, tepat sebelah timur ITB. Foto ini kumabil sore hari tanggal 18/10 saat mengantar temenku ke Stasiun Badung, untuk naik kereta ke Jakarta, ke tempat tinggalnya saat ini.

Fotonya kurang meggambarkan dengan jelas sih memang, tapi bisa kukatakan, "Jalanan ini sungguh macettt bener!." Bahkan macetnya mulai dari simpang dago sampai perempatan jalan layang. Seingatku, tak pernah jalan dago yang ini sampai semacet ini. Dan seingatku, kemacetan ini mulai menjadi-jadi setelah adanya Tol Jakarta-Bandung yang mengakibatkan mobil Jakarta-Bandung lalu lalang. Huff, semoga pemerintah bisa cepat antisipasi, jangan sampai Bandung jadi Jakarta kedua, macet... polusi...

Monday, October 12, 2009

Kenangan Itu.. Semangat Itu

Saya sungguh beruntung tahun ini, dapat kesempatan untuk mengisi acara reuni akbar SMP, dari ankatan 1980 sampai 2009. Walau yang datang tak sebanyak angkatan yang diundang, tapi acara cukup meriah. Lagian tempatnya juga nggak gede-gede amat kok, itu aja sudah penuh, gimana kalo banyak yang datang?

Yang paling membahagiakanku adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang telah berjasa hingga aku bisa menggapai cita-citaku saat ini; mereka adalah guru-guruku. Ada Bu Lies guru fisika yang saya ingat betul cara mengajarnya, membuat fisika menarik, menantang, begitu pikirku. Ada Bu Tum, guru agama yang kupikir perawakannya masih tetap sama dibanding berpuluh tahun lalu, masih tetap bersahaja dan penuh nasehat. Pak Sur, guru PPKn dengan gaya penuh semangatnya. Tak kalah semangat dengan itu Bu Wanti, guru bahasa, datang bersama suaminya, guru matematika favorit, ternyata sampai sekarang masih favorit. Terbukti dengan disorak soraikannya ia ketika datang dan menyapa mantan anak-anak didiknya, alumni SMP 1 Galur.

Ah, andaikan mereka tahu betapa berjasanya mereka. Dan kini, kududuk disini, di depan mereka semua, dalam acara success story alumni SMP 1 galur. Kebahagiaan apalagi yang bisa kuberikan kepada mereka selain bahwa atas bimbingan meraka semua saya menjadi sukses, walaupun tak pernah kuanggap diri ini sukses, hanya sekedar ingin membagikan semangat dan inspirasi kepada orang lain. "Saya senang sekali bisa diundang panitia di acara ini. Saya kira banyak teman-teman dan saya yang juga sukses. Saya disini hanya mewakili teman-teman saya di kalangan generasi muda. Saya kira alumni SMP 1 Galur banyak yang sukses Bu, Pak." begitu ucap saya dengan mantap.

Saya pun bahagia ketika Pak Sur menyalami dan menyahut, "Selamat", dengan nada tegas dan lugas seperti biasanya, menyiratkan rasa bangga atas almamaternya, SMP 1 Galur. Perkataan itu pula lah yang menyiratkan akan keheranannya atas bekas muridnya yang dulu tak pernah ia duga-duga akan berkata, "Alhamdulillah saya sejak SMP bercita-cita sekolah di ITB." tukas saya ketika pembawa acara talk show menanyai perihal asal mula chip Xirka. "Waktu di ITB, saya masuk lab pada tingkat dua, setelah ertemu dengan dosen yang baru pulang dari Jepang dengan membawa semangat untuk menghidupkan industri elektronik Indonesia. Dari situlah cikal bakal keterlibatan saya pada perusahaan yang didirikan dosen saya ini, Pak Trio, dengan seorang temannya, Pak Eko." Kolaborasi maut, ahli di akademis dan enterpreneur, begitu pikirku berkali-kali.

Pada acara reuni itu, saya pun berkesempatan untuk bersua dengan teman-teman lama, dengan bermacam kenangan yang menyertainya; Akhid, Thoha, Slamet, Rinto, Ahem, Novi. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Kami bercerita, berceloteh, dan menyelami memory 10 tahun lalu, ketika kami bersama-sama belajar dan bermain, disini, di SMP 1 Galur. Anehnya, hampir semua kenangan yang kami gali itu lucu-lucu, menyenangkan, bahkan mengagetkan. Tak satupun kenangan sedih terlintas. Entahlah, mungkin masa-masa SMP memang penuh keceriaan. to be continued..




A New Life

Sekian lama tak menorehkan pena di blog ini. Saatnya kembali, untuk memulai lagi, merajut asa, meraih cita, dan membagi semangatnya disini. Semoga semangat ini urung terpadam, seperti urung padamnya semangat pohon-pohon musim semi.

