Wednesday, June 25, 2008

Personality Test

It's kinda fun to have a personality test. Like the old time "Sesame Street" personality quiz, I am the Big Bird:
Talented, smart, and friendly... you're also one of the sanest people around.
You are usually feeling: Happy.
From riding a unicycle to writing poetry, you have plenty of hobbies to keep you busy.
You are famous for: Being a friend to everyone.
Even the grumpiest person gets along with you.
How you life your life: Joyfully. "Super. Duper. Flooper."
Haha, well, maybe this one described me better:

Click to view my Personality Profile page


Manusia "l", "-", dan "T"

Manusia "l", memiliki pengetahuan yang mendalam, menghujam, sampai mendarah daging. Orang Eropa basanya memiliki tipe ini. Mereka bisa bekerja di satu bidang melulu sampai bertahun-tahun. Sampai bener-bener "nglotok". Beberapa perusahaan Eropa menerapkan sistem ini. Ada seorang yang profesional/ahli di suatu bidang tertentu, yang kalau orang bertanya kepada dia hampir tidak pernah tidak dijawabnya, dan jawabannya hampir selalu benar.

Ingat, tipe ini lingkup pengetahuannya hanya satu bidang saja. Ambil contoh, di sebuah perusahaan mobil Eropa, ada orang yang ahli hanya bagian depan mobil sebelah bawah yang dideket ban, dan hanya bagian per nya saja. Dan sampai umur 40 th pun dia selalu berkutat disitu :D. Huruf "l" melambangkan kedalaman ilmunya, tapi pada lingkup yang sangat sempit.

Manusia "-". Kalau yang ini biasanya omdo (alias omong doang). Memiliki pengetahuan luas tetapi hanya kulit-kulitnya saja. Mengenai realitasnya? tidak punya pengalaman sama sekali. Tidak punya know how. Orang bilang "Ah, teori!". Orang Indonesia banyak yang bertipe ini :D.

Ambil contoh, seorang pengamat teknologi informasi. Berbicara mengenai perbandingan suatu produk teknologi, katakanlah, 3G dibanding WiMAX atau LTE dibanding WiMAX. Padahal secara detail dia tidak tahu sama sekali. Hanya tahu kulit-kulitnya saja. Huruf "-" melambangkan kedangkalan ilmunya, tapi pada lingkup yang luas.

Manusia "T", selain dalam ilmunya, pengetahuan-pengetahuan diluar bidangnya juga tahu walaupun hanya kulit-kulitnya. Ketika ditanya mengenai bidang yang dia tekuni, bisa menjawab dengan profesional, dan jawabannya hampir selalu benar. Akan tetapi kalau berbicara dengan orang lain yang berbeda bidang masih bisa nyambung.

Ambil contoh, seorang group leader. Tentu dia harus expert pada bidang yang dia garap bersama anggota groupnya. Akan tetapi tentu dia akan berhubungan dengan group lainnya, dia tidak gap tek alias tetap bisa "nyambung". Huruf "T" melambangkan kedalaman ilmu pada bidang yang dia kuasai, tapi pada lingkup yang terbatas, sedangkan bidang lain dia ketahui kulitnya, tapi pada lingkup yang luas.

Tentu tidak ada orang superior yang menguasai dan ahli (bener2 ahli) dalam semua bidang. Einstein pun tidak tahu bagaimana cara memasak gudeg bukan? Atau nasi timbel aja lah (halah, ga penting). Tinggal pilih, kita mau jadi tipe "l", "-", atau "T". Saat ini tipe "T" adalah pilihan yang terbaik untuk orang Indonesia. Di saat kondisi negara masih berkembang dan belum terbentuk sistem yang baik. Disaat orang mulai membentuk sistem-sistem itu. So? Let's get the party begin.

Allah Knows

Great Nasyid by Zain Bikha, here it is.



When you feel all alone in this world
And there's nobody to count your tears
Just remember, no matter where you are
Allah knows
Allah knows

When you carrying a monster load
And you wonder how far you can go
With every step on that road that you take
Allah knows
Allah knows

No matter what, inside or out
There's one thing of which there's no doubt
Allah knows
Allah knows
And whatever lies in the heavens and the earth
Every star in this whole universe
Allah knows
Allah knows

When you find that special someone
Feel your whole life has barely begun
You can walk on the moon, shout it to everyone
Allah knows
Allah knows

When you gaze with love in your eyes
Catch a glimpse of paradise
And you see your child take the first breath of life
Allah knows
Allah knows

When you lose someone close to your heart
See your whole world fall apart
And you try to go on but it seems so hard
Allah knows
Allah knows

You see we all have a path to choose
Through the valleys and hills we go
With the ups and the downs, never fret never frown
Allah knows
Allah knows

Every grain of sand,
In every desert land, He knows.
Every shade of palm,
Every closed hand, He knows.
Every sparkling tear,
On every eyelash, He knows.
Every thought I have,
And every word I share, He knows.

Tak Sekedar Slogan by Ineu

Ineu, salah satu penulis favorit saya di rubrik Oase Iman nya Eramuslim. Cara bertuturnya yang polos tapi menyentuh seakan benar-benar ditulis dengan hati. Memang tulisannya tidak jauh dari pengalaman pribadinya sehari-hari. Justru itulah yang membuat tulisannya menarik untuk disimak. Melihat hal-hal kecil yang tidak pernah terpikir oleh kita, lalu mengemasnya menjadi cerita hikmah. Seperti tulisan terbarunya yang saya comot langsung dari sini (dengan sedikit diedit).

Tak Sekedar Slogan
22 Jun 08 06:13 WIB

Hari Minggu kali ini suasana masjid tampak lain, tak seramai biasanya. Hanya ada sedikit anak-anak yang hendak belajar baca Quran. Padahal biasanya sejak jam 12 siang di ruang dekat mihrab masjid telah berkumpul anak-anak remaja putra dan putri, khusyu mendengarkan penjelasan tentang Islam dalam bahasa Jerman dari pembimbing mereka, salah satu dari tiga orang dewasa berkebangsaan Jerman dan Arab yang silih berganti membimbing mereka mengenal Islam.

Kemudian di ruang shalat perempuan, ada dua atau tiga kelompok anak-anak dipandu guru-gurunya membaca Al-Quran dan di ruang belakang anak-anak yang lebih kecil berkelompok pula membaca iqra. Tak jauh dari tempat tersebut dalam ruang lebih kecil sekelompok ibu yang mengantar dan menunggu anak-anaknya, dengan penuh semangat belajar memperbaiki bacaan al-Quran mereka.

Saat membaca deretan kalimat pada selembar kertas yang ditempel di papan pengumuman, baru saya sadari kalau hari itu ada acara penggalangan dana yang diprakarsai saudara-saudara dari masjid lain, tempat berkumpulnya muslim-muslimah dari Arab, Turki dan Jerman. Mereka hendak menggelar acara bazaar makanan dan minuman, olahraga untuk orang dewasa dan melukis serta menggambar buat anak-anak. Oleh karena itu para pengajar remaja meliburkan binaannya karena mereka ikut berperan dalam acara tersebut.

Menurut sahabat saya, kehadiran muslim-muslimah Indonesia ke tempat acara itu sangat mereka harapkan. Sehingga usai membimbing anak-anak dan para orangtua, kami berniat memenuhi undangan tersebut. Mengetahui niat kami, sekelompok muda-mudi Jerman yang sedang di masjid saat itu tak mau ketinggalan ingin meramaikan acara. Mereka adalah mahasiswa dari Universitas Humboldt yang beberapa minggu ini selalu datang ke masjid untuk meneliti budaya dan kultur Indonesia. Akhirnya berombongan kami menuju tempat yang beberapa waktu lalu menjadi ajang penggalangan dana masjid Indonesia.

Begitu sampai di tempat, saya lihat di pojok taman sebelah kiri para lelaki berwajah Arab dan Jerman sedang asyik bermain bola voli, sebagian lagi sibuk mengipas-ngipas sate, ada juga yang membantu para muslimah berkeliling menjajakan buah mangga. Di beberapa sudut lain tampak para muslimah dalam balutan jilbab dan busana yang syar'i, duduk-duduk di atas tikar bercengkerama dengan sesama. Ada juga wajah-wajah yang sudah tak asing, sekelompok mahasiswa Humboldt itu, rupanya mereka sudah sampai duluan. Mereka tampak betah menikmati suasana, asyik mengobrol sambil menikmati makanan. Kami pun segera menghampiri sebuah stand sate yang bumbunya ternyata dibuatkan oleh sahabat saya.

Ketika hendak mengantri, sebuah tepukan lembut di bahu mengagetkan saya dan reflek saya menoleh ke sebuah arah. Seraut wajah Jerman berbalut jilbab tersenyum melihat reaksi saya lalu ia mengucapkan salam dan segera saya balas dengan hal yang serupa. Kami pun berangkulan seolah sahabat yang sudah lama tak bertemu, padahal itu adalah pertama kalinya kami berjumpa. Lalu kami berkenalan saling menyebutkan nama, alamat rumah juga masjid tempat masing-masing beraktivitas. Tak lama ia memanggil teman-temannya sesama muslimah Jerman dan kembali saya dipeluk sedemikian rupa.

Ketika hendak mengantri, sebuah tepukan lembut di bahu mengagetkan saya dan reflek saya menoleh ke sebuah arah. Seraut wajah Jerman berbalut jilbab tersenyum melihat reaksi saya lalu ia mengucapkan salam dan segera saya balas dengan hal yang serupa. Kami pun berangkulan seolah sahabat yang sudah lama tak bertemu, padahal itu adalah pertama kalinya kami berjumpa. Lalu kami berkenalan saling menyebutkan nama, alamat rumah juga masjid tempat masing-masing beraktivitas. Tak lama ia memanggil teman-temannya sesama muslimah Jerman dan kembali saya dipeluk sedemikian rupa.

Subhanallah, demikian indahnya ternyata nilai sebuah ukhuwah! Sekalipun bahasa Jerman saya masih sangat terbatas, bahkan sering gelagapan saat mereka bicara terlalu cepat untuk bisa saya tangkap maksudnya, tak menjadi penghalang untuk kami menjadi dekat. Mereka tak sungkan-sungkan menyapa dengan istilah schwester sebuah sapaan bagi saudara perempuan atau Bruder untuk saudara laki-laki. Hangatnya sikap persaudaraan yang mereka tebarkan seolah mampu menepis cuaca saat itu yang lebih dingin dari biasanya.

Sayangnya suasana siang itu tak bisa kami nikmati lebih lama. Mendung yang begitu tebal mamaksa kami segera berkemas. Saat bis yang kami tunggu datang, rintik hujan mulai turun dan bertambah deras. Ada perasaan sesal dan sedih menggantung di hati saat bis melaju di antara guyuran hujan lebat. Mengapa kami bergegas pulang meninggalkan mereka yang masih sibuk membenahi barang-barang serta dagangannya? Sebuah tanya diri tak mampu dan malu saya jawab. Wajah-wajah ramah bersahabat itu melintas kembali di pelupuk mata. Saya bayangkan bagaimana sibuknya mereka menyelamatkan semua barang dari terpaan air hujan. Pastinya sebuah pemandangan yang mengharukan. Sayang sekali saya tak bersama mereka merasakan suasana itu.

Maafkan kami saudara-saudaraku. Ruh persaudaraan yang kalian tebar begitu hangat saat menyambut kami belumlah terbalas dengan baik. Kami mesti belajar lebih dalam lagi menyelami makna persaudaraan, agar berat sama dipikul ringan sama dijinjing tak sekedar sebuah slogan.***
Saturday, June 21, 2008

Buang Sampah: Belajar Tertib dari Jepang

Masyarakat Jepang memang unik. Ciri sosio-culture-nya hampir tidak bisa ditemui di negara-negara lainnya. Komuro Noaki, seorang ilmuwan politik pernah mengeluarkan pernyataan ini dalam diskusi di salah satu stasiun TV nasional (1):
"Ada satu konsep sosiologi yang amat penting yang dapat diterapkan di setiap negara kecuali Jepang. Yaitu konsep tentang agama dan norma yang didasarkan atas kontrak. Orang Amerika dan Eropa tidak menemui kesulitan untuk memahami orang Cina atau Korea, karena konsep mereka semua berasal dari masyarakat berdasarkan kontrak."
Ini menarik. Jepang yang terkenal dengan ketaatan pada aturan ternyata tidak mendasarkan bentukan masyarakat mereka pada suatu aturan atau perjanjian. Walau begitu, tidak berarti bahwa perjanjian tidak berpengaruh penting dalam struktur sosialnya. Ungkapan "Seorang Samurai tak pernah bergeser dari janjinya" adalah contoh yang baik.



Saya tidak akan berpusing-pusing membahas sosio-culture mereka yang unik. Hanya saja, saya terkesan ketika sempat mengunjungi Fukuoka, salah satu kota di pulau Kyushu. Bahwa orang-orang seakan secara disiplin mengerjakan hal yang sama yang telah menjadi aturan bagi mereka, atau paling tidak konsensus, padahal mereka tidak dibentuk atas dasar aturan. Hal yang mereka lakukan adalah: tertib buang sampah. (penting ya? :D)

Penting, karena sampah di kontrakanku udah menumpuk dan banyak dan belum dibuang, dan.. eh.. ehm, maaf. Penting karena hal yang besar dimulai dari hal yang kecil (halah). Iya, betul itu. Saya merasakan sedikit kecewa ketika pertama kali menginjakkan kaki kembali ke tanah air waktu itu. Yang jelas, perkara tidak tertib membuang sampah merupakan salah satu indikasi bahwa: 1) malas, 2) jorok, 3) berantakan, 4) tidak rapi, 5) tidak indah, 6) silakan sebut sendiri.

Yuk, mari kita mulai biasakan tertib membuang sampah. Beberapa cara agar membuang sampah bisa tertib adalah: pisahkan sampah basah, sampah kering, kering, kaleng, kertas, dan plastik. Lalu rutin buang sampah, jangan biarkan sampah menumpuk. Terakhir minimalisir hal-hal yang mengakibatkan sampah, kalau perlu beli makan diluar beli saja, tidak usah dibungkus.

Sebagai gambaran, kalo di Jepang, tiap jenis sampah dipisah plastiknya. Hari buang sampahnya pun diatur, hari ini buang sampah kaleng, hari ini sampah basah/dapur, dll. Dan plastik untuk buang sampah nya pun harus beli, alias bayar. Jadi kalo orang buang sampah malah bayar, kalo buang sampah sembarangan akan didenda. Kalau di kita, walau dipisah tetap saja akhirnya dicampur. Kasi tahu aja, "Mang, ini sampah udah saya pisah, jadi lebih enak kalo ada yang mau daur ulang, apa mungut". Hehehehe ^_^.

Yah, nilai-nilai sosial yang diusung warga suatu negara adalah hasil dari proses evolusi bertahap, yang tak terbilang banyaknya. Walau demikian, bukan tidak mungkin akan berubah dan berubah menjadi baik. Lihatlah komentar salah seorang anak bangsa mengomentari bangasnya sendiri. Jadi ingat tulisan saya dulu. Bangsa bisa berubah, sudah banyak orang baiknya yang mau mendukung perubahan. Hanya belum sampai critical mass. So, apakah kita termasuk satu dari sekian banyak orang yang menambah critical mass itu? (ya2n)
Monday, June 16, 2008

Rikaichan: Firefox Add-ons

Last night, someone says to me:

> Okottenai yo! Tada shiritai kara!
> Kizuite yo!

Hehe, sambil manggut-manggut mengira-ira maksudnya... tetep ga ngerti. Lalu saya tanya ke Lakso yang kuharapkan sudah jadi senpai dalam hal nihonggo-nya. Teuteup...

> So, iki artine opo? -> kizuite
> Walah2.. ga salah ta takon nang aq.. (ketoke maksude iki merendah yo? hahaha)
> kata dasar-e opo? yen ra salah.. kizu kuwi artine luka

Haha, so, aku dan banyak lupa, ga ada les lagi euy sekarang! Akhirnya si Lakso ngasih aku Rikaichan. Awalnya kupikira apa.. Rikaichan? Kirain temennya Lakso, haha. Ternyata add-ons nya Firefox. Jadi ceritanya itu kamus jepang (jepang-inggris, jepang-jerman, dll). Lumayan, kamunya di pasang di Firefox, jadi ga perlu instal2 program kamus macam JWPCE, Jlookup, ato sejenisnya. Secara tiap hari kan aku bukan firefox, hehehe. Thanks So!

Kalau mau instal Rikaichan, buka link berikut, atau cari aja di google dengan keywor Rikaichan firefox. Oiya, jangan lupa instal dulu dictionarinya disini. :)

Habis instal kusearch kata kizu, atau きず. Laptop ku japanese, windowsnya pun japanese, jadi gampang kalo mo search kata tertantu, tinggal pencet tomol ini nih (hehe, ga keliatan ya :P). Yup, kata yg keluar setelah search ternyata:

(n) wound; injury; cut; gash; bruise; scratch; hurt; scar; chip; crack; scratch; (emotional) hurt; hurt feelings; weak point; flaw; (P) -

> Boku, anata ni kuzutsukure dasuka?
> Cigau, ne?
> zenzen
> nara kizutsukute, gomen na!
> un.. betsuni
> Yokatta

^_^ (ya2n)

Sunday, June 15, 2008

Melawan Stress Dengan Makanan

Makanan sangat berperan membantu tubuh menghadapi stress? Tentu saja. Apalagi makanan favorit. Tapi tidak semua makanan dapat membantu menghadapi stress. Pada saat stress, makanan yang tadinya berfungsi normal dapat saja mengganggu pencernaan atau rasa panas pada perut. Yang harus dihindari adalah makanan berlemak, karena akan menyulitkan pencernaan, dan makanan pedas atau terlalu berbumbu karena bisa menimbulkan masalah-masalah pencernaan. Alkohol (kalo ini haram), minuman berkafein, dan rokok juga harus dihindari karena dapat menimbulkan perasaan gelisah.

Makanan sangat berperan membantu tubuh menghadapi stress? Tentu saja. Stress dapat menghabiskan persediaan glukosa tubuh yang merupakan bahan bakar utama. Sebagai konsekuensi, perlu karbohidrat ekstra. Tapi tidak semua orang memiliki respon terhadap stress (fight of response) yang sama. Ada orang yang merasa lapar dan ingin makan saat mengalami stress (seperti saya :D), tetapi sebaliknya ada yang juga kehilangan nafsu makan sehingga tubuh kekurangan zat gizi.

Berikut beberapa tips menghadapi stress dengan makanan:
1. Mengkonsumsi makanan kaya protein sejenis unggas.
Menurut Dr. Rosch, mengkonsumsi makanan kaya protein seperti kalkun, ayam, makanan laut, dan kacang-kacangan yang mengandung asam amino tryptophan akan meningkatkan produksi serotinin. Rendahnya serotinin dalam dapat memicu terjadinya stress.

2. Memenuhi kebutuhan kalsium.
Menurut Alexander MD, Direktur Pusat Sakit Kepala NY, magnesium akan membantu produksi serotinin. Sumber yang terbaik berasal dari bayam, beberapa sereal, dan gandum.

3. Makanlah ekstra buah-buahan dan sayur-sayuran.
Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat melawan radikal bebas. Sumber buah-buahan yang kaya vitamin C diantaranya jambu biji, jeruk, mangga, dan pepaya. Sedangkan sumber beta karoten diantaranya brokoli, wortel, belimbing, dan bayam.

4. Minumlah delapan gelas air sehari.
Saat stress, kita cenderung berkeringat lebih dari biasanya.

Dari sekian banyak cara, cuma dua hal yang biasanya saya lakukan: makan buah-buahan ekstra dan munum banyak air. Apalagi kalo pas stress beli es shanghai, banyak buahnya seger, dan menyegarkan. Kalo buah-buahan justru seringnya makan buah pear. Yah, bagaimanapun juga tiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menghadapi stress. :) (ya2n)

Sumber: Hidup Sehati Bagi Eksekutif, kumpulan artikel kesehatan Kompas, edisi 5, 2000
Gambar diambil dari sini dan sini.

Saturday, June 14, 2008

Kenali Dulu Baru Lawan

Saya ingat betul ketika beberapa waktu lalu, stasiun radio berita RRI menyiarkan diskusi tentang pemberantasan korupsi. Satu kalimat yang menarik perhatian: kenali dulu baru lawan. Apa maknanya? Mungkin kita semua telah mengenal korupsi, atau paling tidak merasa mengenal. Tapi apakah kita telah benar-benar mengenal? Lalu mengapa korupsi di negeri ini masih saja mengakar budaya, padahal hampir semua kalangan sudah setuju bahwa korupsi harus diberantas?

Jawabannya adalah kita mungkin belum benar-benar mengenal. Tidak perlu lah jargon-jargon berantas korupsi, adili koruptor, ganyang ini ganyang itu. "Lha korupsi itu apa?" kata mbah. Kita sendiri secara tidak sadar masih melestarikan budaya korupsi.

Sebagai contoh, seorang bendahara kesiswaan SMA membuat proposal anggaran 10 juta untuk sebuah acara. Padalah uang yang dialokasikan untuk acara tersebut sebenarnya hanya 9 juta. Alasannya sisa 1 juta nya akan dipakai untuk acara pembubaran panitia, makan-makan, dll. Apakah ini termasuk bentuk korupsi? Tentu saja.

Contoh yang lebih dekat dan banyak dilakukan, baik sadar ataupun tidak adalah penyelewengan SPJ, Surat Perjalanan Dinas, atau sejenisnya lah. Misalnya seorang pegawai pemerintah akan mengikuti pelatihan kepegawaian di Bandung. Berhubung anaknya sedang sekolah di IPDN, dia menitipkan tanda tangan kepada rekannya sekedar agar mendapat jatah uang, dan bisa menengok anaknya dengan gratis. Setujukan Anda ini termasuk korupsi? Kalau tidak setuju, jangan lah buru-buru katakan berantas korupsi. Kenali dulu korupsi.

Seperti kata bang Napi, korupsi ada kalau ada N dan K. Rumusnya: Niat dan Kesempatan. Kesempatan bisa dihilangkan dengan hukum. Akan tetapi niat, hanya bisa dihilangkan oleh masing-masing orang. Dan niat adalah hasil dari karakter seseorang. Karaketer susah dihilangkan kalau sudah membudaya. Pelu kesadaran dan kerja keras untuk mengubahnya.

Kita perlu mengenalkan sadar korupsi sedari dini, sedari anak-anak. Apa itu korupsi, bagaimana bahaya korupsi. Agar korupsi tidak lagi mengakar budaya pada generasi kita kelak. "Kenali dulu koupsi, baru lawan!" :) (ya2n)

Gambar diambil dari sini.

Budaya Latah-Latahan

Sedikit latah-latahan. Gara-gara BBM naik, muncul berbagai komentar baik negatif maupun positif, baik mendukung maupung menolak. Tapi seperti biasanya, hanya latah-latahan. Paling lama bertahan sebulan. Saat ada dedas-desus BBM akan naik, kontan warga langsung menyerbu POM bensin terdekat. Tak paduli walau sampai mengantri malam-malam hanya sekedar untuk beli 10 liter bensin, bahkan dua tiga liter saja. Apakah setelah harga benar-benar naik mereka tidak membeli bensin lagi? Tidak juga, tetap saja membeli. Latah saja.

Munculnya isu krisis energi dunia menyebabkan penelitian energi alternatif sedang banyak digandrungi. Tak hanya negara maju, di negara kita pun begitu. Lalu beberapa waktu lalu muncul sosok yang mengaku bisa membuat menciptakan alat penghasil energi dengan bahan baku air. Sampai-sampai dengan penuh semangat pemerintah mendukung penelitiannya, bahkan mau dipamerkan segala di ICT Expo 2008 segala, ajang pameran Teknologi Informasi terbesar di Indonesia. Bisa dibayangkan, industri high-tech disandingkan dengan karya irrasional. Dan terbukti, teknologi yang disebut-sebut sebagai blue-energi itu hanya isapan jempol belaka. Latah saja.

Itu sedikit dari banyak contoh budaya latah di kita. Kita sering latah. Latah bisa baik, bisa buruk. Yang jelas, hanya hangat-hangat tahi ayam saja, tentu tidak akan merubah apapun. Yah, konsistensi dan jati diri memang mahal harganya. Dan barang mahal sudah selayaknya dicari. :) (ya2n)