Monday, February 13, 2012

Keutamaan Al-Qur'an dan Ahlul Qur'an


Allah telah memuliakan Ahlul Qur'an baik pembaca, penghafal, ataupun pengamalnya dengan keistimewaan yang banyak sekali, di dunia dan akhirat.

Rasulullah telah memberikan spesifikasi khusus bagi para pembaca Al-Qur'an dalam sabdanya,

"Ahlul Qur'an adalah Ahlullah (yang dekat kepada Allah) dan orang-orang khusus (pilihan)-Nya" (HR An-Nasa'i dan Ibnu Majah)

Ahlul Qur'an adalah orang yang dekat dengan Allah karena demikian agung kedudukan mereka. Betapa tidak, bukankah mereka itu mempelajari seagung-agung dan setinggi-tinggi ilmu serta semulia-mulia kedudukan dalam Islam?

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat mengenai, mana yang lebih utama antara membaca dan menghafal. Diantara mereka ada yang menguatkan bahwa membaca lebih utama dan sebagian lagi ada yang menguatkan bahwa menghafallah yang lebih utama. Masih-maing dari kedua pihak tersebut mengemukakan alasan-alasan bagi pendapat mereka dan kondisi-kondisi tertentu dalam menentukan mana yang lebih utama tersebut.

Para shahabat, demikian antusias membaca Al-Qur'an dan menghafalnya. Sementara itu, Rasulullah juga membanding-bandingkan keutamaan masing-masing para shahabat dalam membaca Al-Qur'an.

Sebagaimana hadits yang shahih dari Abi Mas'ud Al-Anshari Al-Badri, yang meriwayatkan dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam,

"Yang berhak mengimami suatu kaum adalah yang paling baik bacaannya terhadap Kitabullah diantara mereka." (HR Muslim)

Dan dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah mengumpulkan antara dua orang laki-laki yang gugur sebagai syuhada Uhud, kemudian beliau berkata,

"Siapa diantara mereka berdua yang lebih banyak hafalan Al-Qur'annya?" Lalu, bila telah ditunjukkan kepada beliau salah seorang diantara keduanya, maka beliau mendahulukannya untuk dikuburkan di Lahd. (HR Bukhari)

Demikian pula, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, telah mengawinkan seorang wanita dengan salah seorang dari para shahabatnya dan menjadikan maharnya adalah Al-Qur'an yang dihafalnya.

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam juga menyerahkan panji jihad kepada orang yang paling banyak ahafalannya di kalangan para shahabatnya.

Dari Ibnu Umar, yang meriwayatkan dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda,

"Tidak berlaku iri kecuali terhadap dua orang: seorang yang dianugerahi Allah Al-Qur'an lantas dia mengamalkannya sepanjang malam dan sepanjang siang; dan seorang yang dianugerahi Allah harta lantas dia menginfakkannya sepanjang malam dan sepanjang siang." (HR Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan didalam khabar (hadits) bahwa bilangan tangga-tangga surga itu terdiri dari
bilangan-bilangan ayat-ayat Al-Qur'an, lalu dikatakan kepada pembacanya pada hari kiamat, "Bacalah, lalu naiklah." Jika dia hafal setengah Al-Qur'an, maka dikatakan kepadanya, "Andaikata engkau masih memiliki tambahan hafalan lain, niscaya kami akan menambahkan bagimu pula (tingkatan tangganya-penj.)" (Lihat Tanbih Al-Ghafilin, Juz II, h.459)

Khabar ini sesuai sekali dengan hadits yang berasal dari nabi shalallahu'alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda,

"Dikatakan kepada pemilik Al-Qur'an (penghafalnya): 'Bacalah, lalu naiklah, lalu bacalah lagi (secara tartil) sebagaimana dulu kamu membaca (secara tartil) di dunia, sebab kedudukanmu adalah berada pada akhir ayat yang kamu baca.'" (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi, di berkata: "Hasan Shahih")

Pahala yang diraih adalah berdasarkan tingkat kesulitannya sebab manusia berada di dalam kemampuan memperbagusi dan menekuni. Sebagaimana terdapat dalam hadits dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda,

"Orang yang membaca Al-Qur'an sementara dia mahir, maka dia bersama para malaikat para penulis, yang mulia lagi berbakti, dan orang yang membaca Al-Qur'an dan terbata-bata mambacanya sementara hal itu sulit baginya, maka dia mendapatkan dua pahala." (Muttafaq'alaih)

Sedangkan mengenai majlis-majlis Al-Qur'an dan keutamaannya, maka terdapat hadits yang diriwayatkan dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam beliau bersabda,

"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah-rumah Allah dan saling mengkajinya di antara mereka, melainkan ketenangan turun kepada mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan para malaikat mengelilingi mereka, serta Allah menyebut mereka kepada malaikat yang berada di sisi-Nya." (HR Muslim dan Abu Dawud)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang mengaktifkan dirinya dengan Kitabullah dan manjauhi hal-hal yang dapat melalaikannya dari mengingat akhirat. Bilamana dia telah mencapai kepada tingkatan yang diharapkan, maka hendaknya dia mengamalkannya dan memberikan hal yang bermanfaat kepada orang lain.

Hal ini sebagaimana hadits dari Utsman bin Affan, bahwasanya dia berkata, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda,

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengamalkannya." (HR Bukhari).

Nafi' bin Harits mengangkat Abdurrahman bin Abza Al-Khuzai sebagai wakil atas pemerintahan di Makkah tatkala dia ingin pergi menemui Umar bin Khattab ke kawasan Usfan. Lalu Umar berkata kepadanya, "Siapa yang engkau angkat sebagai pengganti sementarmu terhadap penduduk Al-Wady (Makkah)?"

Dia menjawab, "Ibnu Abza."
Dia bertanya lagi, "Siapa Ibnu Abza itu?"
Dia menjawab, "Dia seorang alim ilmu faraidh, dan qari Kitabullah."
Dia berkata, "Benar, bukankah Anbi kalian shalallahu'alaihi wasallam telah bersabda,

'Sesungguhnya Allah telah mengangkat banyak kaum melalui Al-Qur'an dan juga merendahkan yang lain melaluinya pula.' "

Demikian juga diriwayatkan dari Umar bin Khattab bahwasanya dia berkata, "Ibnu Abza adalah orang yang telah diangkat (derajatnya) oleh Allah dengan Al-Qur'an" (Lihat Syiar A'lam An-Nubala, Juz I, h.365).

Dari Buku Mu'awwiqat Tilawah wa Hifzh Kitabullah, Haya Ar-Rasyid.


No comments:

Post a Comment