Dari Abu Dzar berkata, "Sahabatku Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menasehatiku dengan empat perkara yang sangat aku sukai. Beliaupun bersabda, 'Wahai Abu Dzar! Kemudikanlah perahumu, sesungguhnya laut itu sangat dalam. Perbanyaklah perbekalan, sesungguhnya perjalanan itu masih panjang. Ringankanlah beban diatas pundakmu, sesungguhnya jalan di perbukitan sangat memberatkan. Dan ikhlaskanlah engkau dalam bekerja, sesungguhnya orang yang mengkritik senantiasa mengawasi' ". (Sandiwara Langit, Abu Umar Basyier)

*that picture, I painted it during 2nd year of my undergraduate study in Bandung, full of passion, full of spirit.

Bahasa Ibu; Bahasa Kalbu

Tak ada satu patah kata pun terucap dari bibirnya, pun tak terdengar suaranya. Ia hanya memainkan sedikit matanya untuk membuat kami mundur teratur beberapa langkah dan urung masuk kedalam rumah. Rupanya, ibu tengah menerima beberapa orang tamu dan tampak sedang serius. Saya sempat berpikir, bahwa tamu-tamu itu hanya orang biasa, bukan orang penting yang tidak bisa diganggu sekian detik oleh kehadiran anak-anak kecil yang baru pulang dari sekolah. Saya juga tidak berniat mengganggu mereka, hanya sekedar mencium punggung tangan ibu beberapa detik, kemudian meluncur ke kamar.

Tapi maksud ibu berbeda, siapapun tamunya, penting atau tidak penting kedatangannya dan darimana pun datangnya tetap harus dihormati. Saya, abang, adik-adik jadi menunggu cukup lama di depan rumah. Tak berani masuk, apalagi memanggil-manggil ibu. Empat puluh menit sudah, si bungsu bahkan sudah terlelap di pojok teras rumah, keringatnya membasuhi baju seragamnya yang kotor. Akhirnya para tamu pun pamit pulang, "Eeh, baru pulang sekolah ya?" tanya mereka. Belum sempat kami menjawab, "Iya, baru pulang tuh," sergah ibu. Sekali lagi, menjaga hati para tamu agar tak merasa tak enak hati.

Tak selalu begitu memang. Tapi dalam beberapa kesempatan, ibu sering mengajarkan kepada kami tentang sopan santun dan tata krama. Maklum, sebelum-sebelumnya kami sering membuat ibu malu di hadapan tamunya dengan segala polah tak terkontrol. Yang minta minumlah, minta dibukakan sepatu, atau ini yang bikin ibu tambah malu, "Bu, belum masak ya? Lapar nih ...."

Hari ibu tiba. Ini hari yang paling ditunggu oleh kami, karena hari ini adalah jadwal acara memasak bersama, tanpa ibu. Kami akan membiarkan ibu duduk mendampingi kami yang berjibaku dengan kompor dan peralatan masak. Sesekali saya menangkap wajah khawatir ibu saat saya menyalakan kompor minyak. Meski sudah sering dan dibilang mahir saya melakukan pekerjaan itu, tetap saja mata ibu tak lepas dari tangan kecil ini yang menyulutkan api ke sumbu kompor. Begitu api menyala, cerialah wajahnya.

Begitu pula ketika si bungsu memotong-motong wortel dan kentang dengan pisau yang ukurannya lebih besar dari tangannya. Maklum, si kecil itu teramat sering terlukan jarinya oleh benda tajam itu. Setiap irisan wortel, setiap kali itu pula napas ibu tertahan. Urusan barang pecah-belah, ini urusan "orang gede." Mulai dari mengambil dari rak piring, menatanya di meja makan, sampai mencucinya setelah pesta usai. Untuk satu hal ini, ibu harus merelakan beberapa benda kesayangannya benar-benar menjadi benda pecah belah, alias benar-benar pecah.

Hidangan pun tersaji, waktunya makan. Karena Hari Ibu, ibulah yang mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang mencicipi masakan kami. Srrup ... sesendok sup olahan kami pun diseruput ibu, dan ... matanya menyeripit, bibirnya seperti menahan sesuatu, perlahan tenggorokannya terlihat seolah tak rela membiarkan kuah yang ada di lidahnya masuk ke perut. Seketika, lima wajah kami pun setengah mengerut, "kenapa?".

"Sup ini .. sup paling nikmat yang pernah ibu rasakan," wajahnya kembali tenag dan ia pun mempersilakan kami menikmati makan bersama kali ini. Namun sebelumya, ibu megajukan saran, "Sup ini sudah nikmat, tapi menurut ibu, kalau mau lebih nikmat airnya ditambah ya." Tangan terampil ibu pun mengolah kembali sup tersebut dengan menambah bumbu lainnya. Sepuluh menit berikutnya, barulah pesta sebenarnya dimulai. Sungguh, kami tak tahu apa yang terasa di lidah ibu dengan sup hasil olahan kami.

Suatu pagi ibu mengaku kehilangan sejumlah uang belanjanya. Dikumpulkanlah lima anaknya untuk ditanya satu per satu. Meski ada orang lain selain kami, ibu tetap mengangap perlu mengumpulkan anak-anaknya terlebih dahulu. "Ibu menuduh kami?" tanya saya tergagap. "Bukan. Ibu hanya memberi tahu bahwa kita tidak masak hari ini, karena uang belanja ibu tidak ada," ujar ibu lembut.

