Monday, March 2, 2009

Mengenal sanad dan shahabat

Salah satu kelebihan Islam dibanding agama-agama lain adalah pada adanya sanad. Secara ringkas, sanad adalah mata rantai (jalur) para periwayat yang meriwayatkan hadits.

Dengan adanya sanad kemurnian ajaran Islam ini akan terjaga sampai akhir zaman. Berbeda dengan agama-agama lain yang banyak mengalami perubahan dan revisi.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata bahwa akan ada sekelompok kaum yang tetap berpegang teguh terhadap ajaran Islam yang murni. Dan bahwasanya agama Islam ini telah sempura, maka tidak boleh mengada-adakan hal baru dalam agama. Firma Allah ta'ala:

".. Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu.." (Al-Maidah : 3)

Mengenal Shahabat
Shahabat adalah jalur sanad terdekat dengan Rasulullah. Bagaimana kita mengenal shahabat? Kita mengenalinya melalui salah satu dari hal-hal berikut:

1. Tawaatur (Pemberitaan tentangnya secara mutawatir alias mustahil terjadi kebohongan karena banyaknya periwayat terpercaya menyatakan hal itu). Apakah ada orang yang meragukan Abu Bakar dan ‘Umar bin al-Khaththab sebagai shahabat? Jawabannya, tentu, tidak!

2. Syuhrah (Ketenaran) dan banyaknya riwayat yang mengisahkannya melalui beberapa hal. Contohnya:

a. Dhimaam bin Tsa’lbah yang tenar dengan hadits kedatangannya menemui Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
b. ‘Ukasyah bin Mihshan yang kisahnya dijadikan permisalan/pepatah (yaitu ucapan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Sabaqoka ‘Ukaasyah’ ; ‘Ukasyah sudah terlebih dulu darimu").

3. Dimuatnya hal itu dalam hadits yang shahih, seperti ada salah satu hadits menyebutkan bahwa Rasulullah didatangi oleh si fulan bin fulan atau hadits tersebut bersambung sanadnya kepada seorang laki-laki yang menginformasikan bahwa si fulan termasuk orang-orang yang mati syahid dalam perang bersama Rasulullah. Atau informasi apa saja dengan cara tertentu bahwa orang ini atau itu sudah terbukti Shuhbah-nya (bertemu dan beriman dengan Rasulullah dan mati dalam kondisi itu).

4. Penuturan tertulis dari seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat) bahwa si fulan adalah seorang shahabat. Yaitu seperti ia mengucapkan, “Aku mendengar salah seorang shahabat Nabi SAW, yaitu si fulan bin fulan.”

5. Penuturan shahabat itu sendiri bahwa ia bertemu Nabi SAW, seperti perkataannya, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda begini dan begitu.” Atau “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menemani (bershahabat) dengan Nabi SAW.” Tetapi hal ini perlu beberapa syarat, di antaranya:

a. Ia seorang yang adil pada dirinya
b. Klaimnya tersebut memungkinkan; bila kejadian ia mengklaim hal itu sebelum tahun 110 H maka ini memungkinkan sedangkan bila ia mengklaimnya setelah tahun 110 H, maka klaimnya tersebut tertolak sebab Nabi SAW telah menginformasikan di akhir hayatnya, “Tidakkah aku melihat kalian pada malam ini? Sesungguhnya di atas 100 tahun kemudian (dari malam ini), tidak ada lagi seorang pun yang tersisa di atas muka bumi ini.” (HR.al-Bukhari, I:211, No.116; Muslim, No.2537; Abu Daud, No.348)

Referensi:
[1] http://opi.110mb.com/haditsweb/artikel/yang_perlu_anda_ketahui_dari_hadits_3.htm
[2] http://www.alsofwah.or.id/cetakhadits.php?id=105

No comments:

Post a Comment