Sunday, January 20, 2008

Premanisme Sepakbola: Potret Bangsa Kita?

Sepakbola adalah olahraga yang paling populer di Indonesia, sangat populer. Kita bisa mengingat dengan jelas, bagaimana euforia rakyat menikmati Piala Asia* beberapa waktu lalu. Ketika timnas Indonesia mampu menaklukkan Bahrain, penonton di stadion Gelora Bung Karno tiba-tiba membludak. Saking semangatnya sampai mereka rela menginap semalam di luar stadion karena tidak kebagian tiket. Bahkan susah dikenal khalayak bahwa ciri khas persepakbolaan Indonesia adalah: adanya sporter yang antusias, impulsif, dan kadang cenderung anarkis. Kalau nggak ada itu, bukan Indonesia namanya.

Sayangnya, “premanisme” dalam sepakbola justru berbanding lurus dengan bertambahnya penonton sepakbola. Justru dengan adanya rame-rame, kerusuhan antar suporter, perusakan stadion itulah yang membuat penonton semakin banyak. Aneh bukan? Apakah ini potret bangsa Indonesia yang suka berbuat anarkis dan premanisme? Ditambah lagi berbagai kekisruhan dalam internal PSSI. Mungkin baru kali ini kita mendengar komite persepakbolaan negara dipimpin seseorang dari balik jeruji?? atau mungkin baru kali ini pelatih yang mempelopori untuk memboikot liga, justru diangkat jadi pelatih timnas??

Walhasil, muncul lah keputusan kontroversial yang dijatuhkan di kubu Arema Malang setelah terjadi kerusuhan 2-3 hari yang lalu. Sampai-sampai teman saya mengomentari, “Wah, akhirnya liga Indonesia disiarkan juga di ESPN*, tapi berita kerusuhannya.” Huehehe.. Ditambah lagi pemain asing bukannya memberikan contoh, tapi justru kerap menjadi biang kerusuhan.

Kalau kita berkaca pada keadaan persepakbolaan Indonesia jaman tahun-tahun keemasan di kancah Asia, seharusnya kita malu. Saat ini kita kalah dengan Vietnam yang beberapa waktu lalu menjadi tim underdog. Apalagi dengan Thailand. Kalau diistilahkan, mereka berlari kita berjalan.

Ok lah, mungkin ada yang bilang, “Banyak hal lain yang lebih perlu untuk dibenahi selain sepakbola.” Walaupun ada yang bilang juga, “Sepakbola bisa dijadikan sarana strategis mengangkat posisi bangsa di mata Internasional.” Tapi coba perhatikan lebih jauh, siapa yang membiayai tim-tim sepakbola Indonesia? Pemda alias APBD 'kan? Darimana APBD diperoleh? Dari rakyat 'kan? Artinya ini juga menyangkut kepentingan rakyat.

Kesimpulannya, premanisme sepakbola -baik di lapangan maupun di balik layar- harus dibenahi. Kalau memang bikin anarkis, mungkin sebaiknya pemda menghapus anggaran tim sepakbola daerahnya untuk dialokasikan kepada yang lebih penting. Kalau memang manjadi biang kerusuhan, jangan pakai lagi pemain-pemain asing itu. Kalau memang sedang bermasalah, lepaskanlah jabatan di PSSI-nya. Tegakkan disiplin mulai dari pemain dan wasit (sangsi tegas bagi praktek suap-menyuap).

Dan yang lebih penting lagi... jangan kotori sportifitas sepakbola. Mari kita mulai dari diri sendiri sebagai pecinta sepakbola, mulai dari permainan-permainan kecil antar kita, bermain dengan fair dan menyenangkan. Sepakbola rakyat seharusnya bisa dijadikan sarana refreshing, bersosialisasi, sekaligus meningkatkan kebugaran. (Misalnya, dijadikan agenda olahraga rutin perusahaan. Hmm.. gimana kalo sebulan sekali di Sabuga... Lho? Kok malah nyangkut2 kesini hehe.. ^^).

“We Love Football!!”

*Piala Asia 2007 diselenggarakan di 4 tempat: Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
*ESPN, saluran TV internasional khusus olahraga.

Gambar diatas diambil dari sini dan diambil pas futsal anak2 VS di Sabuga (siapa nih yang moto kok hasilnya gelap semua, huhuhuhu..)

4 comments:

@h0Ht said...

wah...tp yo jgn terus begitu gampang memotret bangsa ini dengan premanisme sepakbola. Tak ada suatu negara yg nggak punya preman. Keberadaan preman mungkin memang sudah "sunnatullah". Bagaimanapun bangsa ini yang saya rasakan masih aman, makmur, adil, sentosa, dkk. So, premanisme sepakbola lebih tepatnya merupakan air tuba yg merusak susu sebelanga, tul? Mari sama2 kita majukan bangsa ini!

yayan said...

hmm.. memang ha, makanya saya kasih tanda tanya: potret bangsa kita?

maksud saya biar kita aware gitu..
apa yang begitu itu memang wajar-wajar saja, atau perlu kita dibenahi bersama? just simple, begin from our self ^^

setuju ha! mari sama2 majukan bangsa ini biar ga ada lagi air tuba netes di susu sebelanga, 'tul ga? ^^ insya Allah..

samhad said...

sudahlah
kita tuh ditipu ma bangsa barat
lha wong postur orangnya beda, tapi suruh maen pake bola n lapangan yang sama
hehehe peace :p

yayan said...

hohoho.. gitu ya, kalo gitu kita bikin standard sendiri aja gimana?

ato masyarakatkan olahraga asli indonesia aja: pencak silat? huhu.. tapi tetep lebih menarik main bola euy :P

Post a Comment