Menulis bagi saya adalah salah satu cara untuk refreshing sekaligus latihan otak. Seperti makanan dan olah raga bagi tubuh, menulis bisa membuat otak menjadi semakin sehat.
Mengapa? Pertama, menulis menuntut orang untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam benaknya, dan ini tidak bisa dilakukan dengan mudah kecuali orang tersebut memahami betul ihwal apa yang sedang dipikirkannya. Orang akan terstimulus untuk mencoba mengendapkan pikiran, merenungi, dan menata kembali ruang-ruang ide yang berserakan menjadi sebuah gagasan yang mantap. Dengan begini otak kita akan terlatih untuk terbiasa berfikir, merenungi, lalu menyusun semuanya menjadi sebuah gagasan yang jelas dan tersusun rapi.
Kedua, menulis akan melatih kemampuan bahasa kita. Ketika sebuah gagasan sudah tersusun rapi di benak kita, maka saatnya memilih kata yang tepat untuk mengejawantahkannya dalam tulisan. Ini memerlukan ketrampilan dan jam terbang yang tinggi. Jujur saja, nilai psikologi saya untuk pemilihan kata, kosakata, dan semacamya tergolong paling rendah. Dan jujur saja, setelah sekian lama mencoba, tetap pemilihan kata ini yang paling menghalangi saya untuk menulis.
Mungkin seperti melukis, ada orang yang berbakat, ada orang yang tidak berbakat. Terlepas dari perdebatan akan adanya bakat atau tidak, yang jelas semuanya bisa dilatih, dan endurance seseorang untuk terus mencoba (jam terbang) yang akan menjawabnya. Satu tips untuk Anda dan kita semua. Biarkan tulisan mengalir apa adanya, jaga agar airnya tetap mengalir dan tidak berlama-lama tersendat, lalu jika aliran itu kurang indah kita benahi diakhir nanti. Yah, itulah mengapa setiap penulis, profesional sekalipun, tetap membutuhkan seoarang editor. Hehe.
Eits, kok malah ngelantur kemana-mana. OK saya simpulkan, bahwa menulis juga menjadi latihan kemampuan bahasa atau kosakata, dan konon "latihan" ini sangat terasa pengaruhnya bagi otak kita, seperti fitnes bagi kebugaran tubuh.
Ketiga, menulis adalah refleksi dari pembelajaran kita. Seseorang akan menulis apa yang dia ketahui, lebih spesifik lagi apa yang dia baca. Ya, menulis dan membaca seperti "tumbu ketemu tutup" (tong dengan tutupnya), sangat erat hubungannya. Ini saya alami sendiri. Ketika kita terlalu disibukkan dengan rutinitas sehari-hari kemudia jarang membaca, untuk memulai menulis jadi terasa sulit. Oleh karena itu, dengan keinginan untuk menulis akan mendorong kita untuk mempunyai keinginan banyak-banyak membaca juga.
Tentu dibalik kesemua manfaat positif menulis, ada sekian banyak manfaat-manfaat lainnya. Salah satu contoh, menulis sebagai agen perubahan, perubahan kepada pemikiran yang lebih baik. Yah, tapi bolehlah dalam tulisan ini saya membatasi aspek tulis-menulis sebagai sarana refreshing dan latihan otak saja.
Media Menulis.
Blog sebagai salah satu media tulis, sampai saat ini menurut saya masih menjadi media yang paling efektif bagi pemula. Saya sendiri tidak dekat dengan dunia para penulis, apakah mereka juga memanfaatkan media semaca blog juga? Saya pikir iya.
Nah, satu kalimat penutup. Pengalaman saya, sebagai penulis amatiran, jangan lama-lama menyelesaikan tulisan. Tulis-menulis bagi saya identik dengan mood juga. Kecuali orang yang pandai memanage otak dan pikirannya sehingga bisa menjaga mood, maka segeralah selesaikan tulisan, karena kita tidak tahu kapan "bad-mood" itu akan muncul. Sekian dari saya, enjoy.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment