Wednesday, March 11, 2009

Melejitkan Potensi

Singkat cerita dalam sebuah kajian, dalam hal ini lebih spesifik: kajian dakwah fardhiyah, salah seorang peserta mengemukakan pengalamannya. Ada dua permasalahan yang dia ungkapkan.

Pertama, katanya, "Sering kita menganggap diri kita belum cukup ilmu, sehingga ketika sudah ada niatan untuk mengajak orang, niat tersebut diurungkan. Takut karena merasa masih kurang ilmunya."


Kedua, tambahnya, "Sering kita terlalu menimbang-nimbang orang. Apakah kira-kira orang ini mau untuk diajak ngaji atau nggak, sehingga sering mengurungkan niatnya karena takut tidak diterima."


Sebenarnya teori sudah banyak disampaikan ustadz dalam berbagai kesempatan membahas kajian tentang dakwah. Ustadz pun lalu berusaha menjawab dengan contoh agar lebih mengena dan mudah dibayangkan.

Pertama, jawabnya, mari kita belajar dari saudara-saudara kita di Jamaah Tabligh. Terlepas dari beberapa kekurangan mereka, diantaranya banyak menukil hadits-hadits dhaif dalam kitab Fadhailul A'mal, mereka sangat gencar dalam hal mengajak orang untuk keliling ke masjid-masjid, istilah mereka khuruj.

Padahal, seperti yang sudah saya sebut, secara ilmiah (saya berusaha objektif), ilmu mereka masih kurang. Disinyalir dengan banyaknya mereka menukil hadits-hadits dhaif, dan (dulu, tidak tahu kalau sekarang) kajian yang dibahas kebanyakan diambil dari kitab Fadhailul A'mal tersebut. Akan tetapi lihatlah, orang yang baru ikut khuruj pun ikut-ikutan mengajak siapapun yang bisa mereka ajak. Jadi melihat pengalaman orang, tidak ada alasan bagi kita untuk takut karena masih kurang ilmu. *

Jawaban kedua, mari kita simak pengakuan beberapa ikhwan yang disiarkan langsung pada launching program Wahdah yang juga sempat saya ikuti melalui saluran paltalk dan live streaming web hari Senin (9/3) lalu.

Cerita ikhwan pertama kira-kira begini,

Saya mempunyai teman yang akhlaknya sangat bagus. Saya tertarik dengan akhlak teman saya ini. Sudah lama saya memperhatikan dia karena dia terlihat beda dari teman-teman pada umumnya. Sebetulnya saya ingin kenal dengannya tapi teman saya ini pendiam dan jarang bicara. Sampai suatu ketika, dia mendekati saya berkata, "Akhi, ada acara Bedah Buku di SMA 11, ikut yuk". Nah, ini dia, kata-kata ini yang sudah lama saya tunggu-tunggu. Akhirnya saya diajak untuk lebih mengenal Islam dengan benar. Sejak saat itulah saya terus semangat dan aktif dalam kegiatan ta'lim dan tarbiyah.


Cerita ikhwan kedua kira-kira begini,

Saya termasuk genk SMA di sekolah saya dulu. Eh, tiba-tiba ada seseorang yang mendekati saya dan mengajak ke kajian. Nggak salah pa? Mengajak saya, genk SMA, ikut ke pengajian. Saya pun mencoba ikut dalam pengajian terebut, dan orang-orang pada heran, ada "preman" ikut kajian. Ah, ternyata yang terjadi kemudian tidak disangka sebelumnya, dan saya menemukan hidayah dari sana.

Nah, sahabat, tidakkah kisah ini cukup memberikan bukti bagi kita bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja. Tidak usahlah berperasangka "orang ini sepertinya baik, orang ini sepertinya buruk". Ajaklah siapapun yang bisa kita ajak. Dan hasilnya? Serahkan sepenuhnya kepada Allah.

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. " (QS Al-Qashash: 56)

Ada satu kisah menarik dalam sirah Nabawiyyah ketika saat itu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sedang dalam kegentingan perang Uhud.

Bukhori-Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata "Seolah aku menyaksikan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tengah mengisahkan seorang Nabi pendahulu beliau yang dipukul oleh kaumnya sampai berdarah, saat beliau (di medan Uhud) mengusap darah di wajahnya seraya berdo'a: Allaahummaghfir liqoumii fa innahum laa ya'lamuun" (Ya Allah, berilah ampunan kepada kaumku ini, sebab mereka belum tahu)

Juga kisah perjalanan Rasulullah ke Thaif untuk mencari wilayah aman, yang kemudian disambut dengan lemparan batu oleh orang-orang Thaif waktu itu sampai berdarah. Ketika hendak meneruskan perjalanan pulang ke kota Mekkah, mereka bertemu dengan Malaikat Jibril yang ditemani oleh Malaikat Penjaga Gunung. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah,

“Sesungguhnya Allah telah benar-benar mendengar perkataan kaummu, Allah pun mendengar penolakan mereka kedadamu, dan Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu, supaya engkau perintahkan kepadanya untuk berbuat apa yang kau kehendaki bagi penduduk Thaif”. Malaikat Gunung kemudian mengikuti perkatan Jibril, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mendengar perkataan kaummu kepadamu, dan sesungguhnya Allah telah mengutus aku bagimu, jika sekiranya engkau kehendaki aku untuk melipatkan kedua gunung yang besar ini (yang ada diantara kota Mekkah dan Kota Thaif) maka tentu akan kukerjakan.”

Tetapi Rasulullah yang mulia tidak sependapat dengan penawaran kedua malaikat tersebut, Rasulullah menjawab , “Tidak, bahkan aku mengharapkan semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian Rasul berdo’a kepada Allah bagi orang-orang Thaif yang telah menghina dan menyakiti beliau dengan do’a yang sangat indah dan penuh kasih sayang:

“Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, Karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”.

Demikianlah, dan benarlah, pada masa kejayaan Islam, banyak 'ulama yang lahir dari derah Thaif ini.

Nah, jadi, cerita diatas adalah bukti bahwa kita tidak perlu khawtir apakah orang mau menerima dakwah kita atau tidak. Kita perlu melejitkan potensi yang sebenarnya terpendam di hati teman-teman atau saudara kita yang menunggu kita untuk menggugahnya. Yup, dengan dakwah fardhiyah dan ta'liful qulub, mendekati dari hati ke hati.

Semoga Allah ta'ala senantiasa menaungi kita dalam hidayah dan taufiknya, serta memberikan hidayah-Nya kepada orang-orang yang kita cintai. Allahumma inni as alukal huda, wat tuqo, wal 'afaafa, wal ghina. Wallahu a'lam, semoga bermanfaat. (ya2n)

* Silakan update info-nya berkenaan dengan khuruj ini, kalau memang sekarang tidak demikian, saya sudah lama tidak beinteraksi dengan mereka (Jamaah Tabligh).

No comments:

Post a Comment