Monday, December 24, 2007

Merit* With Bule

Teman-teman, mungkin memang karena sudah umur kita ya.. entah kenapa pas ngobrol2, pas chatting2an, bahkan pas nulis2 di blog, banyak yang ngebahas masalah nikah, hehe... Terutama perempuan nih, secara perempuan ketika memilih calon suami, berarti dia sedang memilih seorang yang akan dijadikan tumpuan hidupnya. Seperti kata seorang teman, “Titik terendah perempuan adalah laki-laki, perlindungan laki-laki”.

So, it's very essential for a women to choose a right man.
Jujur saja, kalau laki2 sih, justru dia yang akan mendidik istrinya kelak, jadi kebanyakan tidak terlalu khawatir dengan masalah “siapa istrinya nanti” (walaupun tetap berharap mendapat istri sholihah, hehe... ^^ amiin). Nah, Kalo perempuan.. seberapa pun kuatnya dia, pada akhirnya tetap laki2 yang menentukan. Sudah wajar lah kalo kaum laki2 itu pemimpin bagi kaum wanita.

So, what about merit with bule?
Kriteria baik tidaknya seorang lelaki pertama dilihat dari agamanya terlebih dahulu kemudian akhlaknya. Jangan dibalik, dilihat dari akhlaknya dulu trus mengesampingkan masalah agamanya. Agama harus menjadi prioritas utama. Nah, menurutku, it's okay nikah dengan bule, kalau bulenya sejak lahir beragama Islam dan akhlaknya baik (apalagi kalo dari keluaraga muslim yang baik, banyak harta, cakap dan tampan) hehe.. ya iya lah.. insya Allah barokah. Cuma kalo bulenya nggak bisa bahasa Inggris kayak orang jepang, hihi.. susah juga :P

Nah, tapi.. kebanyakan, istilah bule yang sering kita sebut maksudnya adalah orang amrik non-muslim, ato orang eropa lah, yang notabene kebanyakan non-muslim. Beberapa teman lalu berkata, “Kalau nikah nanti, dia bakalan mau pindah ke Islam kok!”. Lho? Kalau nikah nanti? Kalo nggak jadi nikah berarti nggak jadi pindah ke Islam donk? Mau hidayah kok ditunda2, takutnya berubahnya orang itu ke Islam hanya karena mau nikah, atau hanya karena perasaan cinta sesaat, nggak lucu 'kan!?. Apalagi plan untuk nikah nya sudah jauh2 hari.. seharusnya jauh2 hari juga masuk Islamnya.

Teman, cinta datang karena datangnya sebab, dan pergi karena perginya sebab. Kalau rasa cinta sudah hilang, habis manis sepah dibuang. 'Kan berabe!? Kita nggak boleh negatif thinking, cuma kemungkinan itu tetap ada. Kemungkinan orang bule itu akan berpindah agama lagi setelah menjadi Islam tetap ada. That would be the worst right? Jadi teringat bukunya Asma Nadia, Catatan Hati Seorang Istri (saya belum baca sih, terlanjur baca komentar temanku duluan, huhu, ntar aja lah, buat istriku aja kali bukunya :P).

Komentar temanku tuh gini, “Memang menyeramkan kalo membayangkan suatu hari nanti suami kita tidak berbuat baik pada kita, suami yang biasa dijadikan tempat bergantung, yang kita dari awal telah kita terima sepenuh hati, apalagi kalo ditambahkan lagi menelantarkan anak-anak. Dunia macam neraka sajah! Wanita tidak mudah sakit hatinya tapi pada saat tempat bergantung itu hilang, luka di hati sulit diobati, meski tampak luar baik-baik saja.”

Nah, itu ceritanya si suami beragama Islam tapi akhlaknya buruk. Nah kalo udah beda agama buruk pula akhlaknya, gimana? Dunia macam neraka kuadrat gitu? Ya ampun, ono-ono wae :P

Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya
untuk cinta,
namun ia pasti akan dihina.

