Friday, November 30, 2007

Critical Mass

Mungkin kita perlu belajar kepada negara tetangga tentang arti dari berkorban. Kita perlu belajar dari Malaysia, Thailand, India, ataupun China. Konon, kita berpikir bahwa orang-orang yang pergi ke luar negeri menimba ilmu itu, toh mereka nantinya tidak akan pulang ke Indonesia. Keasyikan bekerja diluar negeri dengan gaji yang lebih besar, “kenapa harus balik ke Indonesia?”. Lalu kita bertanya, apa kontribusi mereka kepada Negara?

Tapi coba lihat lebih dalam lagi. Kenyataannya, orang-orang yang berpikir maju adalah mereka-meraka yang pernah mengenyam kehidupan keras di luar negeri, bekerja keras, dan berjuang untuk hidup. Dan secara tidak sadar budaya mereka terbentuk oleh sistem yang sudah maju di Negara tersebut, baik dari sisi disiplin, etos kerja, profesionalitas, ataupun yang lainnya.

Kita sudah terlalu sering tidak menghargai prestasi anak bangsa. Kalaupun mereka akhirnya memililh tetap tinggal di luar negeri, dan tidak balik lagi ke Indonesia jangan salahkan sepenuhnya kepada mereka. That’s naturally reasonable. Anehnya di kita tuh, kalau ada orang sukses/berhasil malah pada rame2 berusaha “menumpulkannya”. Jadi gimana mereka mau balik ke Indoneisa??

Kalau mau social culture breakthrough, kita harus mau berkorban. Seperti yang telah dilakukan India dan Cina. Mereka mengirimkan sebanyak-banyaknya orang ke luar negeri (negara maju tentunya) . Apakah lalu mereka pada balik ke negara asal kembali? Sebagian besar: TIDAK. Banyak juga yang akhirnya bekerja diluar negaranya sendiri. Lihat saja pakar-pakar IT di Amerika, kalau nggak orang Cina ya India ^^. Kalau dipersentasikan mungkin hanya sekitar 30% yang balik kenegaranya sendiri.

Tapi bagaimana halnya jika orang-orang yang dikirim ke luar negeri dalam jumlah yang masif. Dari 30% orang-orang tersebut, akhirnya juga mencapai critical mass. Jumlah yang sudah cukup untuk mengadakan perombakan di negaranya. Akhirnya setelah Negara mengalami kemajuan, sisa 70% orang yang masih di luar negeri itu akhirnya balik juga. Dan berawal dari tercapainya critical mass tersebut, India, Malaysia, Thailand, China akhirnya menjadi negara maju, setidaknya jauh meninggalkan kita.

Indoneisa saat ini banyak orang-orang hebat. Orang-orang yang memang bener2 berjuang. Kenapa masih saja Negara ini ngga maju2? Karena TIDAK CUKUP jumlahnya. Seribu orang dibanding 200juta orang?? Segitu belum sampai CRITICAL MASS! Perlu ratusan ribu orang atau bahkan jutaan orang yang memiliki pola piker Negara maju dengan sikap disiplin, etos kerja tingi, dan professional.

Kalau mau radikal-radikal-an, satu2nya cara adalah kirim orang ke luar negeri sebanyak-banyaknya!! Nggak papa habis duit banyak. Investasi!! Kirimkan anak-anak desa yang berprestasi, kalau perlu orang-orang pelosok yang berdedikasi tinggi itu yang perlu dibiayai negara, sekolah di luar negeri.

Kenyatannya sekarang, banyak anak2 yang sekolah di luar negeri. Tapi kebanyakan mereka adalah anak pejabat yang lulus SPMB aja nggak, akhirnya will of fight nya ga ada! Saya ga bilang semua lho ya! Kebanyakan. Gimana bisa nyampe critical mass kalo kayak gitu??

Terus, kalau pemerintah ga punya inisiatif? Ya kita yang inisiatif. Kita-kita yang sudah pernah mengenyam pendidikan di negara maju lah yang perlu inisiatif. Jadilah PELOPOR!! Jadilah 30% orang yang mambangun negara.

Inisiatif yang saat ini kami lakukan adalah membangun komunitas engineer IC di Indonesia: IC4ID (IC for Indoneisa) sesuai dengan kompetensi masing-masing. Mengumpulkan orang-orang yang saat ini berada diluar negeri dan sling berkomunikasi.

Kalau lancar, Insya Allah pada pertengehan tahun depan Indoneisa merencanakan tahun kebangkitan teknologi, mengulang kembali sejarah satelit Palapa. Sebagai pelopor satelit-satelit telekomunikasi di seluruh dunia, yang saat itu digarap oleh Prof. Alisyahbana. Dan kali ini berusaha menghentakkan dunia, setidaknya Indonesia sendiri, dengan salah satu teknologi wireless intelligent network. Semoga rencana ini diberikan kemudahan dan kelancaran. Doakan ya. Let’s prove it!! (ya2n)

PS: rada desperate dengan birokrasi pemerintah (kebetulan lagi kerjasama sama pemerintah dlm riset T_T)


No comments:

Post a Comment