Sunday, November 8, 2009

Anti Kemapanan

Anti kemapanan bisa diartikan di dua sisi: negatif atau positif. Saya pertama kali mengenal kata ini waktu SMA. Dulu, saya menganggap istilah ini sebagai hal negatif karena kebetulan waktu itu ada kontes 'anti kemapanan' di MTV. Tapi belakangan, istilah 'anti kemapanan' di benak saya mulai bergeser dari negatif ke positif.

Anda pasti ingat hukum inersia. Sebuah benda tidak akan bisa bergerak jika tidak ada gaya yang mendorongnya. Gaya inilah yang akan membuat benda tersebut terus dan terus bergerak maju. Nah, ibarat benda, jika tak ada gaya yang mendorong untuk terus maju, orang akan cenderung diam; diam ditempat yang aman. Anti kemapanan adalah ketidak-inginan seseorang untuk terjebak dalam kondisi ‘mapan’, zona aman dimana kita telah merasa ‘cukup'; tak perlu bergerak. Saya tidak mengatakan ketidakinginan 'mapan' disini adalah ketidakinginan 'mapan' secara finansial, pun tidak ada masalah jika diartikan seperti itu, tergantung definisi mapan secara finansial itu apa.


Ada istilah bahwa diam itu cenderung rusak. Dalam kaidah fiqih, air yang diam adalah air yang rusak, tidak bisa dipakai untuk bersuci dengan syarat-syarat tertentu. Sebaliknya, air yang mengalir adalah air yang baik, bisa dipakai untuk bersuci. Jika air saja kalau diam berarti rusak, bagaimana dengan manusia?

Hal itulah yang mendasari butuhnya gaya yang mendorong kita dalam kehidupan sehari-hari agar kita tidak 'diam'. Lebih spesifik lagi agar kita tidak terbuai dengan diamnya kita dalam menikmati rutinitas kerja: berangkat pagi, kerja, pulang, tidur, makan, begitu seterusnya. Diam untuk tidak bergiat diri dalam beribadah, dalam berdakwah, dalam memperbaiki diri dan orang lain.

Dalam bahasa lain, kita butuh adanya tarbiyah dalam kehidupan sehari-hari kita, terutama tarbiyah dzatiyah; pembinaan diri sendiri. Mengapa? Karena sejatinya, tarbiyah diri sendirilah yang akan menjadi sumber bahan bakar yang takkan habis, yang bisa mendorong kita untuk terus bergerak. Kalau bukan diri sendiri siapa yang akan membina kita? Bukankah kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri? Bukan kelak di akhirat kita bertanggung jawab atas diri-diri kita masing-masing? So, teriakkan 'anti kemapanan', lalu dorong diri-diri kita untuk bisa bergerak.

Bergerak.. Bergerak.. Terus bergerak..

picture: http://www.chip.co.id/gallery/data//512/Aliran_sungai.jpg


No comments:

Post a Comment