My rating: 5 of 5 stars
"Kenapa wajah Ummi dan Abi selalu terlihat berseri-seri?", tanya Farhan suatu hari.
"Wajah yang selalu tersentuh wudhu", ungkap Hamidah lembut.
"Atsar (bekas sentuhan) air wudhu, akan menjadi tanda bagi kaum beriman di Hari Akhir nanti," tambah Fahrul.
"Apa tanda itu bisa terlihat di dunia, Abi?" tanya Farhan cerdik.
"Bisa. Suatu saat, ada seorang ahli hadits di masa para ulama As-Salaf yang sedang menyampaikan sebuah hadits. Tiba-tiba masuklah seorang pria muda ke dalam majlisnya. Kontan ia berkata,
'Barangsiapa yang di malam hari melakukan shalat, maka di siang hari wajahnya akan berseri-seri.'"
Potongan percakapan diatas adalah bagian paling saya sukai dalam buku ini.
Dialog diatas dituliskan dua kali. Pertama, ketika dialog tersebut benar-benar terjadi. Kedua ketika Fahrul (Abi) setelah sekian lama tidak bertemu dengan Farhan (anaknya), lalu pertama kali kembali melihat anaknya tercintanya di sebuah masjid pesantren waktu pagi-pagi setelah shubuh, sesaat kemudian dia teringat akan dialong dengan anaknya bersama istri, kala keluarga mereka tengah dikaruniai kebahagiaan bersama. Fahrul kembali ke jalan hidayah setelah sempat dirundung kegelapan maksiyat setelah berjumpa dengan kawan lamanya.
Two thumbs up! Buku yang dituis berdasar kisah nyata sarat hikmah ini membuat saya menitikkan air mata dan kembali mentafakuri hikmah-hikmah kehidupan ini.
View all my reviews >>
No comments:
Post a Comment