Kami pun berangkat sekolah dengan perasaan berat dan saling curiga, siapa yang tega mengambil uang ibu. Tidak sampai disitu, kami pun terbayang siang ini akan dilewati dengan perut lapar. Pulang sekolah, jangan harap ada makanan tersaji di meja makan. Saya sempat berfikir, akan saya pukul orang yang mengambil uang itu. Karena dia menyebabkan semuanya kelaparan.

Kembali dari sekolah, aroma semur tahu kesukaan saya sudah tercium dari pagar depan rumah. Saya berlari ke dapur dan mendapati ibu sedang memasak. "Kok ibu memasak? Uangnya sudah ketemu? Siapa yang mengambilnya?" pertanyaan beruntun saya dijawab ibu dengan senyum. "Siapa pun dia, yang jelas dia sudah mengerti kepentingan keluarga lebih utama dari kepentingan sendiri," jelas ibu. Saya tahu, ibu tak akan memberi tahu siapa yang dimaksud , karena ibu tak ingin kamio membencinya. Apalagi memukulya, seperti niat saya sebelumnya.

Ibu, rindu rasanya saya pada masa-masa indah seperti dulu. Semoga masih selalu ada waktu untuk kita mencipta terminal kenangan yang tak kalah indahnya dengan masa lalu. Sungguh, kadang ibu memang cerewet, tapi saya tahu semua itu bahasa kalbu ibu yang selalu menyejukkan hati. ("Belajar dari Kehidupan," Bayu Gawtama.)

Sebait do'a takkan pernah terputus untukmu .. Ibu
Dan 'ku kan berusaha menjadi lebih baik,
menjadi apa yang ibu cita-citakan.
(Bandung, Oct 2009)



Wednesday, June 10, 2009

Al-Qur'an Online, Banyak Diminati Dunia Barat

Pagi ini aku nyari-nyari link untuk al-qur'an online, trus dapet link ini: http://www.quranexplorer.com/. Kayaknya udah pernah dikasih dulu sama Lakso dan udah berkali-kali buka, cuma lupa link-nya. Alhamdulillah link yang bagus. Kita bisa pilih berbagai bahasa, bahkan ada audionya juga, bahkan ada petunjuk tajwid-nya juga. Lengkap dech.


Jreng-jreng, apakah gerangan gambar diatas? Ternyata itu adalah gambar sample/statistik pengunjung web tersebut. Wah, Alhamdulillah, ternyata peminat Al-Qur'an online banyak datang dari US dan Eropa juga. Yah, tentu selain karena infrastruktur internet disana lebih maju, juga karena Islam mulai ramai diperhatikan.

Kebetulan temen baru pulang dari Ohio Univ untuk ikut program belajar bahasa Inggris dua bulan. Program ini diadakan rutin tiap tahun, setiap bulan April-Mei kalau nggak salah. Kata dia, di Univ tersebut ada Islamic Centernya. Tiap Jum'at ada pekan makanan halal-nya. Dia biasa makan-makan gratis disana. Banyak juga siswa yang memakai jilbab, bahkan temennya yang dari Arab malah memakai cadar. No problem bagi mereka.

Bahkan lagi, ada temannya yang akhwat, berjilbab, di Ohio selama dua bulan juga. Ceritanya, room-mate nya heran dengan kebiasaan berjilbab dan shalatnya. Tepatnya bukan heran, tapi penasaran. Lalu terjadilah diskusi. Dia sendiri mengaku Nasrani tapi nggak banget-banget. Istilahnya abangan. Kata dia, dia bingung dengan konsep trinitas yang dia pikir nggak logis. Humm, that's right. Bukan cuma itu, bahkan ada sesorang yang meminjam Al-Qur'an, lalu dibahas rame-rame di dalam kelas. Entah ketika break atau gimana, aku kurang jelas. Jadi, yang mau sekolah ke US (Berkeley gitu, =p) nggak usah takut ya, udah banyak kok, Muslim Community-nya, hehe. Kata orang, masyarakat dan pemerintah itu beda. Yang gembar-gembor merong-rong dunia Islam itu pemerintahnya, masyarakatnya mah.. santei-santei aja.

Yup, Al-Qur'an memang mu'jizat Allah. Dimanapun kapanpun akan menjadi primadona yang terus diperbincangkan orang, terus digali dan dipelajari orang. Alhamdulillah kita dikaruniai keimanan sampai saat ini, dan mudah-mudahan sampai akhir zaman. Dunia Barat aja udah mulai meminati Al-Qur'an, gimana kita yang udah Muslim sejak kecil? Yuk ngaji... yuuukk =)


Monday, June 8, 2009

OpenSparc, Satu Lagi Prosesor Yang Di-Open

Kemarin (8/6) ada OpenSparc Training di Campus Center ITB. Tempat yang sudah lama sekali nggak saya kunjungi semenjak lulus. Kebanyakan yang hadir adalah mahasiswa STEI, walaupun ada banyak yang dari luar akademia, seperti dari VS (;D). Beberapa dosen juga hadir. Training ini diorganisasi oleh Lab IC design ITB, tampat Pak Trio, dan disponsori juga oleh Versatile Silicon Tech.

Penyaji materi pertama adalah David Weaver, chief OpenSparc dari Sun Microsystem. Sebenarnya kalau disebut training kurang tapat, karena pikiran saya kalau training akan ada handout dan praktek langsung. Tapi ternyata kemarin jadi seperti seminar biasa. But it's ok, masih banyak hal yang bisa diperoleh adri seminar itu. David banyak cerita mengenai sejarah OpenSparc, lalu arsitektur OpenSparc dan kelebihannya. Materi terakhir adalah video yang membahas OpenSparc simulator dan verification tools.

Kelebihan OpenSparc ini adalah, kata David, selain karena prosesor 64-bit pertama yang di-open-source-kan, juga karena kemampuannya untuk hardware multi-threading dan multi core. Jadi kombinasi antara multi thread dan multi core. Jika satu core bisa memiliki 4 hardware threading, dan 1 chip ada 8 core, maka prosesor bisa memiliki 32 thread. Multi threading disini tentu beda dengan istilah multi thread software. Kalau mau lihat selengkapnya silakan buka opensparc.net.

Btw, kemarin terjadi sedikit perbincangan antar teman, "Terus apa sih untung yang mereka dapatkan dengan cara meng-open-source-kan prosesor mereka?". Yup, itulah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada kalangan pecinta opensource. Saya sendiri meyakini bahwa tidak ada satupun yang gratis-tis. Sesuatu harus ada interest-nya, apalagi jika produk itu keluar dari dunia Barat. Bahkan yayasan sosial pun harus punya interest, tidak seperti Indonesia yang lebih agamis, mengeluarkan zakat tanpa ada interest duniawi. Loh, malah jadi ngomong kemana-mana.

Back to topic. Nah, lalu apa interest yang mereka dapatkan dari meng-open-source-kan produk mereka? Mungkin ada beberapa hal, dan ini berlaku bagi semua jenis opensource baik hardware maupun software.

Pertama, mereka ingin membuat produk atau platform atau apapun, tapi tidak ingin mengeluarkan cost untuk validasi dan verifikasi ataupun tidak yakin akan desainnya sendiri sehingga di-open dengan harapan semua orang mencobanya dan memberikan feedback berupa bug report kepadanya.

Kedua, bukan code yang mereka jual, tetapi support. Banyak kasus dimana ketika mengimplementasikan produk yang open-source akhirnya mentok di tengah jalan karena buggy. Akhirnya terpaksa meminta support dari open-source provider. Kasus ini pernah terjadi dan saya lihat sendiri.

Ketiga, jualan buku dan manual. Mereka men-open-source-kan produk, tapi manual, cara memakai, cara mendebug, cara memodifikasi dan menambahkan fitur atau aplikasi, disembunyikan dan hanya bisa diperoleh dengan cara membeli.

Keempat, ingin mencari ketenaran. Dengan meng-open-source-kan produknya, dia bisa memperlihatkan kemampuan kepada community, apalagi jika produknya banyak digunakan. Dengan begitu dia dapat track-record lalu akan lebih mudah mendapatkan investasi, atau bisa jadi produknya akan dibeli perusahaan besar.

Dan lain-lain, tentu motif setiap orang berbeda-beda. Tapi bagaimanapun juga, selama terjadi lingkaran mutualisme, saling memberikan keuntungan saya pikir tidak masalah. Dan saya pribadi sih cenderung mendunkung open-source. Beda dengan komunitas Windows yang anti open-source. Alasan mereka sih tanggung jawab nya tidak jelas. Yah selalu ada perdebatan antara keduanya. Yup, open-source akan selalu menjadi sesuatu yang menarik dan fenomena ini kian hari kian ramai saja. Anda sendiri tentu punya pendapat tentang open-source ini.

Oiya, saya sedikit ngobrol dengan David Weaver ini. Yah, pertanyaan saya sederhana saja, seberapa matang RTL code (verilog) yang dia open-kan itu, apakah siap untuk ASIC implementation? Dia hanya bisa jawab, mereka sudah proven sampai ASIC implementation. Sedangkan untuk implementasi di FPGA sudah ada Evaliation Kit package nya dari Xilinx. Jadi seharusnya RTL codenya sudah matang. Tapi apakah RTL code yang matang itu open? Dari pengalaman, RTL code yang bisa diimplemtasikan di FPGA belum tentu OK untuk di implementasikan di ASIC, karena verification flow di ASIC lebih ketat. Ya who knows, mari kita lihat apakah OpenSparc sematang itu atau tidak.

