Tuesday, July 1, 2008

Karena Islam Menginginkan Perubahan

Sahabat Rasulullah bagaikan mutiara di tengah gurun pasir yang kering dan keras. Mereka adalah kehidupan ditengah-tengah kematian. Kematian ideologi, kematian pemikiran, kematian watak, dimana hampir semua masyarakat Arab waktu itu adalah para penyembah berhala. Mereka menjadikan sesembahan sesuatu yang bahkan mereka buat sendiri. Lalu Islam datang menghidupkan dan memberikan cahaya kepada mereka yang bertakwa.
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,.. " (Al-Anfal:24).
Seperti sudah selayaknya, setiap kebaikan akan selalu dihadang oleh keburukan. Tak sedikit para shahabat mendapat halangan dan rintangan dari musuh-musuh mereka, baik berupa pisikis: cacian, cemoohan, ataupun fisik: pemukulan, penganiyaan, dan sebagainya. Apa yang membuat mereka tetap bertahan?

Satu hal yang menyebabkan mereka selalu bertahan adalah: kesadaran penuh bahwa Islam menginginkan perubahan. Islam mengingingkan perubahan dari kehidupan jahiliyyah ke kehidupan Islam penuh berkah. Islam menginkan perubahan dari keburukan ke kabaikan. Islam menginginkan perubahan dari kegelapan kepada cahaya. Mari kita perhatikan bagaimana Islam mengubah paradigma jahiliyah.



By Khalid Yasin. A lecture in which Shaykh Khalid Yasin focuses primarily on the youth, taking them back to the heart of Islam - believing in the oneness of God and fearing Him wherever they may be. Khalid Yasin also advises the youth on ways to improve themselves and possibly become the defenders of Islam. The lecture also includes a short talk from World Champion Boxer Hajj Nasim Hamed.

Download the lecture here or visit this website.

Dahulu, orang yang disebut kaya adalah orang yang memiliki banyak harta. Setelah datang Islam, orang yang disebut kaya adalah orang yang kaya hati. Saat ini kita melihat betapa banyak orang yang berharta tapi hidupnya tidak bahagia. Kuncinya adalah satu: syukur. Begitulah Islam merubah paradigma tentang kaya.

Dahulu, orang yang disebut kuat adalah orang yang jagoan atau jago bertarung. Lihatlah Islam memandang orang yang kuat, orang kuat adalah yang bisa menahan nafsu. Iya, karena dorongan nafsu adalah yang paling kuat dan susah dibendung. Pernah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, ketika sedang berada dalam sebuah medan peperangan, bertemu seorang musuh lalu Ali mampu mengalahkannya, ketika akan menebasnya musuh tersebut meludahi Ali. Apa yang terjadi kemudian? Ali mengurungkan niatnya menebas, karena khawatir tebasannya adalah tebasan karena nafsu amarahnya, bukan karena membela agama Allah. Mari kita renungkan, apakah kita merasa kuat dengan rutinnya fitnes dan olahraga sehingga tubuh jadi terlihat kekar dan bugar, tapi ketika bangun pagi untuk melaksanakan sholat shubuh saja tidak kuat? Bagaimapa pula bangun untuk memenuhi panggilan jihad? Mashaallah!

Dahulu, orang mendefinisikan nikmat adalah bersenang-senang, makan makanan lezat dan sebagainya. Tapi perhatikan apa yang dikatakan Ibnul Qayyim Al-Jauzi, seorang pakar masalah hati: "Kenikmatan adalah ketika engkau mengenal Allah (ma'rifatullah), dan mencintai Allah (mahabatullah)". Ya, Allah lah yang memegang hati setiap insan. Allah pula lah yang bisa memberikan rasa nikmat di hati setiap manusia. Dunia layaknya setitik air ditengah luasnya samudra. Dunia layaknya ketika sesorang bepergian dan mampir sejenak untuk berteduh. Dan kenikmatan akhirat adalah kenikmata hakiki. Pantaslah seorang imam besar, Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya kapan engkau akan istirahat? jawabnya: "Ketika pertama aku menginjakkan kakiku di syurga". Allahu Akbar!

Islam menginginkan perubahan. Perubahan menuju kebaikan. Constructive, bukan destructive. Di kala idealisme ini menjadi asing dan barang berharga, beruntunglah bagi orang asing. Seperti yang dikabarkan oleh pembawa risalah agung agama ini, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam: fa tuuba lil ghuurobaa.., "maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing.." Yang mau melakukan perubahan, mengadakan perbaikan demi perbaikan.

Support peace.
(Ya2n)

No comments:

Post a Comment