Cinta memang keras kepala. Hanya cinta kepada Allah lah yang akan menentramkan. Kalau mau nikah sama bule, pikirkan dulu matang2, be wise kata temenku, istikhoroh kek, dan yang paling penting: nggak usah pacaran. Saya menemukan kecenderungan kenapa orang berpacaran, tidak lain tidak bukan karena menginginkan eksistensi, that's right! (kapan2 kalo sempet saya bahas masalah ini lah, hehe.. ^^). Yahh, walapun memang tidak dipungkiri, ada orang yang mendapat hidayah Islam karena cinta. Well, that's all friends, hope you got the point.. (ya2n)

::for my best friend yang suka bunga anyelir::


*merit = nikah

Buat yang pengin baca lebih jauh, ada beberapa referensi nih..
[1] portal muslimah, "Karena Taman Itu Disirami"
[2] portal muallaf, "Cinta Mendorongya Masuk Islam"
[3] syariah online, "Nikah Beda Agama"
[4] dll, cari sendiri, hehe.. =D

Gambar diatas diambil dari sini.

9 comments:

riha said...

wah menarik sekali pesan2 nya!yah, setuju bahwa menaruh cinta ke gusti Allah dulu sebagai dasar, baru menaruh cinta2 yang lain itu penting, dayone ;D

yayan said...

haik, soudayo riha..

"menaruh cinta kapada gusti Allah dulu sebagai dasar"

dan sebaliknya, kita menaruh perasaan benci karena kita tahu gusti Allah juga membencinya..

neno said...

nambahin yan, dan gak masalah juga kalo sama bule yang walopun bukan sejak lahir dia Islam, tapi dia convert, dan...sebab convert-nya itu adalah bener2 karna dia realize ttg kebenaran Islam dan Allah..

dan dari beberapa orang yang aku kenal convert karna sebab itu, they are way stronger than me yang notabene muslim sejak lahir. hehehh.. hazukashii na..

aduh.. jadi inget waktu sempet pusing2 dulu hehehh, pusing2 sendiri, melihat sebuah fenomena yang menurutku sangat tidak ideal waktu itu, yah, sekarang cuma bisa mendoakan dan berfikir positif, karna Allah juga yang membolak-balik hati seseorang kan..

to riha:
jadi inget kata2mu yang kira2: "itu kalo cinta-nya habis suatu saat terus gimana ya, kalo dasarnya cinta sama manusia"
da yo ne ha, cinta ma manusia tu, sampe mana sih..

yayan said...

to neno:
iya betul no, emang banyak muallaf bule yang lebih alim dari kita2 lho, tapi emang convertnya dengan kesadaran gitu.. not just because human to human love..

btw, thesismu nyinggung2 masalah ini nggak no??

neno said...

iya jg yan, kalo chinese muslim yg di Indo, stereotypenya tu misalnya mereka menikah biar "usaha lancar" ato pengen fully assimilated sama orang native Indo.
ya.. tentunya ada yang begitu, tapi jelas ada juga yang gak gitu dong hehe..

yayan said...

hehe iya lah, namanya juga manusia, pasti beragam. btw, luas juga bahasan thesismu no, masukin blog no =D

Anonymous said...

mengomentari merit with bule...memang benar, sebelum menikah pikirkanlah baik-baik, shalat istiqoroh...minta petunjuk gusti Allah jangan sampai menyesal di kemudian...pengalaman yang aku rasakan....11 tahun menikah dengan bule...tetapi khidayah tak kunjung datang, ingin suami menjadi pemimpin keluarga seperti dalam ajaran islam....tetapi apalah daya kita tidak bisa merubah sifat/memaksakan kehendak seseorang, memang 80% mereka masuk islam hanya alasan nikah saja, setelah itu hidup mereka kembali seperti non islam percaya dech....ini pengalaman....semua tergantung ma kitanya...mau ikut dia atau tetep pada prinsip agama yang kita anut...

Mrs.Abdelhady said...

setuju.. saya juga udah menikah sama bule mesir selama 6bulan, yang alhamdulilah, pondasi agamanya kokoh, dan tidak melalui proses pacaran... setelah itu baru diliat... gimana orangnya..ternyata, dari keluarga baik-baik, pekerjaan tetap sebagai dokter, alhamdulilah, dan tampang alhamdulilah sejuk dipandang.. alhamdulilah....
Klo kita ikhlas dan berserah diri, menyerahkan yang terbaik dipilihkan oleh ALlah SWT, maka yang terbaik untuk kita lah yang kita dapat... tidak hanya untuk kesenangan dunia.... syukron katsiron

juli ajja said...

Awal ny q kira yg nulis istri bule .. ditengah" bru nyadar yg nulis cwo pake nglawak lg nunjuk identitas wkwkwk ... sakit perut sy ktawa hihii .. sy suka sy suka

Post a Comment