Lalu, kata David, ternyata mereka ada kerjasama dengan Gaisler juga, salah satu open-source processor yang memakai arsitektus sparc. Dia bilang, untuk 32-bit system mereka menyarankan memakai prosesor LEON dari Gaisler, tapi Gaisler hanya punya 1 core 1 thread processor dan 32-bit. Tapi OpenSparc tidak punya AMBA bus, dan bus itu mereka peroleh dari Gaisler. Hohoho, interesting. Semoga program OpenSparc-nya sukses Sir, for mutual interest ;).

ps. gambar dicomot dari padepokan pak Budi

Friday, June 5, 2009

Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit

Penghormatan bagi pemilik semangat tinggi. Mereka bagian suci dari manusia. Mereka kelompok mulia dan terhormat. Ruh mereka terbang ke sudut-sudut yang tinggi. Mereka ada dalam tangga-tangga abadi. Barangsiapa yang ingin ketinggian, semua yang memberatkan akan menjadi ringan. Nash-nash wahyu menyerumu. Bersegeralah jangan abai. Bersegeralah jangan berdiam. Umayyah bin Khalaf, ketika ia duduk bersama orang yang tidak berangkat berjihad, ia tahu dirinya merugi. Saat Bilal bin Rabah mendengarkan "Hayya alal falaah", mari capai kemenangan, ia pun segera bangkit dan menjadi tokoh pengukir kemenangan.

Tuntutlah selalu ketnggian. Musa alaihissalam dahulu dikhususkan oleh Allah dengan Al Kalam (kemampuan berbicara kepada Allah). Musa alaihissalam berkata, "Rabbi arinii anzur ilaik" Tuhanku, berikan aku kesempatan untuk melihat-Mu. Kemuliaan tak datang tiba-tiba, tapi ia merupakan hasil jerih payah. Ketika Hud hud membawa surat kepada Bilqis, maka namanya tercantum dalam surat An-Naml. Seekor semut selamat dari injakan pasukan Sulaiman, dengan jerih payah dan kesabaran. Lalu, engkau ingin kemuliaan tanpa keseriusan? Engkau ingin mencapai ketinggian, namun tidur di malam-malam. Engkau ingin surga, namun meremehkan sunnah.

Rasulullah shalallahu'alaihiwasallam berdiri shalat hingga kakinya bengkak. Dimasukkannya batu di sela perutnya untuk menahan lapar. Berdarah kakinya oleh lemparan batu. Terjun langsung ke berbagai peperangan. Abu Bakar namanya diseru di pintu-pintu surga, karena hatinya terikat dengan Tuhannya setiap detiknya. Perkataannya selalu untuk agamanya. Tindakannya selalu dalam rangka agamanya. Tindakan-tindakannya selalu dalam rangka menebar hidayah. Kebenaran ditegakkannya. Harta diinfaqkannya di jalan Allah. Ia berhijrah dan meninggalkan keluarganya. Umar bin Khatthab mengenakan pakaian yang sobek. Ia berteriak sakit saat mengingat kematian. Lalu ia sangat berhati-hati menjalani agamanya. Ia berlaku adil, jujur dan begitu serius. Ia meminta Allah agar diberikan rizki mati syahid. Allah pun merizqikannya mati syahid, di masjid.

Wahai yang terbelenggu oleh nyanyian, keluarlah dari kerengkeng mimpi. Bersihkanlah debu kekotoran dari tubuhmu. Tinggalkanlah yang menghalangimu. Semua yang menempuh perjalanan akan sampai pada tujuan. Apakah engkau lupa pada ayat-ayat Allah? Mengapakah engkau tunda shalat? APakah engkau buang usiamu dengan kesia-siaan? Lalu engkau ingin masuk surga?

Demi Allah, semut kenyang mendapatkan makanan setelah ia serius mencari makanan. Singa akan berjuang keras, jatuh bangun, untuk menerkam mangsanya. Anak panah takkan pernah bisa mencapai sasarannya bila tetap di dalam sarungnya. Pedang takkan bisa memotong apapun sampai ia menjadi lebih tajam daripada pisau. Burung membangun sendiri tempat tinggalnya. Laba-laba, begitu teliti membangun sarangnya. Kadal menggali lubang-lubang untuk bersembunyi. Rayap membangun rumahnya dengan menggerogoti kayu. Engkau mempunyai kesempatan, Rasulullah bersabda "Peliharalah apa yang berguna bagimu." Itu karena yang bermanfaat itu akan meninggikanmu. "Seorang mukmin kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah." Karena kekuatan bisa berguna untuk membangun istana megah, dan meraih kemuliaan dan ketinggian.

Pemilik semangat akan berlomba mendahului orang lain, mencapai ketinggian. "Wassabiquuna saabiquun, ulaaikal muqarrabuun." Dan orang-orang yang lebih dahulu, merekalah orang-orang yang dekat (kepada Allah). Karena mereka terlatih melakukan keshalihan dan terbukti melakukan ketaatan. Matahari berputar. Bulan berjalan. Sedangkan engkau tidur tidak sadar. Engkau makan dan minum, bermain dan melakukan dosa.

