Sunday, March 29, 2009

Gaya Tulisanku, Buku Yang Kubaca

Setelah kuamati, ternyata gaya tulisan seseorang itu sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis buku apa yang sedang dia baca. Kesimpulan itu kuambil setelah mengamati diriku sendiri. Ketika membaca buku serius, tulisan jadi serius, ketika sedang membaca buku ilmiah, tulisan memdadak bernuansa ilmiah, ketika membaca buku melankolis, tiba-tiba tulisan jadi ber-rima-rima dan menggunakan retorika indah, ketika sedang tidak membaca buku sama sekali, gaya tulisan berubah total menjadi gaya percakapan, chatting dan sejenisnya.

Terang saja, gaya bahasa tiap tulisanku jadi berubah-ubah. Tidak Konsisten. Penulis seperti ini tampaknya kurang dalam menulis. Tidak punya ciri khas dan identitas tulisan. Orang akan kesulitan untuk menilai tipe penulis macam apa ini, orang akan kebingungan melihat tulisan yang tampaknya ditulis oleh seseorang yang 'berbeda'. Pun tentang tema sebuah blog. Kalau terlalu campur aduk orang akan bingung men-jugde tipe blog macam apa ini.

Fauzil Adhim dalam "Dunia Kata" mengatakan, salah satu cara mudah memulai menulis adalah: benchmarking. Secara sederhana, benchmarking bearti manjadikan satu tulisan, penulis, atau media sebagai model. seorang penulis cerpen bisa menjadikan seorang Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, atau Joni Ariadinata sebagai acuan. Meniru gaya bertulis mereka.

Nah, kalau banchmarking saja jadi langkah awal bagi seseorang untuk mulai menulis, maka gaya tulisan tentu menjadi point penting bagi sebuah tulisan. Apa jadinya kalau Asma Nadia menulis di salah satu novelnya dengan gaya tulisan Raditya? Bisa-bisa orang yang mem-benchmarking-nya kepusingan.

Tapi kalau benchmarking-nya kebablasan, jadinya seperti saya. Setiap kali membaca buku, gaya tulisan ikut-ikutan berubah. Tak baik juga membatasi jenis buku yang dibaca. Buku bagaikan jendela wawasan. Mulai dari genre fiksi sampai non-fiksi, ilmiah sampai populer, santai sampai serius, semua ada wawasan. Tinggal pintar-pintarnya kita menilai dan menyaring informasi yang bermanfaat, dan membuang informasi yang tidak bermanfaat.

Kebetulan, 3 buku baru bulan ini adalah novel. Ma Yan, 5 cm, dan The Road to Empire. Bukan. Bukan karena saya penggemar berat buku novel, hanya karena melihat review buku ini yang bagus. Buku lain yang saya incar bulan ini adalah "Pemuda Peka Zaman" karya Dr. Saghuni, dan Ighasatil Lahfan-nya Ibnul Qayyim.

Ma Yan diangkat dari kisah nyata kehidupan perempuan Muslim China yang berjuang mati-matian untuk sekolah. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik dengan menyekolahkan anaknya. Walau itu berarti harus makan 2 kali sehari, sekali nasi sekali roti. Bahkan harus berjalan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ketempat sekolahnya. Buku ini sangat kuat dalam menceritakan hubungan ibu-anak. Gaya bertuturnya cukup deskriptif dan tema cerita yang diangkatnya sederhana dan mudah ditebak, tapi cukup untuk membuat Anda menangis miris.

Dua novel lainnya berbeda. 5 cm. Tentang persahabatan 5 orang, perjalanan mereka, mimpi-mipi mereka. Saya belum baca yang ini, tapi kalau baca dari review dan sinopsis, sepertinya cukup bagus. Tetap, segala sesuatunya perlu disaring. The Road to Empire. Berlatar belakang perang di China, dan kehidupan pasukan Muslim China. Pemimpin mereka, pangeran keturuna Mongol.

Gaya bertutur novel tentu beda dengan buku-buku ilmiah seperti Riyadush Shalihin, Kitabul Ilmi, atau Minhajul Qashidin. Mungkin yang memadukan keduanya adalah buku-buku Mas Salim yang terakhir berjudul "Jalan Cinta Para Pejuang". Buku wawasan Islam dengan gaya bertutur novel. Nah, bagi seseorang (baca: saya), buku yang sedang dibaca sedikit banyak berpengaruh dengan gaya tutur tulisannya, mungkin tidak bagi penulis profesional. Bagaimana dengan Anda?

5 comments:

ririsnovie said...

yup, saya juga mengalami hal yang sama,.buku2 yang saya baca, tidak hanya mempengaruhi gaya tulisan tp juga cara berfikir, cara pandang dsb. mungkin kebanyakan orang mengalami hal yang sama..

kebetulan, ketiga buku tersebut sudah pernah saya baca, malahan 5cm sudah setahun yang lalu..yup, buku2 yang bagus.

btw, dapat fotonya dari kutubuku.com ya? kutunya masih kelihatan tuh..hehehe....

yayan said...

iya, makanya ada istilah, buku itu seperti makanan, makan yg baik-baik, karena bisa mempengaruhi...

makanya tiap kali baca buku, jangan ditelen mentah-mentah ya..

jadi inget kata-kata murobbi, kepribadian seseorang salah satunya bisa dilihat dari buku-buku apa saja yang dia baca..

iy ris, dari kutukutubuku, hehe keliatan kutunya ya =D

yando said...

Dari ketiga buku itu, saya baru baca yang 5 cm. Pertama kali baca tidak terlalu terkesan. Tetapi ketika saya ulang baca sambil pasang lagu Mahameru nya Dewa 19, pas bener suasananya...

Estananto said...

wah saya tertarik tuh baca buku kisah Ma Yan... pinjem dong...

yayan said...

@yando:
hoo.. gitu ya, menarik juga, tak sabar membacanya, menunggu the road to the empire selesei dulu =)

@mas nano:
OK, mas, boleh aja, tapi karena mudik nyontreng sekaligus liburan, saya bawa hari senin insya Allah

Post a Comment