Sebagian muhadditsin buta matanya karena terlalu banyak membaca. Tak ada lelah, tak ada kebosanan, sampai tercapainya tujuan. Imam Ahmad bin Hambal berjalan kaki dari Baghdad ke Shan'a. Tapi engkau sudah lelah ketika menghafal do'a. Salah seorang ulama shalih menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk memperoleh satu hadits. Agar ia tahu bagaimana kemuliaan yang abadi itu. Andai bukan karena berat dan dahsyatnya ujian, tidaklah Imam Ahmad disebut Imam as Sunnah. Kekasaran bisa membawa pada kemuliaan. Ibnu Taimiyah dipenjara, lalu ia menjadi tokoh ulama yang langka di zamannya. Ketahuilah bahwa air yang mengenang dan diam itu air yang rusak. Karena ia tidak mengalir, tidak berjalan dan tidak mempunyai tantangan. Jika air sudah mengalir, ia akan memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.

Letakkan kakimu di bintang yang tinggi,
Miliki semangat paling tinggi di bintang tertinggi.

Wahai orang yang banyak tidur, apa manfaat tidurmu? Kelak engkau akan membayar mahal karena tidurmu. Allah memerintahkan kita untuk beramal, dan memperhatikan apa yang sudah kita kerjakan. Allah subhanahu wata'ala berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad dijalan Kami, akan kutunjukkan mereka jalan-jalan Kami." Ketahuilah, hidup ini adalah aqidah dan jihad, kesabaran dan kekasaran, perjuangan dan pegorbanan, kebaktian dan kemenangan. Tak ada tempat dalam hidup ini bagi orang-orang yang malas. Tak ada ruang di kendaraan dunia bagi orang yang lemah.

Lihatlah orang kafir yang begitu tekun bekerja. Setiap hari mereka berusaha keras. Mereka membuat mobil di atas bumi. Mereka menemukan pesawat terbang untuk terbang ke langit. Mereka membuat kulkas untuk makananmu. Mereka membuat tempat untuk menyimpan airmu. Sementara engkau tidak bekerja apa-apa, kecuali makan dan minum, bersenda gurau dan bermain.

Engkau cepat bosan, dan Malaikat tidak pernah bosan. Engkau cepat putus asa dalam beramal sedangkan Malaikat tidak pernah putus asa. Lalu dengan apa engkau akan masuk syurga? Apakah engkau tertikam senjata dijalan Allah? Apakah engkau tersiksa karena mendunkung sunnah? Bersihkanlah debu-debu malas dari dirimu wahai orang malas. Bilal sang pemilik semangat tinggi itu telah mengumandangkan adzan di telingamu, apakah engkau mendengarnya? Orang yang menyeru kebaikan telah memanggilmu, mengapa engkau tidak bersegera memenuhi panggilannya?

Mulailah berburu pahala sejak pagi hari. Bacalah Al-Qur'an dan berdzikirlah. Bacalah do'a dan bersyukurlah. Karena pagi hari adalah saat bertolaknya burung-burung dari sarangnya. Dan jangan lupa, sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Keberkahan Allah untuk ummatku ada pada pagi harinya".

-Dr Aidh bin Abdullah Al-Qarni-


Thursday, May 21, 2009

Alamanda Behind The Scene

Semua pasti dah tahu gimana suasana kerja Alamanda. Tapi kalau suasana habis kerja? Who knows? So check this out!

After work? Makan-makan.. dan semua hasil karya anak bangsa, hehe .. soal rasa? Silakan cicipi sendiri... =P Sedikit penjelasan, foto diatas adalah sup kuah (isi bakso, kentang, dkk), terus foto yang ditengah adalah menu 4 sehat (belum 5 sempurna =P) yaitu soto ayam betawi, tahu, dan tempe, lalu foto terakhir adalah... saatnya kami (saya, Mata, Muluk) menyantap makanan... jangan lupa baca bismillah sebelum makan dan bersyukur atas segala rizki yang telah diberikan-Nya, Alhamdulillah =).

Saturday, May 16, 2009

Krisis Keteladanan?

Tadi malam seorang teman menanyakan film yang sempat diberikan teman (yang lain) kepada saya. Judulnya adalah "Perempuan Berkalung Sorban". Kata dia, film ini mendapatkan penghargaan movie award atau entah apa lah. Tak heran sih, sinematografinya bagus, tapi eitts tunggu dulu, disisi lain, film ini sangat buruk dan tidak pantas dapat penghargaan. Karenanya kubilang pada temenku, "Sudah kudelete, filmnya ga layak ditonton."

Ceritanya punya cerita, Sabtu lalu setelah meeting, saya disodorkan sebuah film berjudul "Perempuan Berkalung Sorban". Benakku langsung berkata, kalo judulnya seperti itu, berarti itu film Islami. Eh tahunya, film ini film bermasalah. Dulu pernah denger sih, dan pernah lihat novelnya juga, dan pas baca sinopsisnya langsung males bacanya. Dan pas lihat filmnya, bukan males lagi,,, apa ya,,, muak? didn't find an appropriete word to say. Trus langsung kuberhentiin aja nontonnya, ku-skip-skip dan cari inti yg ingin disampaikan film ini.

Jelas ada yang salah dari pesan yang ingin disampaikan film ini. Bahkan MUI sudah menyatakan bahwa film ini layak ditarik dari peredaran karena kontra-produktif. Satu saja komentar saya: "Nampaknya Indonesia mengalami krisis keteladanan akut." Kenapa? Karena ternyata masih banyak yang sulit membayangkan bagaimana bisa hidup dengan bahagia dibawah koridor syari'at.

Terlalu naif jika mengatakan syari'at Islam mengkungkung wanita, merendahkan wanita, membuat wanita tidak bahagia. NOL besar. Laki-laki dan perempuan mendapat kedudukan yang sama, sejajar, dihadapan Allah. Hanya taqwa lah yang membedakannya. Sedangkan secara kodrat? Tentu beda. Ini sudah maklum, dan mudah dipahami.

Tentang bagaimana hubungan suami-istri, berikut saya kutip satu contoh, bagaimana indahnya keluarga dibawah koridor Islam. Berikut adalah surat terbuka seorang suami kepada istrinya yang shalihah, cukup panjang, tapi saya harap kita bersabar untuk membacanya karena sangat menarik:

Buat istriku yang kucinta, semoga engkau berbahagia.

Aku tidak tahu dari mana harus memulai menuliskan beberapa rumpun kalimat buatmu, wahai istriku. Aku juga tidak tahu apakah kepolosanku dan ketulusanku ini akan mendapat sambutanmu. Tapi aku tiada pedulikan itu. Yang pasti, aku hanya ingin engkau tahu bahwa aku adalah suamimu.

Aku tahu bahwa sebagai suami ternyata aku sangat membutuhkanmu, aku katakan ini sejujurnya. Lalu apakah engkau juga sangat membutuhkan aku, suamimu, wahai istriku? Maafkan aku atas pertanyaan ini. Bukan aku meragukan cintamu padaku, aku hanya ingin meyakinkan diriku. Sebab, kebanyakan istri kerabat maupun sahabat-sahabatku pun sangat besar rasa butuhnya terhadap suami mereka. Oleh sebab itulah aku mencarimu untuk kujadikan istri, sebab engkau adalah seorang wanita yang sholihah, lembut, sopan santun, mulia, bertakwa, suci, menjaga diri dan penuh kasih sayang.

Istriku, aku tidak segan-segan berterus terang kepadamu, meski hanya dalam bentuk goresan tinta kita ini di atas lembaran kertas yang juga milik kita, bahwa aku sangat membutuhkanmu. Dan aku tidak menginginkan dari itu semua selain agar tumbuh rasa dalam dada kita berdua akan pentingnya saling menjaga hubungan baik di antara kita. Dan bahwa hubungan yang baik itu jauh lebih mulia daripada kita berlomba-lomba dengan maksud agar diketahui siapa di antara kita berdua yang lebih unggul. Aku berharap engkau pun telah memahaminya.

Cerita selengkapnya silakan baca disini. Indah bukan? Ceritanya tidak berhenti disitu karena ternyata gayung pun bersambut, dibalas dengan surat dari sang istri kepada suami tercinta. Indah bukan?

Pertanyannya: adakah keluarga yang benar-benar indah seindah cerita dua orang suami-istri yang saling berkirim surat seperti itu? Jawabnya: ADA. Tentu ada. Dan banyak sekali.

Satu buku yang recommended untuk dibaca: "Sandiwara Langit". Buku ini menceritakan kisah nyata dua orang sejoli yang berjuang untuk tetap tegar dalam rumah tangga Islami. Sangat mengarukan. Sangat indah. Silakan lihat reviewnya disini.

Back to topic; saya mencoba untuk tidak terburu-buru dalam menilai film "Perempuan Berkalung Sorban". Mungkin Hanung berusaha mengangkat realita sebuah sudut kecil dalam kisah masyarakat kita. Tapi, Ah nggak segitunya dech. Ceritanya terlalu berlebihan, bahkan jadi kontra-produktif.

Saya hanya ingin mengajak, mari kita renungi kembali. Mungkin sebagian kita susah membayangkan apakah kehidupan ideal Rasulullah dan para shahabat bisa terwujud di zaman ini. Tapi coba renungkan sekali lagi. Lihatlah sekeliling kita. Lihatlah, disana ada sosok keluarga bahagia, seperti kisah dalam buku Sandiwara Langit itu. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak bisa?

Agaknya kita sudah terlalu silau dengan hingar-bingar kehidupan metropolitan yang tiap hari, tiap jam, tiap detik, disuguhkan oleh televisi, sehingga kita tak lagi mudah memberadai keteladanan keluarga Islami. Krisis keteladan. Ya, mungkin itu kalimat yang lebih tepat untuk menggambarkan kondisi kita saat ini. Dan tugas kita semua untuk bersama-sama beranjak untuk menghilangkannya. Wallahu a'lam.

Bandung 20, Alamanda, the day after work.

Kembali dari Hiatus

Setelah sekian lama tidak menulis, melanglang buana kesana kemari, ngerjain ini itu, planning yang ga jelas, schedule yang berantakan, dan sekarang, saatnya merapikan lagi; menulis lagi. Tulisan pertama kukasih oleh-oleh foto dari Jurong Bird Park, burung apa ya namanya, hehehe, lupa. Foto ini kuambil dengan kamera S5IS, pake ISO200, 1/100sec, 3.5, focal 53.9mm. Nice kan?


Next, I'll tell you a story about my experience regarding my second trip to Singapore; what I've seen, what I've felt; and a lot of thing that I can tell you.


Sunday, March 29, 2009

Gaya Tulisanku, Buku Yang Kubaca

Setelah kuamati, ternyata gaya tulisan seseorang itu sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis buku apa yang sedang dia baca. Kesimpulan itu kuambil setelah mengamati diriku sendiri. Ketika membaca buku serius, tulisan jadi serius, ketika sedang membaca buku ilmiah, tulisan memdadak bernuansa ilmiah, ketika membaca buku melankolis, tiba-tiba tulisan jadi ber-rima-rima dan menggunakan retorika indah, ketika sedang tidak membaca buku sama sekali, gaya tulisan berubah total menjadi gaya percakapan, chatting dan sejenisnya.

Terang saja, gaya bahasa tiap tulisanku jadi berubah-ubah. Tidak Konsisten. Penulis seperti ini tampaknya kurang dalam menulis. Tidak punya ciri khas dan identitas tulisan. Orang akan kesulitan untuk menilai tipe penulis macam apa ini, orang akan kebingungan melihat tulisan yang tampaknya ditulis oleh seseorang yang 'berbeda'. Pun tentang tema sebuah blog. Kalau terlalu campur aduk orang akan bingung men-jugde tipe blog macam apa ini.

Fauzil Adhim dalam "Dunia Kata" mengatakan, salah satu cara mudah memulai menulis adalah: benchmarking. Secara sederhana, benchmarking bearti manjadikan satu tulisan, penulis, atau media sebagai model. seorang penulis cerpen bisa menjadikan seorang Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau Joni Ariadinata sebagai acuan. Meniru gaya bertulis mereka.

Nah, kalau banchmarking saja jadi langkah awal bagi seseorang untuk mulai menulis, maka gaya tulisan tentu menjadi point penting bagi sebuah tulisan. Apa jadinya kalau Asma Nadia menulis di salah satu novelnya dengan gaya tulisan Raditya? Bisa-bisa orang yang mem-benchmarking-nya kepusingan.

Tapi kalau benchmarking-nya kebablasan, jadinya seperti saya. Setiap kali membaca buku, gaya tulisan ikut-ikutan berubah. Tak baik juga membatasi jenis buku yang dibaca. Buku bagaikan jendela wawasan. Mulai dari genre fiksi sampai non-fiksi, ilmiah sampai populer, santai sampai serius, semua ada wawasan. Tinggal pintar-pintarnya kita menilai dan menyaring informasi yang bermanfaat, dan membuang informasi yang tidak bermanfaat.

Kebetulan, 3 buku baru bulan ini adalah novel. Ma Yan, 5 cm, dan The Road to Empire. Bukan. Bukan karena saya penggemar berat buku novel, hanya karena melihat review buku ini yang bagus. Buku lain yang saya incar bulan ini adalah "Pemuda Peka Zaman" karya Dr. Saghuni, dan Ighasatil Lahfan-nya Ibnul Qayyim.

Ma Yan diangkat dari kisah nyata kehidupan perempuan Muslim China yang berjuang mati-matian untuk sekolah. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyekolahkan anaknya. Walau itu berarti harus makan 2 kali sehari, sekali nasi sekali roti. Bahkan harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ketempat sekolahnya. Buku ini sangat kuat dalam menceritakan hubungan ibu-anak. Gaya bertuturnya cukup deskriptif dan tema cerita yang diangkatnya sederhana dan mudah ditebak, tapi cukup untuk membuat Anda menangis miris.

Dua novel lainnya berbeda. 5 cm. Tentang persahabatan 5 orang, perjalanan mereka, mimpi-mipi mereka. Saya belum baca yang ini, tapi kalau baca dari review dan sinopsis, sepertinya cukup bagus. Tetap, segala sesuatunya perlu disaring. The Road to Empire. Berlatar belakang perang di China, dan kehidupan pasukan Muslim China. Pemimpin mereka, pangeran keturuna Mongol.

Gaya bertutur novel tentu beda dengan buku-buku ilmiah seperti Riyadush Shalihin, Kitabul Ilmi, atau Minhajul Qashidin. Mungkin yang memadukan keduanya adalah buku-buku Mas Salim yang terakhir berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang". Buku wawasan Islam dengan gaya bertutur novel. Nah, bagi seseorang (baca: saya), buku yang sedang dibaca sedikit banyak berpengaruh dengan gaya tutur tulisannya, mungkin tidak bagi penulis profesional. Bagaimana dengan Anda?